Obat ini bekerja dengan mencegah enzim dalam tubuh memproduksi angiotensin II, zat yang mempersempit pembuluh darah Anda. Penyempitan ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan memaksa jantung Anda bekerja lebih keras.
Beberapa contoh obat ACE inhibitor yang biasanya dokter resepkan adalah benazepril, kaptopril, enalapril, fosinopril, atau trandolapril. Efek samping dari obat ini kelelahan, pusing karena tekanan darah rendah, batuk kering, sakit kepala, peningkatan kadar kalium dalam darah, dan berkurang kemampuan indera pengecap.
3. Antikoagulan

Obat antikoagulan adalah obat untuk mencegah penggumpalan darah. Gumpalan darah memang berguna untuk menghentikan luka. Akan tetapi, adanya gumpalan darah dalam pembuluh darah bisa menyumbat aliran darah.
Sebutan lain untuk obat bengkak jantung ini adalah obat pengencer darah, meski sebenarnya obat tidak membuat darah jadi encer. Contoh obat antikoagulan yang paling sering dokter resepkan adalah warfarin, rivaroxaban, heparin, dabigatran, apixaban, dan edoxaban.
Sama seperti obat lainnya, obat pengencer darah ini bisa menimbulkan efek samping, seperti memar, adanya darah pada urin atau feses, gusi berdarah, mimisan, dan perdarahan lainnya.
4. Angiotensin receptor blockers (ARB)
Obat angiotensin receptor blockers adalah obat untuk pasien hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit ginjal kronis. Beberapa contoh obat golongan ARB adalah valsartan, losartan dan candesartan, serta obat lain yang memiliki akhiran ‘sartan’.
Cara kerja obat ini yaitu memblokir reseptor AT1 pada jantung, pembuluh darah, dan ginjal untuk menurunkan tekanan darah. Sifat dari obatv ARB dan obat ACE inhibitor cukup mirip, sehingga obatnya sering dokter resepkan secara bergantian.
Jadi, Anda tidak boleh menggunakan kedua obatnya bersamaan karena bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan kadar kalium yang tinggi. Penggunaan obat ARB mungkin bisa menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, tubuh kelelahan, dan sakit kepala.
5. Obat antiaritmia
Pasien jantung bengkak sering kali mengalami aritmia, sehingga dokter biasanya meresepkan obat antiaritmia. Penggunaan obat bertujuan untuk menghentikan ritme jantung abnormal, mencegahnya kembali terjadi, atau memperlambat detak jantung yang terlalu cepat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar