backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

6

Tanya Dokter
Simpan

Waspadai Bahaya Dehidrasi! Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 17/11/2023

    Waspadai Bahaya Dehidrasi! Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

    Dehidrasi mungkin terdengar sepele, tapi kondisi ini bisa mengancam jiwa jika tidak mendapatkan penanganan tepat. Untuk mencegah dampak yang fatal, ketahui gejala, penyebab, hingga cara mengatasi dehidrasi dalam ulasan ini.

    Apa itu dehidrasi?

    Dehidrasi adalah kondisi tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada cairan yang masuk dalam tubuh.

    Setiap hari, kadar air pada tubuh berkurang dari napas yang dihembuskan, pada keringat, urine, dan kotoran.

    Jika tidak mendapatkan asupan cairan yang cukup untuk menggantikan cairan yang hilang, Anda dapat mengalami kekurangan cairan tubuh.

    Kondisi dehidrasi juga bisa memengaruhi kadar garam, mineral, dan gula dalam darah.

    Hal tersebut dapat mengganggu fungsi organ tubuh dan menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak segera ditangani.

    Salah satu penyebab utama dehidrasi adalah diare dan muntah. Komplikasi penyakit kronis juga dapat mengakibatkan kondisi ini.

    Seberapa umumkah kondisi ini?

    Dehidrasi adalah kondisi yang sangat umum dan bisa terjadi pada pasien dengan usia berapa saja.

    Namun, kasusnya lebih banyak ditemukan pada pasien bayi, anak-anak, serta lansia.

    Menurut riset tahun 2018 yang dimuat pada Medscape, kasus dehidrasi bahkan menyebabkan kematian anak dan bayi sebanyak 4 juta jiwa dalam setahun.

    Umumnya, kasus dehidrasi pada anak kerap terjadi di negara berkembang.

    Apa saja tanda dan gejala dehidrasi?

    Tanda-tanda dan gejala dehidrasi umumnya bervariasi pada setiap orang.

    Namun, kebanyakan orang mengeluhkan rasa haus yang luar biasa, pusing, serta mulut terasa kering.

    Berikut adalah tanda-tanda dan gejala dehidrasi yang paling umum muncul.

    • Merasa sangat kehausan.
    • Mulut terasa kering atau lengket.
    • Urin yang dihasilkan lebih sedikit dari biasanya.
    • Urin berwarna pekat, cenderung kuning gelap.
    • Pusing atau sakit kepala.
    • Kram otot di bagian tubuh tertentu.

    Pada kasus dehidrasi yang lebih parah, gejalanya bisa meliputi kondisi di bawah ini.

    • Urine berwarna lebih gelap.
    • Kulit sangat kering.
    • Sakit kepala parah.
    • Jantung berdebar lebih cepat atau tidak beraturan.
    • Pernapasan tidak beraturan.
    • Mata terlihat sayu, seperti kurang tidur.
    • Tubuh kekurangan tenaga.
    • Kebingungan.
    • Mudah pingsan.

    Pada anak-anak dan bayi, tanda dan gejala dehidrasi yang muncul seperti berikut ini. 

    • Mulut dan lidah kering.
    • Tidak keluar air mata saat menangis.
    • Popok tetap kering setelah 3 jam.
    • Wajah terlihat pucat, terutama di bagian mata dan pipi.
    • Rewel dan mudah menangis.
    • Tubuh lemas.

    Kapan saya harus periksa ke dokter?

    Dehidrasi biasanya dapat diatasi dengan mudah, yaitu dengan minum banyak cairan.

    Namun, apabila terjadi gejala berikut ini, segera hubungi dokter atau tim medis:

    • demam,
    • diare lebih dari 24 jam,
    • urine berkurang drastis, atau bahkan tidak ada sama sekali,
    • tubuh melemah,
    • tidak dapat berkonsentrasi,
    • pingsan,
    • kejang,
    • detak jantung cepat,
    • halusinasi,
    • tidak berkeringat,
    • nyeri dada atau perut, dan
    • otot berkedut.

    Apa penyebab dehidrasi?

    Pada kondisi yang normal tubuh Anda akan kehilangan cairan melalui keringat dan buang air kecil.

    Namun, apabila cairan yang hilang tersebut tidak segera tergantikan, Anda akan mengalami dehidrasi.

    Dehidrasi kadang disebabkan oleh alasan yang sederhana yaitu Anda tidak mendapatkan asupan cairan karena sibuk beraktivitas atau sedang sakit.

    Selain itu, faktor-faktor lain seperti cuaca, aktivitas fisik, dan diet tertentu dapat menyebabkan tubuh Anda kekurangan cairan.

    Berikut adalah penyebab umum dari dehidrasi:

    • Berkeringat berlebihan: seseorang rentan berkeringat berlebihan saat memiliki kondisi hiperhidrosis.
    • Diare: cairan tubuh yang terbuang banyak dan waktu singkat melalui feses mengganggu keseimbangan elektrolit atau mineral.
    • Penyakit tertentu: sariawan (stomatitis) dan radang tenggorokan mempersulit Anda minum sehingga rentan kekurangan cairan.
    • Demam: tubuh sering berkeringat saat suhu tubuh naik.
    • Luka bakar: kulit yang rusak tidak mampu menahan kadar air.

    Apa saja faktor risiko dehidrasi?

    Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu dehidrasi.

    • Lansia: usia lanjut membuat seseorang lupa minum air cukup akibat demensia dan kurang peka terhadap haus.
    • Bayi dan anak-anak: keduanya rentan muntah dan diare.
    • Penyakit kronis: penyakit membuat seseorang buang air kecil atau berkeringat berlebih, seperti diabetes, fibrosis sistik, dan penyakit ginjal.
    • Konsumsi obat: yang membuat kencing dan keringat lebih sering.
    • Lingkungan: tinggal di wilayah panas membuat tubuh lebih banyak mengeluarkan keringat.
    • Olahraga intensitas tinggi: melakukan latihan fisik berjam-jam dapat menguras banyak cairan tubuh. 

    Apa saja komplikasi akibat dehidrasi?

    Saat kekurangan cairan, volume darah di dalam tubuh ikut berkurang.

    Akibatnya, organ-organ penting tidak mendapatkan pasokan darah, oksigen, dan nutrisi yang cukup. Kondisi ini bisa mengarah pada syok hipovolemik.

    Syok hipovolemik selanjutnya bisa menyebabkan kerusakan organ dan dampak yang lebih fatal, seperti:

    • gagal ginjal,
    • syok pada hati,
    • asidosis laktat,
    • tekanan darah terlalu rendah, hingga
    • kematian.

    Selain itu, ketidakseimbangan kadar elektrolit akibat dehidrasi menyebabkan:

    Apabila melakukan aktivitas yang berat dan tidak segera mengganti cairan tubuh yang hilang, Anda berisiko mengalami heat injury.

    Kondisi ini dapat bervariasi mulai dari:

    Bagaimana mendiagnosis dehidrasi?

    Dalam mendiagnosis, dokter akan menanyakan terlebih dahulu mengenai gejala yang Anda alami.

    Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa tes untuk mendapatkan hasil diagnosis yang akurat.

    1. Pemeriksaan fisik

    Dokter akan memeriksa beberapa hal penting pada organ vital Anda, seperti detak jantung serta tekanan darah Anda.

    Tekanan darah yang rendah atau detak jantung yang tidak beraturan kemungkinan menandakan Anda mengalami dehidrasi.

    Selain itu, dokter akan mengecek adanya tanda lain seperti demam.

    2. Tes darah

    Dokter juga akan melakukan tes darah untuk mengetahui kadar elektrolit di dalam darah Anda.

    Ketidakseimbangan kadar elektrolit dapat menandakan tubuh kekurangan cairan.

    Selain elektrolit, dokter juga akan mengecek kadar kreatinin di dalam darah untuk mendeteksi adanya masalah pada fungsi ginjal.

    3. Urinalisis

    Urinalisis merupakan tes yang dilakukan untuk memeriksa sampel urine Anda. Melalui tes ini, dokter dapat mengetahui kondisi ketidakseimbangan elektrolit.

    Urine yang berwarna lebih kekuningan dan pekat juga dapat menunjukkan tanda-tanda tubuh kekurangan asupan cairan.

    Untuk menentukan dehidrasi pada bayi, dokter biasanya memeriksa bagian  lunak pada tengkorak, keringat di kulit, dan otot anggota gerak.

    Bagaimana cara mengobati dehidrasi?

    Cara paling efektif untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan menggantikan cairan yang hilang.

    Namun, pengobatan bisa tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan, serta penyebab.

    Untuk bayi dan anak-anak yang mengalami diare, muntah, atau demam, cairan rehidrasi seperti oralit bisa Anda beli di apotek tanpa resep dokter.

    Oralit mengandung air dan garam sehingga bisa mengembalikan cairan dan elektrolit pada tubuh.

    Anda dapat memberikan 5 ml cairan rehidrasi setiap 5 menit pada bayi atau balita.

    Pada anak-anak yang sudah sedikit lebih besar, Anda dapat memberikan minuman elektrolit atau oralit yang dicampur dengan air putih.

    Anda juga dapat membuat cairan rehidrasi ini di rumah dengan menggunakan ½ sendok teh garam, 6 sendok teh gula, dan 1 liter air yang dicampur.

    Pastikan Anda menghindari air jus dalam kemasan atau minuman bersoda. Pasalnya, minuman ini hanya akan memperparah gejala dehidrasi.

    Jika tubuh tidak dapat menerima cairan melalui mulut, Anda harus segera mencari perawatan medis untuk mendapatkan cairan melalui infus.

    Bagaimana cara mencegah dehidrasi?

    Berikut adalah gaya hidup  yang dapat membantu Anda mengatasi atau mencegah dehidrasi.

    • Apabila Anda sedang demam, pastikan Anda minum banyak cairan, terutama jika Anda mengalami gejala muntah dan diare.
    • Minum air yang banyak sebelum berolahraga atau beraktivitas di luar ruangan.
    • Saat berada di tempat yang panas, kenakan pakaian dengan bahan yang tipis dan memiliki sirkulasi udara yang bagus seperti katun.

    Mengganti cairan yang hilang akibat metabolisme tubuh adalah kunci dalam mencegah dehidrasi. Oleh sebab itu, pastikan Anda minum air putih minimal delapan gelas setiap harinya.

    Bila Anda sering lupa untuk menghitung jumlah air yang sudah diminum, Anda bisa mengakalinya dengan konsumsi air minum kemasan dua liter untuk dikonsumsi selama satu hari.

    Namun, tidak semua air minum kemasan itu sama. Pilihlah air mineral kemasan yang terbukti 100% murni diambil dari sumber air pegunungan yang terlindungi. 

    Air mineral yang 100% murni akan terasa dingin alami dan segar bahkan tanpa didinginkan di lemari es terlebih dahulu.

    Hal ini dikarenakan air tersebut mengandung mineral alami yang dibutuhkan oleh tubuh, dan disaring secara alami, tanpa tersentuh tangan manusia.

    Air mineral yang 100% murni juga aman untuk dikonsumsi, karena bebas dari pencemaran.

    Dengan mencukupi kebutuhan cairan harian, Anda bisa mencegah kondisi dehidrasi dan senantiasa sehat serta bugar sepanjang hari.

    Namun, jika Anda mulai kesulitan minum air, tubuh tidak bertenaga, dan mulai kehilangan kesadaran, segera cari pertolongan medis.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 17/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan