Mohon sampaikan saran Anda
Tolong beri tahu kami bila ada yang salah
Kami tidak memberi pelayanan kesehatan berupa diagnosis atau perawatan, tapi kami terbuka terhadap saran Anda. Silakan ketik di kotak berikut ini.
Sesak napas, atau yang dalam bahasa medis disebut dispnea, adalah kondisi kesehatan di mana seseorang mengalami kesulitan bernapas. Beberapa orang yang mengalami kondisi ini menggambarkannya sebagai sensasi yang membuat tubuh seakan membutuhkan udara lebih banyak, dada menyempit, serta merasa tidak berdaya.
Dispnea atau sesak napas adalah kondisi yang tidak nyaman, bahkan menyakitkan. Biasanya, ini menjadi gejala atau tanda adanya penyakit atau gangguan kesehatan.
Bukan hanya itu, melakukan aktivitas tertentu juga dapat menyebabkan sesak napas, seperti olahraga terlalu berat serta berada di ketinggian.
Kondisi ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis akut dan kronis. Dispnea akut terjadi ketika kesulitan bernapas terjadi secara mendadak dan dalam waktu singkat. Sementara, dispneakronis biasanya terjadi dalam jangka waktu lama dan kemungkinan sering kambuh.
Apabila Anda mengalami tanda-tanda dan gejala sesak napas, terlebih lagi jika kondisi tersebut datang secara tiba-tiba dan parah, segera periksakan diri ke dokter.
Sesak napas atau dispnea adalah kondisi yang cukup umum terjadi. Menurut Cleveland Clinic, sekitar 25 persen pasien yang memeriksakan diri ke dokter memiliki gejala ini.
Sesak napas (dispnea) adalah kondisi kesehatan dengan tanda-tanda dan gejala yang cukup bervariasi pada masing-masing orang. Namun, salah satu ciri khas dari kondisi ini adalah kesulitan untuk bernapas dengan normal, seakan tubuh seperti kekurangan udara.
Berikut adalah tanda-tanda dan gejala sesak napas yang umum:
Anda juga mungkin akan mengalami gejala-gejala yang lebih parah, seperti:
Pastikan Anda segera mencari pertolongan medis ketika seseorang atau Anda sendiri mengalami tanda-tanda berikut:
Salah satu penyebab umum sesak napas atau dispnea, terutama yang bersifat ringan, adalah berolahraga. Hal ini umum terjadi pada orang-orang sehat yang tidak memiliki masalah kesehatan parah.
Biasanya, kondisi ini akan membaik dalam waktu singkat dan Anda bisa kembali bernapas beberapa menit kemudian.
Dispnea juga dapat terjadi akibat penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis sesak napas atau dispnea berdasarkan penyebabnya:
Terdapat beberapa masalah kesehatan atau penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami sesak napas secara mendadak dan dalam waktu singkat. Beberapa penyebab yang mendasari dispnea akut, antara lain:
Dispnea atau sesak napas kronis adalah kondisi yang memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Ketika kondisi ini semakin parah, Anda bahkan bisa merasa kesulitan bernapas ketika melakukan aktivitas yang tidak terlalu berat, seperti naik tangga.
Beberapa penyakit serta kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan dispnea kronis adalah:
Anda lebih mungkin mengalami sesak napas kronis akibat penyakit jantung atau paru-paru. Hal ini disebabkan karena kondisi-kondisi tersebut berpengaruh pada suplai atau kadar oksigen dalam tubuh. Tubuh memerlukan lebih banyak oksigen ketika menderita penyakit-penyakit tertentu, sehingga Anda bisa mengalami kesulitan bernapas.
Selain itu, kondisi sulit bernapas juga dapat dipengaruhi oleh posisi tubuh Anda, terutama jika Anda memiliki masalah jantung. Hal ini disebabkan posisi tubuh tertentu, seperti membungkuk, bisa mengubah arah aliran udara dalam tubuh Anda.
Faktor risiko adalah kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami suatu penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sesak napas:
Dispnea adalah kondisi yang dapat diperiksa dengan mengetahui pola pernapasan Anda. Tujuan dari diagnosis adalah mencari tahu apa penyebab utama dari kondisi kesulitan bernapas yang Anda alami.
Umumnya, menegakkan diagnosis sesak napas dilakukan dalam 3 tahap berikut:
Biasanya, seseorang yang mengalami sesak napas akan diperiksa dalam kondisi gawat darurat. Anda mungkin tidak sanggup menjawab pertanyaan pemeriksaan medis seperti biasanya.
Dokter dan tim medis akan mengecek kecepatan pernapasan, detak jantung, serta denyut nadi. Jika Anda mengalami serangan jantung, tim medis mungkin akan memeriksa dengan elektrokardiogram (EKG). Anda juga mungkin perlu diperiksa dengan rontgen thorax atau paru jika dokter menemukan adanya pneumonia atau masalah paru lainnya.
Ketika kondisi Anda sudah lebih stabil, tim medis akan memberikan pertanyaan seputar riwayat kesehatan Anda. Dokter akan mencari tahu seberapa sering sesak napas muncul, serta berapa lama durasinya.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan jika Anda memiliki alergi tertentu, aktif merokok, atau kebiasaan-kebiasaan lain yang mungkin berpengaruh pada kemampuan pernapasan Anda.
Dokter mungkin akan memutuskan Anda perlu menjalani tes kesehatan lainnya untuk mengetahui bagaimana fungsi paru-paru Anda. Tes kesehatan juga dapat menemukan penyebab utama sesak napas Anda dengan lebih akurat.
Beberapa jenis tes kesehatan yang mungkin akan dilakukan adalah:
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti saran medis. SELALU berkonsultasi dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Sesak napas diobati dengan cara-cara yang beragam. Pengobatan umumnya dilakukan agar Anda bisa kembali bernapas normal, serta mengembalikan kadar oksigen dalam tubuh jika memungkinkan.
Berikut adalah beberapa langkah yang diambil tim medis sebagai cara mengatasi sesak napas:
Tidak semua jenis sesak napas diberikan obat-obatan yang sama. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan yang sesuai dengan penyebab utama Anda sulit bernapas.
Apabila Anda susah bernapas akibat serangan asma atau PPOK, dokter akan memberi resep obat bronkodilator atau steroid. Obat-obatan tersebut berfungsi melebarkan saluran pernapasan serta mengurangi peradangan.
Lain lagi jika dispnea yang Anda alami disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti pneumonia. Dalam kondisi tersebut, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan antibiotik.
Dalam beberapa kasus, kondisi sesak napas yang disebabkan oleh cedera dada atau pneumotoraks mungkin memerlukan prosedur bedah atau operasi.
Untuk kasus pneumotoraks, tim medis akan memasang tube atau tabung di dalam dada untuk mengurangi tekanan akibat pneumotoraks atau penumpukan cairan dalam paru-paru.
Jika kondisi sulit bernapas diakibatkan oleh penggumpalan darah dalam paru, tim medis akan melakukan operasi untuk membuang gumpalan darah berlebih. Selain itu, Anda juga mungkin akan obat pengencer darah melalui infus.
Apabila sering mengalami sesak napas, atau Anda dipastikan mengalami kondisi kesulitan bernapas yang kronis, tidak perlu khawatir. Ada berbagai cara yang dapat membantu mencegah kondisi ini kembali terjadi di lain waktu, seperti:
Kondisi sulit bernapas yang cukup parah dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan oksigen dan kehilangan kesadaran.
Bahkan, dalam kasus yang lebih parah, kekurangan oksigen dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipoksia (kadar oksigen dalam jaringan tubuh rendah) serta hipoksemia (kadar oksigen dalam darah rendah).
Kondisi-kondisi tersebut berisiko mengakibatkan masalah kesehatan lain yang jauh lebih serius, seperti kerusakan otak dan gagal ginjal.
Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda untuk lebih memahami solusi yang terbaik untuk Anda.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ashton, R. (2015). Dyspnea – Cleveland Clinic: Center for Continuing Education. Retrieved June 4, 2020, from http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/pulmonary/dyspnea/#bib1
Shortness of breath – Mayo Clinic. (2019). Retrieved June 4, 2020, from https://www.mayoclinic.org/symptoms/shortness-of-breath/basics/definition/sym-20050890
Causes and Evaluation of Chronic Dyspnea – American Family Physician. (2012). Retrieved June 4, 2020, from https://www.aafp.org/afp/2012/0715/p173.html
Janssens, T., Van de Moortel, Z., Geidl, W., Carl, J., Pfeifer, K., & Lehbert, N. et al. (2019). Impact of Disease-Specific Fears on Pulmonary Rehabilitation Trajectories in Patients with COPD. Journal Of Clinical Medicine, 8(9), 1460. https://doi.org/10.3390/jcm8091460
Berliner, D., Schneider, N., Welte, T., & Bauersachs, J. (2016). The Differential Diagnosis of Dyspnea. Deutsches Aerzteblatt Online. https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0834
Williams, N. (2017). The MRC breathlessness scale. Occupational Medicine, 67(6), 496-497. https://doi.org/10.1093/occmed/kqx086
Esteban, C., Quintana, J., Moraza, J., Aburto, M., Aguirre, U., & Aguirregomoscorta, J. et al. (2010). BODE-Index vs HADO-Score in Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Which one to use in general practice?. BMC Medicine, 8(1). https://doi.org/10.1186/1741-7015-8-28