backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Definisi cardiac arrest (henti jantung)

Apa itu cardiac arrest (henti jantung)?

Henti jantung mendadak yang dikenal juga dengan istilah cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SCA) adalah kondisi jantung yang tiba-tiba berhenti berdetak. Padahal, detak jantung menandakan bahwa organ ini bekerja dengan baik, yakni memompa darah.

Apabila jantung berhenti berdetak, itu artinya jantung tidak bekerja dengan baik. Darah akan berhenti dipompa dari jantung menuju organ vital lainnya, seperti otak, hati, dan paru-paru. Akibatnya, kondisi ini membuat penderitanya tidak bernapas normal, tidak sadarkan diri, atau bahkan berhenti bernapas.

Jantung memiliki sistem elektrik internal yang mengendalikan ritme detak jantung. Beberapa masalah detak jantung dapat terjadi jika sistem elektrik internal tersebut mengalami kerusakan.

Kondisi ini terkadang berkaitan erat dengan masalah detak jantung lainnya, seperti aritmia dan serangan jantung.

Aritmia menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan. Sementara itu, serangan jantung merupakan matinya jaringan otot jantung akibat kehilangan pemasukan darah.

Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan jantung berhenti bekerja dengan tiba-tiba. Apabila tidak ditangani dengan segera, henti jantung dapat menyebabkan kematian atau disabilitas.

Saat jantung berhenti, kurangnya suplai darah dengan oksigen dapat menyebabkan kerusakan otak. Kematian atau kerusakan otak permanen dapat terjadi dalam 4-6 menit.

Maka dari itu, apabila Anda atau orang lain mengalami gejala henti jantung, segera cari bantuan medis darurat.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Cardiac arrest adalah kondisi yang sangat serius dengan persentase kejadian yang cukup tinggi. Diperkirakan ada sebanyak 7 juta kasus henti jantung yang berakhir dengan kematian setiap tahunnya.

Selain itu, kondisi ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan sebesar 3:1. Kasus jantung berhenti juga lebih banyak terjadi pada orang-orang berusia lanjut, antara 45 hingga 75 tahun.

Orang-orang yang memiliki masalah atau penyakit pada jantungnya juga lebih rentan mengalami kondisi ini. Henti jantung dapat ditangani dengan cara mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda & gejala cardiac arrest (henti jantung)

Cardiac arrest adalah jenis penyakit jantung dapat terjadi secara mendadak. Gejala henti jantung yang umumnya terjadi meliputi:

  • Tiba-tiba tubuh ambruk.
  • Tidak ada denyut nadi.
  • Tidak bernapas.
  • Hilang kesadaran.

Pada beberapa kasus sebelum terjadinya cardiac arrest, ada beberapa gejala yang dirasakan oleh penderitanya. Gejala cardiac arrest tersebut adalah:

  • Rasa tidak nyaman pada dada (angina).
  • Sesak napas.
  • Palpitasi jantung (sensasi jantung berdegup kencang).
  • Tubuh kelemahan.

Kapan harus periksa ke dokter?

Cardiac arrest adalah kondisi yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, perlu segera penanganan medis. Dilansir dari laman Mayo Clinic, Anda perlu mendapatkan pertolongan medis ketika mengalami gejala henti jantung berikut ini.

  • Nyeri dada yang berulang dengan sering.
  • Jantung berdebar.
  • Detak jantung melambat atau bradikardia.
  • Detak jantung cepat dan tidak teratur (aritmia).
  • Wheezing atau sesak napas tanpa alasan yang jelas.
  • Pingsan atau hampir pingsan.
  • Pusing.

Tubuh masing-masing orang menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. Untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, segera hubungi dokter terdekat.

Penyebab cardiac arrest (henti jantung)

Penyebab cardiac arrest adalah adanya masalah pada sistem elektrik di dalam jantung. Gangguan kelistrikan ini paling sering terjadi akibat fibrilasi ventrikel, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute. Fibrilasi ventrikel sendiri adalah kondisi ritme jantung yang tidak wajar.

Jantung Anda terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang di bawah yang disebut dengan bilik (ventrikel) dan dua sisanya di atas adalah serambi (atrium). Pada fibrilasi ventrikel, ventrikel akan bergetar secara tidak terkendali. Kondisi ini menyebabkan ritme jantung berubah secara drastis.

Ventrikel yang bermasalah menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik. Pada beberapa kasus, peredaran darah akan berhenti total. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian.

Ketika fibrilasi ventrikel terjadi, nodus sinoatrial (SA) tidak dapat mengirimkan impuls elektrik dengan baik. Nodus SA berada di ruang kanan jantung yang fungsinya adalah mengatur seberapa cepat jantung memompa darah.

Selain fibrilasi ventrikel, penyebab lain dari cardiac arrest yang mungkin menyerang Anda adalah:

Penyakit arteri koroner

Sebagian besar penyebab henti jantung mendadak adalah penyakit arteri koroner yang berawal dari aterosklerosis. Kondisi ini terjadi akibat arteri koroner mengalami penyumbatan oleh kolesterol atau endapan kalsium, yang dapat mengganggu aliran darah ke jantung.

Serangan jantung

Serangan jantung dapat menimbulkan jaringan parut pada jantung Anda. Kondisi ini bisa memperpendek arus listrik, memicu kelainan irama jantung yang akhirnya bisa menyebabkan henti jantung.

Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah kondisi pembesaran jantung, tepatnya di bagian otot jantung karena peregangan atau penebalan. Kemudian, otot jantung yang tidak normal ini melemah, menyebabkan denyut jantung tidak beraturan dan memicu cardiac arrest.

Penyakit jantung bawaan

Jantung berhenti mendadak bisa terjadi pada anak-anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan. Walaupun mereka telah menjalani operasi korektif untuk mengatasi kelainan pada jantung ini, risiko mengalami henti jantung tetap ada.

Penyakit keturunan

Penyakit keturunan seperti long QT syndrome (LQTS) merupakan salah satu penyebab henti jantung. Sindrom ini menyebabkan kelainan aktivitas kelistrikan di jantung karena pori-pori kecil di permukaan sel otot jantung.

Orang dengan kondisi ini rentan mengalami aritmia dan membuat anak-anak berisiko tinggi mengalami cardiac arrest.

Penyakit katup jantung

Penyakit katup jantung juga menjadi penyebab henti jantung. Kondisi ini menandakan adanya kebocoran atau penyempitan pada katup sehingga otot jantung meregang dan menebal. Sewaktu-waktu, katup yang bocor ini bisa menyebabkan aritmia dan membuat jantung berhenti berdetak.

Penyakit jantung iskemik

Penyakit jantung iskemik terjadi karena adanya plak di arteri koroner sehingga mengurangi aliran darah kaya oksigen ke otot jantung. Kondisi ini bisa membuat plak pecah, memicu gumpalan darah, serangan jantung, sekaligus henti jantung.

Sebagian besar kasus cardiac arrest pada orang dewasa adalah berawal dari penyakit jantung iskemik.

Penyebab lainnya

Olahraga intens juga menjadi penyebab cardiac arrest. Ini karena selama aktivitas fisik, tubuh memproduksi hormon adrenalin yang memicu henti jantung pada orang yang memiliki masalah jantung.

Selain itu, penyebab lainnya adalah kadar kalium dan magnesium yang rendah dalam darah sehingga pensinyalan listrik jantung terganggu.

Faktor risiko cardiac arrest (henti jantung)

Cardiac arrest adalah kondisi yang dapat menyerang setiap orang dari berbagai golongan usia dan ras. Namun, terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi ini.

Akan tetapi, orang yang memiliki satu atau semua faktor risiko belum tentu akan mengalami henti jantung. Ada beberapa kasus di mana penderita hanya memiliki satu faktor risiko, atau tidak ada sama sekali.

Berikut adalah beberapa faktor risiko yang memicu seseorang mengalami cardiac arrest:

  • Usia yang semakin lanjut

Kondisi ini cenderung lebih mudah terjadi pada orang-orang berusia lanjut, di antara 45 hingga 75 tahun. Ini karena seiring waktu kesehatan jantung dan fungsinya akan menurun.

  • Jenis kelamin laki-laki

Apabila Anda berjenis kelamin laki-laki, risiko Anda terkena kondisi ini lebih tinggi dibanding orang-orang berjenis kelamin perempuan.

  • Pernah mengalami serangan jantung

Sebanyak 75% kasus sudden cardiac arrest berhubungan dengan terjadinya serangan jantung. Risiko seseorang mengalami henti jantung lebih tinggi setelah 6 bulan mengalami serangan jantung.

  • Riwayat penyakit arteri koroner 

Sebanyak 80% kasus jantung mendadak berhenti juga dikaitkan dengan penyakit ini.

  • Riwayat penyakit jantung iskemik

Salah satu faktor risiko utama cardiac arrest adalah penyakit jantung iskemik. Namun, terkadang beberapa penderita penyakit jantung iskemik tidak menyadari adanya penyakit tersebut, hingga akhirnya mengalami kejadian jantung berhenti.

  • Pernah mengalami henti jantung sebelumnya

Apabila Anda pernah mengalami kondisi ini sebelumnya, terlebih jika terjadi beberapa kali, ada kemungkinan Anda akan mengalaminya lagi di lain waktu.

  • Ada anggota keluarga dengan riwayat cardiac arrest

Anda juga memiliki peluang mengalami kondisi ini lebih besar jika ada anggota keluarga Anda yang pernah mengalaminya.

  • Pernah menderita atau memiliki keluarga dengan riwayat aritmia

Jika Anda atau keluarga Anda memiliki kelainan ritme jantung, termasuk sindrom Long QT, atau sindrom Wolff-Parkinson-White, risiko Anda mengalami kondisi ini lebih tinggi.

  • Riwayat cacat jantung bawaan

Apabila Anda telah memiliki jantung atau pembuluh darah yang tidak normal sejak lahir, kemungkinan Anda dapat mengalami kondisi ini.

  • Riwayat kardiomiopati
  • Kardiomiopati atau pelebaran jantung berhubungan dengan 10% kasus henti jantung. Oleh karena itu, orang-orang dengan penyakit ini juga memiliki peluang lebih besar dibanding orang dengan jantung yang normal.

    • Berat badan berlebih atau obesitas

    Kelebihan berat badan atau obesitas terbukti berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan, terutama jantung. Orang yang mengalami obesitas berpeluang besar untuk menderita kondisi ini.

    • Penderita diabetes

    Diabetes juga terbukti memengaruhi kesehatan organ-organ vital dalam tubuh, termasuk jantung.

    • Konsumsi obat-obatan terlarang

    Anda berpotensi mengalami henti jantung jika Anda meminum obat-obatan seperti kokain dan amfetamin.

    Komplikasi cardiac arrest (henti jantung)

    Komplikasi dari cardiac arrest yang umum terjadi adalah kerusakan otak dan kematian. Berdasarkan studi yang dilakukan Louisiana State University Health Sciences Center cardiac arrest adalah penyebab umum dari kerusakan otak.

    Ini karena henti jantung mendadak membuat sel-sel  otak kekurangan oksigen. Akibatnya, sel-sel tersebut akan mati. Beberapa sel-sel otak yang masih dapat bertahan akan mengalami disfungsi sensorik jangka panjang din korteks cerebral.

    Korteks cerebral adalah bagian otak yang menerima input sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan terlibat dalam fungsi yang lebih kompleks seperti menyimpan memori dan bahasa serta mengatur emosi.

    Adanya kerusakan otak akibat cardiac arrest akan memengaruhi fungsi otak tersebut.

    Obat & pengobatan cardiac arrest (henti jantung)

    Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

    Apabila Anda mengalami kondisi ini dan berhasil diselamatkan, dokter akan mencari tahu apa penyebabnya untuk mencegahnya terjadi lagi di lain waktu.

    Jadi, tujuan dari diagnosis adalah untuk mengetahui penyebab atau masalah kesehatan dibalik terjadinya cardiac arrest.

    Beberapa tes dan pemeriksaan yang mungkin akan dokter lakukan dalam mendiagnosis cardiac arrest adalah:

    1. Elektrokardiogram (EKG)

    Tes elektrokardiogram dilakukan untuk mendeteksi dan merekam aktivitas listrik jantung. Dengan tes EKG, dokter dapat mengetahui seberapa cepat jantung berdetak serta keteraturan ritmenya.

    Tes EKG juga dapat merekam kekuatan dan waktu aliran listrik yang berada di jantung. Penyakit seperti serangan jantung dan jantung iskemik dapat diketahui dengan tes ini.

    2. Ekokardiogram

    Tes ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar jantung Anda. Dokter dapat melihat ukuran, bentuk, dan seberapa baik kinerja katup jantung Anda.

    3. Tes multiple gated acquisition (MUGA)

    Pada tes MUGA, dokter akan menganalisis seberapa baik jantung Anda memompa darah. Dalam prosedur ini, dokter akan menyuntikkan sedikit cairan radioaktif ke pembuluh darah Anda, yang akan mengalir menuju jantung.

    Cairan tersebut mengeluarkan energi yang nanti akan terdeteksi oleh kamera. Kamera tersebut akan menghasilkan foto-foto jantung secara detail.

    4. MRI jantung

    Prosedur ini menggunakan gelombang magnet dan radio untuk menghasilkan gambar yang detail dari jantung Anda. Dokter menggunakan tes ini untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung.

    5. Kateterisasi jantung atau angiogram

    Kateterisasi jantung dilakukan dengan cara memasukkan tabung ke dalam pembuluh darah Anda, bisa melalui pangkal paha, leher, atau lengan.

    Dengan kateter, dokter dapat melakukan diagnosis lebih akurat terhadap masalah-masalah pada jantung Anda.

    6. Tes darah

    Dokter juga mungkin akan mengambil sampel darah Anda untuk diperiksa. Beberapa aspek seperti kadar kalium, magnesium, hormon, dan zat kimia lainnya akan dicek dalam darah Anda.

    Tes darah juga dapat mendeteksi adanya cedera atau serangan pada jantung.

    Bagaimana henti jantung ditangani?

    Apabila jantung Anda tiba-tiba tidak berdetak, perlu dilakukan penanganan darurat sesegera mungkin. Penanganan henti jantung (cardiac arrest) yang perlu Anda ketahui adalah:

    1. CPR

    Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru merupakan salah satu tindakan yang diambil untuk situasi darurat.

    Dengan menjaga aliran darah ke organ-organ vital, CPR dapat mengatasi kondisi ini untuk sementara hingga Anda mendapatkan penanganan medis selanjutnya.

    2. Defibrilasi

    Apabila cardiac arrest terjadi akibat aritmia seperti fibrilasi ventrikel, penanganan yang paling tepat adalah dengan defibrilasi. Prosedur ini menggunakan setrum listrik yang dialirkan menuju jantung.

    Prosedur ini menghentikan ritme jantung yang tidak beraturan untuk sementara. Dengan ini, jantung akan kembali berdetak dengan ritme normalnya.

    3. Penanganan di ruang gawat darurat

    Apabila Anda telah sampai di ruang gawat darurat, para staf medis akan berusaha menstabilkan kondisi Anda. Tenaga medis akan melakukan penanganan pada kemungkinan adanya serangan jantung, gagal jantung, atau ketidakseimbangan elektrolit tubuh.

    4. Penanganan lanjutan

    Apabila Anda telah kembali pulih, dokter akan berdiskusi dengan Anda atau anggota keluarga Anda mengenai penanganan cardiac arrest selanjutnya.

    Penanganan henti jantung (cardiac arrest) yang mungkin direkomendasikan dokter adalah:

    • Minum obat

    Obat yang direkomendasikan untuk yang mengalami henti jantung hampir sama dengan obat aritmia, seperti beta blocker (penekan kolesterol) dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, dan calcium channel blockers.

    • Angioplasti koroner

    Prosedur untuk membuka arteri koroner yang tersumbat agar aliran darah kembali lancar. Dokter akan menggunakan kateter berujung balon ke pembuluh darah dan mungkin menempatkan stent (ring jantung).

    • Implantable cardioverter-defibrillator (ICD)

    ICD merupakan alat yang ditempatkan pada tulang selangka sebelah kiri yang satu atau lebih kabelnya mengalir melalui pembuluh darah jantung. Gunanya adalah untuk memonitori sekaligus mengirimkan kejutan energi rendah jika ada perubahan pada irama jantung.

    • Prosedur operasi jantung

    Penanganan cardiac arrest ini meliputi operasi bypass jantung, ablasi kateter jantung, dan operasi korektif untuk mengembalikan aliran darah dan irama jantung tetap normal.

    Pengobatan di rumah untuk cardiac arrest (henti jantung)

    Apa saja perubahan-perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi cardiac arrest (henti jantung)?

    Berikut adalah perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah cardiac arrest, di antaranya:

    • Hindari merokok.
    • Pastikan konsumsi alkohol tidak lebih dari 1-2 gelas sehari, atau hindari sama sekali.
    • Jalankan pola makan bergizi dan seimbang.
    • Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit sehari.

    Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan