backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Azotemia

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 19/04/2021

Azotemia

Definisi azotemia

Azotemia adalah kerusakan ginjal yang disebabkan oleh suatu penyakit atau cedera. Kondisi ini biasanya terjadi ketika ginjal tidak lagi mampu membuang limbah nitrogen. 

Akibatnya, tubuh mengalami kelebihan nitrogen, kreatinin dalam darah, dan jenis limbah lainnya. Jika hal ini terjadi, fungsi ginjal tidak akan bekerja dengan baik untuk menyaring. 

Pada kasus yang parah, azotemia dapat menyebabkan cedera ginjal akut dan kronis. Itu sebabnya, Anda perlu segera mendapatkan penanganan untuk menghindari hal ini. 

Seberapa umum azotemia? 

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari jenis kelamin, ras, maupun lingkungan tempat tinggal. Bahkan, penyakit ginjal ini dapat menyebabkan 8 – 16% pasiennya perlu mendapatkan rawat inap di rumah sakit. 

Selain itu, kebanyakan pasiennya berusia antara 45 dan 64 tahun. Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir karena bisa mencegah penyakit ini dengan mengurangi berbagai faktor risiko. 

Diskusikan dengan dokter terkait faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar urea nitrogen dalam darah untuk lebih lengkapnya.

Jenis azotemia

Di bawah ini beberapa jenis azotemia yang dibagi berdasarkan daerah ginjal yang mengalami kerusakan. 

Prerenal azotemia

Prerenal azotemia yaitu kondisi ketika ginjal mengalami kelebihan nitrogen dalam darah. Hal ini ternyata disebabkan oleh kekurangan aliran darah ke ginjal akibat tekanan darah yang rendah atau detak jantung yang tidak teratur.

Masalah ini juga menjadi salah satu penyebab umum gagal ginjal akut. Namun, kondisi ini dapat diatasi dengan mengembalikan aliran darah normal ke ginjal. 

Intrarenal azotemia

Intrarenal azotemia yaitu kelebihan nitrogen dalam darah yang disebabkan oleh kerusakan ginjal. Akibatnya, fungsi ginjal pun terganggu ketika mengeluarkan nitrogen dalam urine. 

Penyebab utama penumpukan senyawa kimia ini yaitu penggunaan obat-obatan, seperti antibiotik, kemoterapi, dan obat-obatan NSAID

Postrenal azotemia

Postrenal azotemia merupakan jenis yang disebabkan oleh penyumbatan ginjal. Alhasil, urine kesulitan keluar dari ginjal yang dapat disebabkan oleh penyumbatan batu, infeksi, atau kelenjar prostat yang membesar (penyakit BPH).

Tanda dan gejala azotemia

Pada dasarnya, gejala kondisi ini tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri penyakit ginjal, antara lain: 

  • frekuensi buang air kecil berubah, 
  • sakit saat kencing
  • warna urine berubah menjadi kuning tua atau terdapat bercak merah, 
  • kelelahan, 
  • edema perifer
  • mual atau muntah, 
  • kurang nafsu makan, 
  • kebingungan, dan 
  • demam akibat adanya infeksi. 

Kapan harus periksa ke dokter? 

Bila memiliki salah satu atau lebih gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Semakin cepat penyakit ginjal ini didiagnosis, semakin besar peluang Anda untuk sembuh dan terhindar dari risiko komplikasi. 

Penyebab dan faktor risiko

Apa saja penyebab azotemia?

Ginjal yang sehat seharusnya menyaring darah untuk mengeluarkan limbah dan menjaga keseimbangan elektrolit dalam darah. Bila alirah darah menuju ginjal menurun, laju filtrasi juga akan berkurang. 

Akibatnya, produk limbah menumpuk di dalam darah dan bisa beracun terhadap tubuh. Salah satu produk yang mengalami penumpukan adalah limbah nitrogen, seperti kreatinin dan urea. 

Hal ini menjadi penyebab azotemia yang berisiko merusak fungsi organ secara keseluruhan. Faktor utama yang mengakibatkan hal tersebut adalah kondisi apa saja yang bisa mengurangi aliran darah ke ginjal, seperti: 

Apa yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit ini? 

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut biasanya berkaitan dengan penyakit tertentu, meliputi: 

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini? 

Selain menjalani pemeriksaan fisik, dokter juga meminta Anda untuk melakukan tes lainnya, seperti: 

Setiap pasien yang telah didiagnosis mengalami azotemia perlu menyadari peningkatan risiko terhadap gagal ginjal. Oleh sebab itu, Anda perlu mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengrurangi risiko komplikasi. 

Apa saja cara mengobati azotemia? 

Tujuan utama pengobatan penyakit ini yaitu mengatasi penyebab penumpukan nitrogen urea darah. Di bawah ini sejumlah cara mengatasi azotemia yang biasanya direkomendasikan oleh dokter. 

Cairan intravena

Salah satu pengobatan azotemia yaitu dengan memberikan cairan intravena untuk meningkatkan volume darah. Metode ini dilakukan untuk mengelola faktor yang mungkin dapat memicu penumpukan limbah. 

Beberapa kandungan yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan intravena tersebut meliputi:

  • amifostine untuk mengurangi racun akibat kemoterapi, 
  • antibiotik untuk melawan infeksi penyebab azotemia, 
  • insulin untuk mengatur glukosa darah
  • loop diuretik untuk mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh, serta 
  • sodium polystyrene sulfonate untuk mengurangi konsentrasi kalium darah. 

Diet sehat

Selain mendapatkan cairan intravena, pengobatan azotemia lainnya adalah menjalani diet sehat. Pola makan ini bertujuan meningkatkan fungsi ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut. 

Normalnya, diet sehat ala pasien ginjal ini meliputi: 

  • membatasi asupan karbohidrat, 
  • mengontrol asupan protein, 
  • memperbanyak makanan kaya serat untuk pencernaan, serta 
  • menghindari makanan dengan kalium dan magnesium tinggi. 
  • Komplikasi azotemia

    Bila tidak segera ditangani, terdapat sejumlah risiko komplikasi azotemia yang mengintai. Dilansir dari National Center for Biotechnology Information, komplikasi akibat peningkatan kadar urea darah sebagian besar bisa memicu uremia. 

    Komplikasi uremia ini termasuk:

    Komplikasi uremia merupakan pertanda bahwa kerusakan ginjal yang dialami sudah cukup parah. Bila sudah begini, dokter mungkin akan menyarankan hemodialisis untuk mengeluarkan penumpukan zat beracun tersebut. 

    Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk memahami solusi yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 19/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan