backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Batu Ginjal (Kencing Batu)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/11/2022

Batu Ginjal (Kencing Batu)

Apa itu batu ginjal?

Batu ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari mineral dan garam yang terbentuk di dalam ginjal. Proses yang disebut kencing batu atau nefrolitiasis ini memiliki ukuran batu yang sangat kecil hingga mencapai beberapa inci.

Jenis penyakit ginjal ini juga memiliki endapan dengan ukuran yang lebih besar dan mengisi saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Batu tersebut disebut batu staghorn. 

Batu-batu kecil biasanya bergerak melalui saluran kemih dan keluar dari tubuh tanpa Anda sadari. Namun, beberapa batu akan terus membesar di dalam tubuh selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Jika batu-batu ini menuju ke ureter, Anda dapat merasakan sakit yang luar biasa pada perut bagian bawah hingga pangkal paha. 

Seberapa umum batu ginjal?

Batu ginjal umum terjadi dan biasanya menyerang orang berusia di atas 40 tahun. Melansir Harvard Health Publishing, pasien dari sakit ginjal ini kebanyakan menjangkiti pria. Meski begitu, satu wanita dari setiap delapan pria dapat terjangkit batu ginjal.

Tanda dan gejala batu ginjal

Sepertiga dari masyarakat di dunia mempunyai masalah ini. Namun, setengah dari merekalah yang memperlihatkan tanda dan gejala.

Walaupun kebanyakan kasus tidak menunjukkan gejala, pembentukan batu di organ berbentuk kacang ini bisa berakibat fatal. Batu yang tersangkut di kandung kemih juga dapat menyebabkan kencing batu dan menimbulkan gejala yang mengganggu aktivitas. 

Salah satu gejala batu ginjal yang sering terjadi yaitu perasaan sakit yang luar biasa. Namun, rasa sakit ini tidak selalu terjadi dan terasa bergerak dari bagian samping belakang ke bagian bawah perut. 

Ada pun tanda dan gejala lainnya dari penyakit ini yang perlu Anda waspadai, yaitu:

  • Nyeri pada bagian samping, belakang, dan bawah tulang rusuk.
  • Nyeri perut bagian bawah dan selangkangan.
  • Sensasi terbakar dan rasa sakit saat buang air kecil.
  • Kencing berdarah.
  • Mual dan muntah-muntah.
  • Demam dan merasa kedinginan bila terjadi infeksi.

Apabila Anda merasakan beberapa gejala di atas atau yang tidak disebutkan, terutama meriang hingga demam, segera periksakan ke dokter. 

Kapan harus periksa ke dokter?

Masalah ginjal yang satu ini awalnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Bahkan, banyak orang yang tidak yakin dengan kondisi tubuh mereka. Namun, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala berikut ini. 

  • Rasa sakit yang disertai mual dan muntah.
  • Nyeri yang diiringi dengan demam dan meriang.
  • Sulit buang air kecil dan kencing berdarah.

Apa penyebab batu ginjal?

Batu ginjal dapat terbentuk ketika urine atau air kencing mengandung terlalu banyak bahan kimia. Bahan kimia seperti kalsium, asam urat, sistin, atau strutive dapat mempercepat pembentukan batu. 

Walaupun demikian, ada beberapa jenis batu ginjal berdasarkan penyebabnya di bawah ini.

1. Tumpukan kalsium

Kencing batu sering disebabkan oleh batu ginjal yang mengandung mineral kalsium. Kelebihan kalsium bisa menjadi penyebab batu ginjal. Pasalnya, kalsium yang tidak digunakan oleh tulang dan otot pergi ke ginjal.

Pada kebanyakan orang, ginjal mengeluarkan ekstra kalsium bersamaan dengan sisa urine. Orang yang memiliki batu kalsium menyimpan kalsium dalam ginjal mereka.

Mineral kalsium yang tetap berada di belakang bergabung dengan produk-produk limbah lain untuk membentuk batu. Seseorang dapat memiliki kalsium oksalat dan batu kalsium fosfat, meskipun batu kalsium oksalat lebih umum.

2. Asam urat tinggi

Sebuah batu asam urat juga bisa terbentuk ketika urine mengandung terlalu banyak asam. Orang-orang yang makan banyak daging, ikan, dan kerang mungkin terkena batu asam urat.

3. Infeksi ginjal

Batu struvite di ginjal, juga dapat terbentuk setelah Anda memiliki infeksi ginjal (pielonefritis).

4. Faktor genetik

Batu sistin merupakan hasil dari kelainan genetik, yang berarti masalah diturunkan dari orangtua ke anak. Gangguan tersebut menyebabkan sistin (asam amino dalam tubuh) bocor melalui ginjal dan ke dalam urine.

Apa yang meningkatkan risiko penyakit batu ginjal?

Ada banyak faktor-faktor risiko yang mempercepat pembentukan batu, yaitu di bawah ini.

  • Pernah menderita batu ginjal.
  • Anggota keluarga menderita penyakit batu ginjal.
  • Tidak minum cukup air.
  • Menjalani diet tinggi protein, natrium atau gula.
  • Kelebihan berat badan hingga obesitas.
  • Pernah menjalani operasi penyakit pencernaan atau terkait dengan usus.
  • Riwayat penyakit ginjal polikistik atau ginjal kistik lainnya.
  • Menderita infeksi kandung kemih.
  • Mengalami pembengkakan atau iritasi pada usus dan sendi.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat diuretik atau antasida kalsium.

Apa diagnosis untuk mendeteksi batu ginjal?

Pada kebanyakan kasus, dokter akan merekomendasikan Anda untuk menjalani salah satu pemeriksaan fungsi dan kelainan pada ginjal. Tes untuk mendeteksi proses nefrolitiasis ini meliputi:

  • Tes darah untuk mendeteksi jumlah kalsium dan kadar asam urat dalam darah.
  • Tes urine yang menunjukkan apakah Anda mengeluarkan terlalu banyak mineral atau tidak.
  • Tes pencitraan berupa CT-scan untuk menemukan batu ginjal hingga yang terkecil.
  • USG karena lebih cepat dan mudah untuk mendiagnosis batu.
  • Analisa batu yang keluar dari urine dengan menggunakan saringan.

Apa saja pilihan obat batu ginjal?

Pengobatan batu ginjal dilakukan berdasarkan ukuran, bahan kimia yang membentuknya, dan letak batu. Pada beberapa kasus, batu akan keluar dari tubuh dengan sendirinya tanpa bantuan dokter. 

1. Perawatan ketika tidak menunjukkan gejala

Bagi Anda yang tidak memiliki gejala apapun, tetapi didiagnosa memiliki batu di ginjal, dapat melakukan beberapa hal di bawah ini untuk membantu mengeluarkan batu. 

  • Minum air putih sebanyak 2-3 liter untuk mengencerkan urine.
  • Konsumsi obat penghilang rasa sakit, seperti parasetamol atau ibuprofen sesuai anjuran dokter.
  • Terapi medis, seperti alpha blocker atau terapi yang dapat melemaskan otot ureter (saluran kemih).

2. Pengobatan dengan gejala yang parah

Sementara itu, batu yang tidak keluar dengan sendirinya memerlukan bantuan dari ahli urologi, yaitu dokter spesialis urologi

Batu berukuran yang terlalu besar dapat menyebabkan perdarahan, kerusakan ginjal, dan infeksi saluran kemih. Oleh sebab itu, Anda mungkin memerlukan perawatan dan operasi batu ginjal yang diawasi langsung oleh dokter, yaitu:

  • Terapi ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) untuk memecah batu.
  • Operasi mengeluarkan batu yang disebut percutaneous nephrolithotomy.
  • Ureteroskopi, yaitu penggunaan ureteroscope untuk menemukan kristal di batu.
  • Operasi pengangkatan kelenjar paratiroid untuk mencegah pertumbuhan batu.

3. Cara alami memecah batu ginjal

Selain minum air putih, berikut cara alami untuk mengobati batu ginjal lewat urine. Namun, perlu diingat bahwa biasanya cara ini perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum Anda mencobanya. 

  • Hindari makanan tinggi oksalat, seperti bayam, buah bit, dan almond.
  • Minum air lemon karena dapat mengikat kalsium dan menghambat pembentukan batu.
  • Batasi makanan tinggi natrium untuk mengurangi jumlah kalsium dalam urine.
  • Kurangi asupan protein hewani yang dapat meningkatkan kadar asam urat.

Perawatan di rumah

Pengobatan batu ginjal tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan perubahan gaya hidup yang membantu mengatasi masalah ini. Di bawah ini beberapa hal yang perlu Anda lakukan setelah didiagnosis menderita batu ginjal.

  • Minum obat sesuai anjuran dokter.
  • Mengikuti saran dokter terkait pola makan.
  • Minum air rutin, setidaknya 2 – 3 liter dalam satu hari.
  • Hubungi dokter jika kondisi semakin memburuk.

Jika Anda memiliki pertanyaan lain, harap konsultasi dengan dokter Anda untuk lebih memahami solusi terbaik untuk Anda.

Pencegahan batu ginjal

Orang yang pernah menderita penyakit kencing batu sangat mungkin akan mengalami kondisi yang sama. Oleh sebab itu, Anda perlu mengubah pola hidup menjadi lebih sehat untuk mencegahnya. 

Perubahan gaya hidup ini juga tergantung pada jenis batu dan mengapa kondisinya bisa berkembang. 

1. Minum air yang cukup

Minum air putih setidaknya 8 gelas per hari dapat membantu tubuh membuang mineral berlebih dari tubuh. Penumpukan mineral dapat terjadi jika tubuh kekurangan cairan dan meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. 

2. Membatasi konsumsi protein hewani

Bagi Anda yang pernah memiliki batu di ginjal, sebaiknya juga membatasi asupan daging sapi, ayam, dan telur. Pada beberapa kasus, konsumsi olahan susu mungkin juga perlu dibatasi. 

3. Mengurangi makan makanan asin

Kandungan garam dan natrium pada makanan dapat memicu penyakit batu ginjal karena meningkatkan jumlah kalsium dalam urine. Oleh sebab itu, batasi asupan garam maksimal 1 sendok teh garam dapur dalam sehari. 

4. Menjaga berat badan tetap ideal

Obesitas sering dikaitkan dengan risiko penyakit ginjal, termasuk batu ginjal. Pasalnya, kelebihan berat badan dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam urine dan resistensi insulin. 

5. Berhati-hati dengan suplemen kalsium

Kalsium dalam makanan biasanya tidak berdampak besar pada risiko pembentukan batu. Makan makanan yang kaya kalsium justru dianjurkan, kecuali dokter merekomendasikan untuk membatasi asupannya. 

Sebaliknya, tanyakan kepada dokter perihal suplemen kalsium karena disebut dapat mempercepat pertumbuhan batu. Di lain sisi, diet rendah kalsium juga dapat meningkatkan pembentukan batu pada beberapa orang. 

Kalsium dalam makanan tidak berpengaruh pada risiko batu ginjal Anda. Teruslah makan makanan kaya kalsium kecuali dokter menyarankan sebaliknya.

Jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi terkait pola makan yang cocok dengan kondisi tubuh Anda saat ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/11/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan