Hampir semua orang mungkin pernah mengalami sakit kepala. Pasalnya, bukan hanya sebagai penyakit, kondisi ini juga bisa menjadi gejala dari penyakit lain. Untuk lebih memahami kondisi ini, simak ulasan lengkap terkait sakit kepala di bawah ini.
Apa itu sakit kepala?
Sakit kepala adalah rasa nyeri yang terjadi di bagian manapun di kepala.
Nyeri bisa saja terjadi di salah satu area kepala, pada kedua sisi kepala sekaligus, atau menyebar dari salah satu bagian ke bagian kepala lainnya.
Intensitas nyeri bisa terasa ringan, tetapi juga dapat cukup kuat. Rasa sakitnya dapat datang secara bertahap atau tiba-tiba dan dapat berlangsung kurang dari satu jam hingga berhari-hari lamanya.
Pola nyeri pada sakit kepala bisa seperti berdenyut, bergelombang, ditekan, atau tajam seperti ditusuk.
Sebagian besar kasus nyeri di kepala hanya ringan dan tidak membutuhkan perhatian dari dokter.
Namun, sakit kepala bisa terjadi cukup parah sehingga penderitanya tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, seperti pergi bekerja atau sekolah.
Bahkan terkadang, sakit kepala bisa menjadi tanda adanya gangguan atau penyakit serius yang berbahaya bagi kesehatan Anda.
Seberapa umum kondisi ini?
Sakit kepala adalah gejala umum yang paling sering dialami manusia. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 50% dari populasi orang dewasa di dunia mengalami gejala ini.
Artinya, hampir setengah masyarakat dunia pernah mengalaminya.
Rasa nyeri ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari sakit kepala pada anak, dewasa, hingga lanjut usia (lansia).
Baik wanita maupun pria, keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami gejala ini. Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena gejala ini bisa disembuhkan.
Anda bisa mengatasi kondisi ini dengan berbagai pengobatan sembari mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi.
Jenis-jenis sakit kepala
Sakit kepala secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Simak penjelasan lengkap mengenai kedua jenis sakit kepala tersebut di bawah ini.
1. Sakit kepala primer
Sakit kepala primer adalah nyeri kepala yang terjadi tanpa penyebab penyakit lain yang mendasarinya.
Nyeri kepala jenis ini dapat terjadi akibat adanya gangguan atau hipersensitivitas pada struktur peka nyeri di kepala.
Misalnya kaku otot di sekitar kepala (tension), selaput otak (meninges), ataupun pembuluh darah di otak.
Meski tidak terjadi karena masalah kesehatan lain, jenis nyeri kepala ini dapat disebabkan oleh faktor genetik.
Adapun nyeri kepala primer terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
- Sakit kepala tegang (tension headache). Nyeri biasanya terasa seperti ditekan atau menggunakan pengikat kepala yang cukup kencang di sekitar kepala. Rasa sakit bisa menjalar dari atau menuju ke leher.
- Migrain. Ini termasuk jenis yang cukup sering terjadi. Migrain dapat menyebabkan nyeri yang parah atau sensasi berdenyut, yang biasanya terjadi di satu sisi kepala.
- Sakit kepala cluster (cluster headache). Terjadi dalam pola siklus atau periode cluster, rasa sakit bisa terjadi hanya satu kali hingga delapan kali dalam sehari selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang kemudian diikuti dengan periode remisi atau tanpa gejala. Nyeri biasanya cukup parah serta bisa sampai ke area mata.
- Sakit kepala hipnik (Hypnic headache). Ini adalah bentuk nyeri di kepala yang langka dan biasanya terjadi pada orang berusia antara 40—80 tahun. Jenis ini biasanya terjadi pada malam hari dan berlangsung selama 15—60 menit. Waktu kejadiannya cenderung selalu sama setiap malam dan tidak disertai dengan gejala lain, seperti pilek.
2. Sakit kepala sekunder
Sakit kepala sekunder adalah nyeri kepala yang timbul akibat adanya penyakit lain di otak.
Ada banyak sekali kondisi kesehatan yang dapat menjadi penyebab munculnya kondisi ini, termasuk tumor otak, perdarahan di otak, hingga serangan panik dan glaukoma.
Beberapa jenis sakit kepala sekunder, termasuk sinus headache, nyeri akibat konsumsi obat-obatan, dan rasa sakit yang datang secara tiba-tiba (thunderclap headache).
Tanda dan gejala sakit kepala
Gejala, tanda-tanda, dan ciri-ciri yang mungkin muncul pada penderita sakit kepala bisa berbeda-beda, tergantung jenis yang dialaminya.
Misalnya, pada jenis tension headache, gejala yang dirasakan bisa berupa rasa nyeri seperti ditekan, bisa ringan hingga parah.
Namun, pada migrain, gejala yang muncul bisa berupa sakit seperti berdenyut yang terkadang disertai dengan pusing dan mual atau tanda lainnya. Jenis-jenis lainnya pun memiliki gejala-gejala khas tertentu.
Selain sensasi yang berbeda, area kepala yang mengalami nyeri pun bisa beragam. Misalnya, Anda bisa saja mengalami sakit kepala bagian belakang, serangan sakit kepala depan, jenis sakit kepala sebelah kanan atau kiri, atau juga atas.
Kapan harus periksa ke dokter?
Sakit kepala primer umumnya tidak mengancam nyawa dan akan membaik seiring dengan terapi dan kontrol faktor risiko yang dilakukan.
Namun pada beberapa kasus, terutama jenis sekunder, kondisi ini dapat menjadi pertanda dari penyakit yang lebih serius, seperti nyeri kepala pertanda tumor otak atau stroke.
Pada kondisi yang serius ini, rasa nyeri di kepala umumnya tidak biasa dan kerap disertai gejala lainnya.
Berikut beberapa kondisi yang mengharuskan Anda segera pergi ke dokter jika merasakan nyeri di kepala.
- Mengalami rasa sakit yang amat sangat dan tidak pernah Anda rasakan sebelumnya.
- Merasakan nyeri yang parah dan tiba-tiba menyerang di area kepala.
- Sakit yang terus semakin memburuk, bahkan dengan obat pereda nyeri sekalipun.
- Sakit yang terus meningkat jika batuk, mengubah posisi, atau bergerak.
- Rasa sakit yang diikuti oleh rasa linglung dan kesulitan untuk memahami ucapan orang lain.
- Baru saja mengalami cedera kepala atau kecelakaan.
- Pingsan atau kehilangan kesadaran.
- Demam tinggi, lebih tinggi dari 39—40 derajat celcius.
- Leher yang kaku.
- Mengalami gangguan penglihatan.
- Mengalami gangguan berbicara atau berjalan.
- Mual dan muntah, kecuali jika Anda sedang flu atau mabuk.
- Sakit yang diiringi dengan gangguan sistem saraf lainnya, seperti pusing, mati rasa atau kesemutan, lumpuh, kejang, atau perubahan kepribadian atau perilaku.
Jika Anda mengalami gejala di atas atau gejala lain yang menurut Anda mengkhawatirkan, maka sebaiknya Anda berkonsultasi kepada dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat.
Penyebab sakit kepala
Ada berbagai kondisi yang dapat menjadi penyebab sakit kepala. Kondisi ini bisa dipicu oleh faktor lingkungan, kebiasaan dan gaya hidup, serta kondisi medis lain.
Pada nyeri kepala jenis primer, kondisi ini bisa disebabkan oleh gaya hidup seperti berikut.
- Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
- Mengonsumsi makanan tertentu, seperti daging olahan yang mengandung nitrat atau daging asap.
- Perubahan kebiasaan saat tidur atau kurang tidur.
- Postur tubuh yang buruk.
- Kebiasaan melewatkan waktu makan.
- Stres.
Sementara itu, sakit yang tergolong ke dalam jenis sekunder bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti:
- infeksi sinus,
- penggumpalan darah di dalam otak,
- aneurisma otak,
- tumor otak,
- keracunan karbon monoksida,
- dehidrasi,
- infeksi telinga,
- meningitis,
- gangguan dan serangan panik,
- stroke,
- glaukoma,
- tekanan darah tinggi, dan
- radang otak atau ensefalitis.
Tidak semua kemungkinan penyebab dari kondisi ini tercantum di dalam daftar yang telah disebutkan.
Jika Anda mengalami nyeri di kepala dan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi Anda, konsultasikan kepada dokter.
Faktor risiko sakit kepala
Sakit kepala adalah kondisi yang dapat terjadi pada hampir semua orang dari berbagai kelompok usia dan golongan ras.
Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang memicu seseorang mengalaminya.
- Usia. Cluster headache lebih sering terjadi pada orang dengan usia 20 hingga 50 tahun. Sementara, migrain lebih sering dialami oleh remaja.
- Jenis kelamin. Laki-laki lebih berpotensi mengalami cluster headache dibanding perempuan. Sementara pada jenis lainnya, wanita dan pria memiliki peluang yang sama besarnya.
- Gaya hidup. Orang yang memiliki kebiasaan merokok, kurang olahraga, dan kurang tidur berisiko mengalami tension headache. Sementara, kebiasaan melewatkan jam makan, terlalu banyak tidur, stres, terlalu banyak minum alkohol, atau mendengarkan suara terlalu keras meningkatkan faktor risiko migrain.
- Kondisi medis tertentu. Memiliki riwayat gangguan kejiwaan, seperti depresi, atau pernah menjalani operasi di bagian kepala, lebih berisiko mengalami cluster headache. Sakit kepala akibat haid atau menstruasi juga bisa terjadi, terutama jenis migrain.
- Faktor genetik. Genetik bisa menjadi salah satu faktor risiko migrain. Artinya, ini bisa jadi sebuah kondisi yang turun temurun terjadi di dalam keluarga Anda.
Diagnosis sakit kepala
Umumnya, dokter akan dengan mudah mengetahui jenis nyeri kepala yang Anda alami hanya dari penjelasan mengenai gejala.
Ini termasuk rasa nyeri yang Anda alami, waktu dan durasi terjadinya nyeri, dan kemungkinan kondisi atau faktor risiko yang menyebabkannya, seperti konsumsi makanan dan obat-obatan tertentu atau menjalankan aktivitas lain.
Dokter pun mungkin akan menanyakan dan memeriksa gejala terkait sistem saraf yang mungkin terjadi, seperti mual dan muntah, kejang, dan masalah penglihatan.
Bila kondisi yang Anda miliki dicurigai akibat kelainan atau penyakit tertentu, dokter umumnya akan meminta Anda untuk melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosisnya.
Tes tersebut bisa berupa X-ray, CT scan, MRI, atau pemeriksaan lainnya, termasuk elektroensefalografi (EEG).
Pengobatan sakit kepala
Cara mengatasi sakit kepala bisa berbeda pada setiap orang, tergantung jenis dan penyebab serta gejala yang dialami.
Anda mungkin hanya perlu beristirahat yang cukup untuk mengatasi kondisi ini serta menghindari berbagai hal yang dapat memicu kekambuhannya.
Namun pada beberapa kasus, obat sakit kepala yang dijual bebas di apotek mungkin dibutuhkan, seperti aspirin, paracetamol, atau ibuprofen.
Meski demikian, konsumsi obat-obatan tersebut harus selalu memperhatikan aturan konsumsi pada label kemasan dan tidak boleh digunakan secara berlebih untuk menghindari sakit berkepanjangan.
Jika perlu, konsultasikan kepada dokter untuk mendapat obat yang tepat, terutama jika Anda khawatir akan gejala lainnya yang juga terjadi secara bersamaan.
Dokter mungkin akan memberi obat tambahan yang sesuai dengan gejala dan kondisi medis yang Anda miliki.
Selain itu, ada pengobatan alternatif yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi rasa sakit ini. Misalnya akupunktur, teknik relaksasi, biofeedback, dan pijat untuk sakit kepala.
Sudah mulai banyak penelitian yang membahas hubungan efektivitas pengobatan tersebut dengan rasa nyeri, sehingga sudah dapat dibuktikan efektvitasnya.
Pengobatan sakit kepala di rumah
Pengobatan rumahan dan perubahan gaya hidup juga bisa dilakukan untuk membantu mengatasi nyeri di kepala yang Anda alami.
Berikut adalah cara-cara sederhana yang dapat membantu Anda mengatasi sakit kepala.
- Bersantai dan istirahat di ruangan yang tenang dan berventilasi baik atau dengan kondisi jendela terbuka untuk memungkinkan sirkulasi udara segar masuk.
- Mengompres kepala atau leher dengan air hangat atau dingin. Namun, hindari menggunakan suhu yang terlalu panas atau dingin.
- Hindari kegiatan atau hal-hal yang mungkin menyebabkan stres.
- Perbanyak minum air putih, kecuali Anda miliki kondisi medis tertentu yang tidak memungkinkan hal tersebut.
- Makan teratur dan upayakan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal di dalam tubuh.
- Olahraga secara rutin.
- Mengonsumsi obat alami sakit kepala, seperti jahe.
Untuk mengetahui cara mengatasi nyeri kepala lebih lanjut, Anda dapat berkonsultasi kepada dokter.
Cara mencegah sakit kepala
Mencegah nyeri kepala dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor yang dapat memicu gejala ini. Adapun faktor pemicu tersebut bisa berbeda pada setiap orang.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali apa saja hal-hal yang dapat memicu nyeri di kepala Anda. Misalnya, wangi parfum yang kuat, makanan tertentu, cahaya yang terlalu terang, dan lain sebagainya.
Selain menghindari hal-hal tersebut, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya nyeri di kepala. Berikut di antaranya.
- Rutin berolahraga.
- Tidur yang cukup.
- Mengurangi stres.
- Berhenti merokok.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Menerapkan pola makan sehat dan teratur.
- Mengurangi konsumsi kafein.
- Mempertahankan postur tubuh yang baik, seperti tidak membungkuk atau memegang ponsel Anda dengan tangan saat menelepon (tidak meletakkannya di bahu).
- Pastikan ruangan di rumah Anda cukup terang dan berventilasi.
Dengan begitu, diharapkan Anda bisa terhindar dari nyeri kepala untuk waktu yang lebih lama.
Kesimpulan
- Sakit kepala adalah rasa nyeri yang bisa terjadi di bagian mana pun dari kepala, baik di salah satu area, kedua sisi sekaligus, atau menyebar dari salah satu bagian ke bagian kepala lainnya.
- Gejala nyeri yang timbul di kepala bisa terasa ringan, tetapi juga dapat cukup kuat.
- Terkadang, nyeri di kepala bisa hilang dengan sendirinya setelah istirahat. Akan tetapi, pada beberapa kasus yang lebih parah, pengobatan mungkin perlu dilakukan.
- Pengobatan bisa berbeda pada setiap orang, tergantung jenis dan penyebab serta gejala yang dialami. Misalnya, penggunaan obat-obatan atau terapi.
[embed-health-tool-bmi]