Mengenali gejala stroke pada orang lain
Jika seseorang memiliki kecenderungan untuk terkena gejala stroke, Anda sebaiknya memperhatikan aktivitasnya untuk menjaga dan membawa mereka ke dokter sesegera mungkin;
- Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Periksa apakah satu sisi dari wajahnya tidak bereaksi
- Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangannya. Perhatikan apabila ada satu tangan yang menggeluyur ke bawah.
- Mintalah orang tersebut untuk mengulangi kalimat sederhana. Periksa apakah ada kata-kata yang tidak jelas dan apakah kalimat dapat diulang dengan benar.
Anda juga perlu memberikan pertolongan pertama pada pasien stroke jika terjadi serangan secara tiba-tiba.
Penyebab stroke
Penyebab stroke biasanya tergantung pada jenisnya. Berikut ini adalah penyebab yang bisa Anda pelajari berdasarkan jenisnya.
Penyebab stroke iskemik
Ada tiga jenis kondisi yang bisa menyebabkan stroke iskemik, seperti:
Penumpukan plak
Penumpukan plak pada dinding arteri ternyata tidak hanya menyebabkan serangan jantung, tapi kondisi lain seperti aterosklerosis. Penumpukan plak ini menyebabkan pembuluh arteri menyempit, sehingga menghambat aliran darah menuju ke jaringan atau organ di dalam tubuh.
Penumpukan plak ini juga bisa terjadi pada pembuluh arteri di dalam otak maupun leher. Jika terjadi penyumbatan akibat plak yang menumpuk pada arteri baik di dalam otak maupun di leher, pasien akan mengalami stroke iskemik.
Terjadi penggumpalan darah
Selain menyumbat, plak yang terdapat di dalam pembuluh arteri juga bisa pecah. Sel darah di sekitar plak yang pecah akan saling menempel dan membentuk gumpalan darah. Darah yang menggumpal juga dapat menyumbat pembuluh arteri.
Meski penggumpalan darah terjadi pada bagian tubuh yang lain, gumpalan darah ini bisa bergerak hingga ke otak. Kondisi ini disebut juga sebagai stroke embolik.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh masalah kelainan darah seperti atrial fibrilasi dan penyakit sel sabit yang memicu penggumpalan darah dan menyebabkan stroke.
Penyebab stroke hemoragik
Berikut adalah beberapa kondisi penyebab stroke hemoragik:
Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan serangan stroke hemoragik. Hipertensi dapat terjadi akibat adanya kelainan atau masalah pada ginjal, gaya hidup tidak sehat, atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Aneurisma
Aneurisma adalah peradangan atau pembengkakan dinding arteri yang terletak di dalam otak. Kondisi ini disebabkan dinding arteri mengalami penipisan dan menjadi lemah, sehingga peradangan terjadi.
Aneurisma bisa muncul sedari lahir (kongenital) atau berkembang seiring dengan berjalannya waktu, terutama jika memiliki riwayat hipertensi.
Malformasi arteri (AVM)
Malformasi arteri atau AVM adalah kondisi di mana terjadinya kelainan pada pembuluh darah. Sebenarnya kelainan ini dapat terjadi di bagian tubuh manapun, termasuk otak.
AVM biasanya didapati sejak lahir. Jika AVM terletak di otak, kondisi ini berisiko menyebabkan terjadinya pendarahan.
Pengobatan antikoagulan (pengencer darah)
Beberapa orang yang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah untuk mengurangi risiko penggumpalan darah justru berpotensi mengalami pendarahan pada otaknya.
Penyebab stroke ringan
Kondisi ini terjadi ketika plak atau darah beku pada pembuluh arteri yang terletak pada sistem saraf pusat menghambat pembuluh darah yang memasok darah ke otak.
Kondisi ini menyebabkan aliran darah ke otak menjadi tersumbat dan menimbulkan serangan stroke yang terjadi secara singkat.
Faktor-faktor risiko stroke
Ada banyak faktor risiko penyebab stroke:
Faktor risiko gaya hidup
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Kebiasaan bermalas-malasan.
- Terlalu banyak mengonsumsi alkohol.
- Menggunakan obat terlarang seperti kokain dan metamfetamin.
Faktor risiko medis
- Tekanan darah tinggi.
- Kebiasan merokok atau paparan asap rokok (perokok pasif).
- Kolesterol tinggi.
- Diabetes.
- Gangguan tidur.
- Penyakit jantung.
- Riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan dengan stroke, serangan jantung, atau stroke ringan.
- Infeksi COVID-19.
- Penggunaan obat antikoagulan (pengencer darah) secara berlebih atau diluar aturan yang dianjurkan dokter.
Faktor lainnya
- Berusia di atas 55 tahun.
- Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibanding perempuan.
- Menggunakan pil KB.
Tidak memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas bukan berarti Anda tidak dapat terkena stroke. Faktor-faktor ini hanya sebagai referensi. Anda sebaiknya konsultasi dengan dokter Anda untuk penjelasan yang lebih rinci.
Diagnosis & pengobatan stroke
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Ada beberapa jenis tes yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis stroke, di antaranya:
- Pemeriksaan fisik.
- Tes darah.
- CT Scan.
- Magnetic resonance imaging (MRI).
- Carotid ultrasound.
- Cerebral angiogram.
- Ekokardiogram.
Apa saja pilihan pengobatan stroke?
Sama seperti gejala dan penyebab, pilihan untuk pengobatan stroke juga dibedakan berdasarkan jenisnya.
Pengobatan stroke iskemik
Pengobatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Penggunaan obat
Pengobatan utama yang biasa diberikan untuk mengatasi stroke iskemik adalah pemberian tissue plasminogen activator (tPA). Obat stroke ini dapat memecah gumpalan darah yang menghalangi aliran darah menuju otak.
Biasanya, dokter akan memberikan obat ini dengan cara menyuntikkannya di pembuluh vena pada lengan pasien. Obat ini dapat bekerja efektif jika diberikan dalam kurun waktu kurang lebih tiga jam saat gejala muncul.
Namun, jika Anda tidak bisa menerima pengobatan menggunakan tPA, dokter mungkin akan memberikan obat antikoagulan atau obat pengencer darah seperti aspirin atau klopidrogrel.
Fungsi dari obat ini adalah menghentikan pembentukan gumpalan darah atau mencegahnya berubah menjadi lebih besar. Efek samping dari penggunaan obat ini adalah perdarahan.
2. Prosedur medis
Selain penggunaan obat, Anda juga bisa menjalani prosedur medis untuk membuka arteri yang tersumbat dan mengembalikan aliran darah ke otak. Ada beberapa cara untuk melakukannya:
- Trombektomi, untuk mengeluarkan gumpalan darah dari pembuluh darah.
- Angioplasti dan prosedur stenting, untuk membuka arteri yang tersumbat.
Pengobatan untuk stroke hemoragik
Pengobatan yang dapat dilakukan, termasuk:
1. Penggunaan obat
Obat untuk darah tinggi biasanya diberikan oleh dokter untuk membantu menurunkan tekanan darah dan regangan pada pembuluh darah yang terdapat di otak.
Anda juga akan disarankan untuk berhenti mengonsumsi obat antikoagulan atau obat pengencer darah yang berpotensi memicu perdarahan.
2. Prosedur medis
Ada pula beberapa prosedur medis yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi stroke hemoragik, seperti:
- Transfusi darah.
- Aneurisma clipping, untuk mencegah aneurisma dari pembuluh darah di otak.
- Embolisasi koil, untuk menyumbat aliran darah atau mencegah aneurisma.
- Mengeringkan kelebihan cairan di dalam otak.
- Operasi atau radiasi untuk memindahkan atau menyusutkan malformasi arteriovena.
- Operasi untuk memindahkan darah yang berkumpul.
- Operasi untuk mengangkat sebagian dari tengkorak untuk sementara jika pasien mengalami pembengkakan.
Sementara itu, pengobatan untuk stroke ringan biasanya hampir sama dengan pengobatan untuk stroke iskemik.
Pengobatan stroke di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau obat stroke yang bisa dilakukan di rumah?
Berikut adalah gaya hidup dan perawatan di rumah yang dapat membantu Anda mengatasi penyakit ini:
- Berhenti merokok.
- Minumlah obat-obatan yang diberikan oleh dokter Anda.
- Olahraga sesuai dengan petunjuk dokter Anda.
- Makanlah makanan yang mengandung sedikit lemak dan kurangi meminum minuman beralkohol minimal satu kali sehari.
- Kendalikan tekanan darah, tingkat kolesterol dan diabetes Anda.
Komplikasi stroke
Jika kondisi ini tidak segera diatasi, stroke dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan lainnya. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, berikut adalah beberapa komplikasi stroke yang mungkin terjadi:
1. Penggumpalan darah
Kesulitan untuk aktif bergerak seperti biasanya dalam jangka waktu yang lama meningkatkan potensi pasien untuk mengalami penggumpalan darah pada pembuluh vena di area kaki.
Bahkan, gumpalan darah ini bisa bergerak menuju ke organ tubuh lain, misalnya paru-paru. Meski begitu, kondisi ini bisa dicegah menggunakan obat atau alat bantu medis yang dapat memberikan tekanan pada betis untuk membantu darah di area tersebut tetap mengalir.
2. Kesulitan berbicara
Jika kondisi ini menyerang otot yang digunakan untuk berbicara, pasien mungkin akan mengalami kesulitan berbicara atau berkomunikasi seperti biasanya.
3. Kehilangan kontrol pada kandung kemih atau usus
Pada kasus tertentu, stroke dapat menyerang otot yang digunakan untuk buang air kecil dan mengatur pergerakan usus. Pasien mungkin harus menggunakan kateter hingga bisa buang air kencing secara mandiri seperti biasa.
Namun, pasien diharapkan untuk selalu waspada, karena penggunaan kateter juga dapat memicu terjadinya infeksi saluran kencing.
4. Osteoporosis
Kondisi ini juga dapat memicu terjadinya osteoporosis, meski hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh saja. Untuk mencegah terjadinya pengeroposan tulang, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani aktivitas fisik sebagai bagian dari rehabilitasi.
5. Kehilangan kemampuan melihat, mendengar, atau menyentuh
Kemampuan untuk merasakan rasa sakit atau suhu, baik dingin maupun panas, mungkin akan terdampak setelah mengalami stroke. Pasien mungkin juga akan mengalami gangguan penglihatan atau pendengeran sehingga tidak bisa melihat dan mendengar sebaik biasanya.
6. Kelemahan otot
Penyakit ini bisa menyebabkan kekakuan atau kelemahan pada otot. Kondisi ini tentu membuat pasien menjadi kesulitan untuk berdiri atau berjalan seperti biasa. Bahkan, pasien mungkin tidak akan mampu menjaga keseimbangan atau mengontrol otot-otot pada tubuh.
7. Kesulitan mengunyah dan pneumonia
Penyakit ini juga mungkin menyerang otot yang biasanya digunakan untuk mengunyah, sehingga pasien mungkin akan kesulitan saat sedang makan atau minum.
Bahkan, kondisi ini meningkatkan risiko pasien untuk memasukkan makanan atau minuman ke saluran pernapasan. Hal ini bisa memicu terjadinya pneumonia.
8. Masalah berkomunikasi dan berpikir
Kondisi ini mungkin akan mengganggu kemampuan pasien untuk fokus dalam melakukan aktivitas atau membuat keputusan. Penyakit ini juga meningkatkan risiko pasien mengalami demensia.
9. Kejang
Seringnya, kejang dialami oleh pasien dalam kurun waktu beberapa minggu setelah mengalami stroke. Namun, komplikasi ini kemungkinannya semakin kecil seiring berjalannya waktu.
10. Pembengkakan pada otak
Setelah serangan stroke, cairan akan menumpuk pada otak dan tengkorang menyebabkan pembengkakan.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar