Definisi sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kondisi ketika ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine yang keluar dari dalam tubuh. Kelainan ginjal ini dapat memicu hipoalbuminemia, edema, dan berbagai komplikasi lainnya.
Normalnya, ginjal akan menyimpan zat yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, di dalam darah. Bila seseorang mengalami penyakit ginjal ini, ginjal akan membuang protein bersamaan dengan limbah metabolik saat buang air kecil.
Hal ini dapat terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil pada ginjal yang bertugas menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Akibatnya, Anda mungkin akan mengalami berbagai gejala yang mengganggu, seperti pembengkakan (edema) pada kaki dan pergelangan kaki.
Seberapa umum sindrom nefrotik?
Ini merupakan penyakit kronis yang cenderung menyerang anak-anak di bawah usia 18 tahun. Selain itu, juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dalam kelompok usia yang lebih muda.
Peningkatan kasus penyakit ini juga lebih banyak dijumpai pada ras Afrika-Amerika dan Hispanik. Meski demikian, kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, terlepas jenis kelamin dan lingkungan tempat tinggal.
Tanda dan gejala sindrom nefrotik
Kebanyakan orang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka tengah mengalami kondisi ini hingga menjalani tes darah (urinalisis). Pasalnya, hanya hasil tes yang dapat memperlihatkan kadar protein yang tinggi dalam urine.
Meski begitu, ada beberapa gejala yang muncul akibat sindrom nefrotik, antara lain:
- pembengkakan (edema) pada mata, kaki, dan pergelangan kaki,
- urine berbusa,
- berat badan bertambah,
- kelelahan, serta
- kehilangan nafsu makan.
Kapan harus periksa ke dokter?
Bila Anda mengalami salah satu atau lebih gejala yang telah disebutkan, segera kunjungi dokter. Hal ini juga berlaku ketika Anda merasa khawatir akan sebuah gejala tertentu yang mungkin tidak disebutkan di atas.
Penyebab dan faktor risiko
Apa penyebab sindrom nefrotik?
Penyebab umum kondisi ini yaitu kerusakan pada kelompok pembuluh darah kecil (glomeruli) pada ginjal. Glomeruli berperan penting dalam menyaring darah saat melewati ginjal untuk memisahkan zat yang dibutuhkan dan yang perlu dibuang.
Glomeruli yang sehat menjaga protein darah, terutama albumin, agar tidak bocor ke dalam urine. Jika mengalami masalah, glomeruli akan membiarkan protein darah keluar dari tubuh yang bisa menyebabkan sindrom nefrotik.
Di bawah ini beberapa kondisi yang dapat memicu kerusakan pada glomeruli yang dibagi menjadi dua bagian, penyebab utama dan sekunder.
1. Penyebab utama sindrom nefrotik
Penyebab utama sindrom nefrotik biasanya berkaitan dengan penyakit yang hanya menyerang ginjal, yaitu glomerulosklerosis fokal segmental (FSGS). Masalah ginjal ini hanya dapat didiagnosis melalui biopsi ginjal.
Meski sudah menjalani rawat inap, pasien FSGS biasanya berisiko terserang penyakit gagal ginjal yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
2. Penyebab sekunder sindrom nefrotik
Berbeda dengan penyebab utama, penyebab sekunder sindrom nefrotik adalah penyakit yang menyerang seluruh tubuh, termasuk ginjal.
Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa penyebab kelainan ginjal ini ditemui pada penyandang penyakit diabetes. Sayangnya, hal ini juga sering terjadi pada anak-anak yang mengalami diabetes.
Apa faktor yang meningkatkan risiko terkena kondisi ini?
Sindrom nefrotik memang cenderung terjadi pada anak-anak, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga dapat mengalaminya.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit ini, yaitu:
- mengalami penyakit yang merusak ginjal, seperti diabetes, lupus, dan amiloidosis,
- menggunakan obat tertentu, seperti obat NSAID dan obat untuk melawan infeksi, serta
- diserang penyakit infeksi tertentu, seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan malaria.
Komplikasi sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik termasuk masalah kesehatan yang cukup serius. Bila tidak segera ditangani, kerusakan pada fungsi ginjal ini dapat memicu sejumlah komplikasi yang dapat membahayakan jiwa.
Di bawah ini beberapa komplikasi sindrom nefrotik yang perlu Anda waspadai.
1. Penggumpalan darah
Penggumpalan darah terjadi akibat fungsi glomeruli yang tidak menyaring darah dengan baik. Akibatnya, protein darah yang bertugas membantu mencegah pembekuan pun ikut hilang dan bisa menyebabkan penggumpalan darah.
2. Kolesterol darah tinggi
Bila kadar protein albumin dalam darah menurun, organ hati akan menghasilkan lebih banyak albumin. Pada saat yang sama, hati Anda juga akan melepaskan kolesterol dan trigliserida, sehingga tidak heran bila terjadi peningkatan kadar pada keduanya.
3. Kekurangan gizi
Kehilangan protein darah yang terlalu banyak dapat menyebabkan malnutrisi, alias kekurangan gizi. Kondisi ini tentu dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak terlalu terlihat akibat edema.
4. Tekanan darah tinggi
Glomeruli yang rusak dan penumpukan cairan dalam tubuh ternyata juga bisa memicu tekanan darah tinggi (hipertensi).
5. Cedera ginjal akut
Salah satu komplikasi sindrom nefrotik yang paling sering terjadi yaitu cedera ginjal akut. Hal ini terjadi akibat kerusakan fungsi ginjal yang memicu penumpukan limbah beracun dalam darah. Akibatnya, risiko cedera ginjal akut pun terjadi.
6. Penyakit ginjal kronis
Seiring dengan berjalannya waktu, sindrom nefrotik dapat menghilangkan fungsi ginjal sepenuhnya yang dapat berujung pada penyakit ginjal kronis.
Diagnosis dan pengobatan
Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?
Umumnya, dokter akan mendiagnosis sindrom nefrotik berdasarkan pemeriksaan fisik, riwayat penyakit, dan gejala yang diderita.
Selain itu, Anda juga akan diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, meliputi:
- tes darah (urinalisis),
- ultrasonografi, dan
- biopsi ginjal.
Apa saja pengobatan sindrom nefrotik?
Sejauh ini, belum ada obat khusus yang dapat menyembuhkan sindrom nefrotik. Namun, pilihan pengobatan biasanya tergantung dari penyebab yang mendasari masalah ginjal ini untuk meringankan gejala yang dialami.
Berikut ini beberapa cara meredakan gejala sindrom nefrotik yang biasa direkomendasikan dokter.
Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk mengatasi penyebab sindrom nefrotik di antaranya:
- obat darah tinggi, seperti ACE inhibitor atau ARB,
- pil air (diuretik), yaitu spironolakton dan furosemide,
- obat penurun kolesterol, termasuk statin,
- obat pengencer darah (antikoagulan), yakni heparin, warfarin, dan apixaban, serta
- penekan sistem kekebalan, seperti kortikosteroid dan siklosporin.
Pengobatan di rumah
Selain obat-obatan, Anda juga perlu mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mendukung pengobatan dari dokter. Hal ini bertujuan meringankan fungsi ginjal agar tidak bekerja terlalu keras dan meredakan gejala yang dialami.
Salah satu perubahan yang perlu diperhatikan adalah pola makan. Apa yang Anda makan tentu akan memengaruhi cara kerja ginjal yang tengah berjuang keras ketika diserang oleh penyakit ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengubah pola makan ketika mengalami sakit ginjal antara lain:
- mengurangi asupan protein,
- membatasi makanan asin,
- memilih sumber protein rendah lemak maupun tanpa lemak,
- menghindari makanan berlemak dan berkolesterol tinggi, serta
- membatasi jumlah cairan dalam makanan.
Sebelum melakukan perubahan pola makan, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan ahli gizi atau ahli diet. Hal ini bertujuan membantu Anda memahami cakupan kebutuhan nutrisi yang diperlukan ketika mengalami kondisi ini.
Pencegahan sindrom nefrotik
Satu-satunya cara untuk mencegah sindrom nefrotik yaitu dengan mengendalikan kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pada ginjal muncul.
Jika Anda memiliki penyakit yang berhubungan dengan ginjal atau tidak, segera bicarakan dengan dokter untuk mengetahui pencegahan dan cara mengendalikan penyakit Anda. Dengan begitu, kerusakan ginjal bisa dihindari.
Sejumlah cara mencegah penyakit ginjal antara lain:
- memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
- menghindari makanan berlemak dan purin,
- menjalani diet DASH,
- memilih produk susu atau susu rendah lemak,
- membatasi asupan garam, gula, dan lemak,
- mencukupi kebutuhan cairan harian,
- rutin berolahraga,
- berhenti merokok, serta
- mengelola stres melalui yoga atau melakukan hal yang disenangi.
Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silahkan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat bagi Anda.
[embed-health-tool-bmi]