Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Hepatitis C adalah penyakit liver menular yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan sehingga mengganggu fungsi kerja hati.
Penyakit ini umumnya ditularkan melalui transfusi darah, hemodialisis atau cuci darah, dan penggunaan jarum suntik. Sementara penularan melalui hubungan seksual jarang terjadi.
Hepatitis C berpotensi menimbulkan komplikasi berupa penyakit hati serius, seperti sirosis hati, kanker hati, dan kerusakan hati secara permanen.
Infeksi HCV yang berlangsung dalam jangka waktu pendek disebut hepatitis C akut. Sementara itu, hepatitis HCV yang terjadi dalam waktu yang lama dapat berkembang menjadi infeksi hepatitis kronis.
Umumnya, pasien penyakit ini tidak selalu mengalami gejala. Bila gejalanya muncul, penderitanya mungkin akan merasakan lelah, mual dan muntah, hingga penyakit kuning.
Untuk mendiagnosis penyakit ini, Anda perlu melakukan tes darah. Tidak seperti penyakit hepatitis lainnya, hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C.
Meski begitu, infeksi virus ini dapat ditangani melalui pengobatan hepatitis, seperti injeksi interferon dan obat-obatan antivirus.
Virus penyebab penyakit ini dapat menginfeksi siapa saja dan ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini juga tersebar di berbagai belahan dunia dan termasuk sebagai penyebab utama kanker hati.
Pada 2016, World Health Organization memperkirakan terdapat 399.000 juta pasien hepatitis C yang meninggal akibat sirosis dan kanker hati. Sementara itu, jumlah kasus hepatitis di Indonesia juga cukup besar.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2014 melaporkan terdapat sekitar 28 juta masyarakat Indonesia yang terinfeksi hepatitis B dan C. Hal ini dibuktikan lewat uji darah yang dilakukan oleh PMI.
14 juta pasien diantaranya berisiko mengalami hepatitis kronis dan 1,4 juta dari penderita hepatitis kronis berpotensi terkena kanker hati.
Penyebab hepatitis C yaitu infeksi virus HCV. HCV adalah virus RNA yang mempunyai setidaknya 6 genotip yang berbeda-beda. Infeksi virus ini sebenarnya tidak langsung menyebabkan peradangan pada hati.
Keberadaan virus ini memicu munculnya reaksi dari sistem imun atau kekebalan tubuh. Dalam proses melawan infeksi hepatitis, sistem imun malah menghancurkan sel-sel hati yang terinfeksi.
Perlawanan sistem imun terhadap perkembangan virus yang berlangsung selama bertahun-tahun, lama kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada hati hingga kegagalan pada fungsi hati.
Ketika masuk ke dalam sel inang di dalam hati, virus ini tidak langsung memperbanyak diri. HCV akan memiliki masa inkubasi selama 2 – 24 minggu.
Infeksi HCV akut akan berlangsung selama 6 bulan, sedangkan infeksi HCV kronis berlangsung selama lebih dari 6 bulan hingga bertahun-tahun.
Perkembangan tahapan infeksi virus dari akut menjadi kronis kemungkinan besar akan terjadi (80%) pada penderita hepatitis C.
Umumnya, penularan hepatitis untuk jenis HCV terjadi melalui kontak dengan darah yang terinfeksi dengan virus, seperti:
Sebagian besar orang yang terinfeksi HCV tidak menunjukkan tanda dan gejala, sehingga penyakit ini sulit terdeteksi. Bila muncul, gejala akan berlangsung setelah masa inkubasi virus berakhir, yakni sekitar 2 minggu – 6 bulan.
Selain itu, perkembangan infeksi HCV juga memengaruhi tingkat keparahan gejala. Itu sebabnya, terdapat perbedaan antara gejala hepatitis C akut dengan infeksi hepatitis kronis.
Periode HCV akut biasanya berlangsung ketika pertama kali orang yang terinfeksi melakukan kontak dengan virus hingga virus mereplikasi diri.
Gejala juga belum tentu muncul, tetapi sekitar 25 – 35% orang yang terinfeksi akan mengalami gangguan, seperti:
Kemunculan gejala hepatitis C kronis lebih mungkin terjadi dibandingkan infeksi hepatitis akut. Namun, infeksi yang berkembang juga terkadang tidak menampakkan gejala. Akibatnya, Anda mungkin tidak menyadarinya.
Bila gejalanya muncul, tanda dan gangguan kesehatan yang terjadi juga bervariasi. Pasalnya, HCV kronis berkaitan erat dengan penyakit liver lainnya atau disebabkan oleh komplikasi, seperti:
HCV memang tidak memiliki gejala yang khas dan terkadang mirip dengan gejala hepatitis hingga penyakit hati lainnya. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk tidak melakukan diagnosis mandiri bahwa Anda terinfeksi hepatitis C.
Bila Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan, baik yang telah disebutkan atau tidak, konsultasikan dengan dokter. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi Anda.
Ada sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami hepatitis C, meliputi sebagia berikut.
Jika Anda mengalami faktor-faktor risiko di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk melakukan tes diagnosis hepatitis.
Hati adalah salah satu organ terbesar di dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem pencernaan. Fungsinya cukup banyak, mulai dari mencerna nutrisi dari makanan, hingga menjaga sistem kekebalan tubuh.
Jika infeksi hepatitis berlangsung hingga bertahun-tahun, tentu ada komplikasi hepatitis C berupa kerusakan pada hati di bawah ini.
Sirosis hati adalah kerusakan hati yang disebabkan oleh infeksi HCV kronis. Hati mengalami pembengkaka dan pengerasan, sehingga sejumlah fungsi hati pun terganggu.
Infeksi HCV kronis juga menyebabkan sel-sel liar berkembang dan membahayakan sel-sel hati. Hampir 5% pasien hepatitis C kronis memiliki sel kanker dalam hatinya.
HCV juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati secara permanen, alias gagal hati.
Selain pemeriksaan fisik, dokter juga akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan di bawah ini dilakukan untuk melihat apakah HCV aktif menginfeksi tubuh atau tidak. Berikut ini beberapa prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi HCV.
Tes antibodi dilakukan untuk melihat keberadaan antibodi HCV di dalam tubuh. Bila hasilnya positif, artinya Anda terinfeksi hepatitis C. Setelah tes antibodi, dokter juga akan memastikan apakah infeksi masih aktif atau tidak melalui tes RNA.
Tes RNA dilakukan untuk mendeteksi apakah HCV masih aktif mereplikasi diri di dalam tubuh. Selain itu, tes RNA juga memperlihatkan jumlah virus yang terdapat di dalam darah.
HCV terdiri dari beberapa tipe genotip yang berbeda-beda (genotip). Oleh sebab itu, Anda perlu menjalani tes genotip HCV untuk melihat jenis genotip yang menginfeksi hati Anda.
Hal ini juga dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan hepatitis C yang akan dilakukan.
Biopsi hati dilakukan terutama bila Anda berisiko mengalami penyakit hati lainnya. Dokter akan melakukan prosedur biopsi yang bertujuan untuk mengambil sampel sel hati untuk dianalisis tingkat kerusakan hati yang terjadi.
Mengetahui seberapa parah kerusakan hati Anda dapat membantu dokter menentukan metode pengobatan seperti apa yang tepat.
Tidak semua orang yang terinfeksi hepatitis C perlu menjalani pengobatan, terutama bagi yang tidak mengalami gejala. Namun bagi orang yang terinfeksi secara kronis sekaligus mengalami sejumlah gejala yang mengganggu, pengobatan penting untuk dilakukan.
Virus hepatitis C memang tidak bisa hilang sepenuhnya dari dalam tubuh, tetapi infeksinya bisa dihentikan.
Pengobatan hepatitis bertujuan untuk menyembuhkan atau menghentikan infeksi HCV berlanjut, terutama selama 6 bulan setelah pengobatan dilakukan. Berikut pengobatan yang bisa dilakukan untuk hepatitis C.
Sebelumnya interferon memang dipakai untuk pengobatan hepatitis C. Namun, kini interferon tidak lagi digunakan secara tunggal. Pasalnya, obat ini perlu dikombinasikan dengan ribavirin untuk menghentikan infeksi virus.
Selain interferon dan ribavirin, obat antivirus atau direct acting antivirals (DAAs) juga diklaim sebagai obat hepatitis C yang paling terbaru.
Hal ini dikarenakan obat antivirus disebut memiliki tingkat penyembuhan hingga 90 persen.
Pengobatan ini sangat efektif karena secara spesifik menghentikan salah satu siklus hidup virus sehingga menghambat HCV bereplikasi.
Walaupun demikian, antivirus yang digunakan harus disesuaikan dengan genotip virus HCV yang menginfeksi. Dosis juga harus mengikuti jumlah virus yang terdapat di dalam hati seberapa parah tingkat kerusakan hati yang disebabkannya.
Antivirus juga biasanya perlu dikonsumsi selama satu hari selama 8 – 12 minggu. Sayangnya, harga antivirus untuk pengobatan hepatitis masih terhitung mahal.
Jika terjadi komplikasi yang menyebabkan kerusakan hati sehingga gagal berfungsi, perawatan melalui obat-obatan sudah tidak lagi efektif.
Transplantasi hati menjadi satu-satunya solusi untuk mengembalikan fungsi hati. Transplantasi hati dilakukan dengan mengganti hati Anda yang rusak dengan hati sehat yang didonorkan.
Pada banyak kasus, transplantasi hati tidak benar-benar menyembuhkan hepatitis C. Infeksi HCV bisa berlangsung kembali setelah transplantasi dilakukan. Untuk mengatasinya, pengobatan perlu disertai dengan obat antivirus.
Peluang kesembuhan dari penyakit ini sebenarnya bergantung dengan seberapa parah tingkat infeksinya.
Pada orang yang terinfeksi HCV akut masih terdapat kemungkinan untuk bisa sembuh dengan sendirinya ataupun melalui pengobatan.
Sejauh ini belum ada obat khusus untuk membasmi HCV kronis. Namun, pengobatan sesuai dengan anjuran dokter memiliki peluang sembuh yang cukup tinggi.
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C. Namun, bukan berarti tidak ada hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan.
Anda bisa mencegah hepatitis dengan menghindari faktor risiko dan menjalani gaya hidup sehat. Bila Anda masih terinfeksi, penularan HCV juga bisa dicegah dengan cara-cara sebagai berikut.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar