Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Malnutrisi pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Penanganan

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 10/05/2022

Malnutrisi pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Penanganan

Seorang anak yang mengalami malnutrisi tidak hanya memiliki gizi kurang, tapi juga bisa gizi lebih. Sebenarnya, apa itu malnutrisi, gejala, hingga penanganan yang tepat? Simak informasi lengkapnya di sini.

Apa itu malnutrisi?

Malnutrisi adalah kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan, entah itu kekurangan atau kelebihan, nutrisi di dalam tubuh seseorang.

Kondisi ini sebenarnya dapat menyerang siapa saja di usia berapa pun. Namun, kebanyakan kasus malnutrisi biasanya dialami oleh kelompok usia anak-anak.

Malnutrisi sebenarnya bisa diartikan sebagai nutrisi anak kurang cukup atau bahkan kelebihan. Keduanya sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan mengganggu perkembangan si kecil.

Malnutrisi terbagi menjadi 2 kelompok besar kondisi, yakni gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).

Gizi kurang di sini mencakup beberapa hal, seperti berikut.

  • Stunting: tinggi badan sangat rendah pada anak dengan indikator TB/U di bawah angka -2 SD.
  • Wasting: berat badan sangat kurang pada anak dengan indikator dengan indikator BB/TB di angka -3 sampai dengan <-2 SD.
  • Underweight: berat badan kurang pada anak dengan indikator BB/U atau IMT/U di angka <-2 sampai -3 SD, atau persentil < 5.
  • Kekuranganvitamin serta mineral pada anak.

Sementara gizi lebih meliputi overweight (berat badan lebih) dan obesitas.

Tidak seperti anak-anak normal pada umumnya, anak-anak yang mengalami malnutrisi serius umumnya mengalami perkembangan kepribadian yang lambat.

Kondisi tersebut bahkan bisa sampai menimbulkan keterbelakangan mental. Meskipun sudah ditangani, terkadang malnutrisi bisa memberikan efek jangka panjang pada anak-anak.

Meliputi munculnya gangguan pada fungsi mental dan pencernaan, bahkan dalam beberapa kasus bisa bertahan seumur hidup.

Selain itu, malnutrisi pada anak juga dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan yang bisa semakin memperburuk kondisinya.

Seberapa umumkah malnutrisi?

Malnutrisi dapat terjadi pada siapa saja, entah itu laki-laki maupun wanita. Namun, kebanyakan kasusnya lebih sering dilaporkan dialami oleh anak-anak.

Jangan khawatir. Anda dapat mengurangi risiko terserang penyakit ini dengan mengurangi faktor risiko yang Anda atau anggota keluarga miliki.

Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.

Apa saja tanda dan gejala malnutrisi?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, malnutrisi terbagi menjadi dua kelompok kondisi yang berbeda.

Berikut gejala malnutrisi sesuai dengan kondisinya:

Gizi kurang

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidakcukupan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan harian anak.

Berbagai gejala kurang gizi meliputi kondisi berikut.

  • Penurunan berat badan drastis.
  • Massa otot yang menurun.
  • Massa jaringan yang menurun.
  • Kehilangan lemak (jaringan adipose).
  • Perut membengkak.
  • Pipi dan mata cekung.
  • Kulit dapat menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat, dan dingin.
  • Rambut rontok.
  • Kelelahan parah.
  • Waktu pemulihan luka yang lama.
  • Waktu pemulihan dari infeksi lebih lama.
  • Waktu pemulihan dari penyakit yang lebih lama.
  • Mudah merasa depresi dan cemas.
  • Mudah marah.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Risiko tinggi terhadap komplikasi setelah operasi.
  • Risiko tinggi terhadap hipotermia, yakni suhu tubuh yang sangat rendah.
  • Jumlah total dari beberapa jenis sel darah putih menurun, sistem imun melemah, meningkatkan risiko infeksi.
  • Rentan terhadap rasa dingin.

Selain memiliki gejala tersebut, malnutrisi pada anak juga menimbulkan gejala yang cukup khas.

Kekurangan asupan vitamin dan mineral. Beberapa jenis kekurangan vitamin dan mineral yang paling umum beserta gejalanya meliputi berikut ini.

  • Vitamin A: mata kering, susah melihat saat malam hari atau gelap, risiko infeksi meningkat.
  • Seng: nafsu makan menurun, pertumbuhan tubuh terhambat, penyembuhan luka cenderung lama, rambut rontok, dan diare.
  • Zat besi: gangguan pada fungsi otak dan mengalami masalah pengaturan suhu tubuh.
  • Yodium: pembesaran kelenjar tiroid, penurunan produksi hormon tiroid, serta adanya masalah pada pertumbuhan dan perkembangan.

Gizi lebih

Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi harian yang terlampau banyak sehingga malah melebihi kebutuhan harian anak.

Berbagai gejala gizi lebih meliputi kondisi berikut.

  • Peningkatan berat badan.
  • Tubuh gemuk.
  • Kesulitan bernapas, risiko tinggi terhadap kegagalan pernapasan.
  • Nyeri sendi maupun otot.
  • Kelelahan parah.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikan segera dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Segera periksakan ke dokter bila anak mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini.

  • Pingsan.
  • Pertumbuhan tubuh terhambat.
  • Berat badan anak sangat kurang, atau bahkan jauh melebihi batas normalnya.
  • Kerontokan rambut parah.
  • Berat badan anak terus turun selama 3—6 bulan terakhir.
  • Kesulitan bernapas karena bobot tubuh yang besar.

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan tubuh anak, sekaligus mengukur tinggi dan berat badannya.

Selain itu, adanya perubahan pada nafsu makan anak juga umumnya akan ditanyakan oleh dokter. Sebaiknya sampaikan juga mengenai semua masalah medis yang pernah atau sedang dialami anak.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kondisi kesehatan tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda.

Apa penyebab malnutrisi?

Secara garis besar, malnutrisi pada anak disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi harian anak. Namun bukan hanya itu, kondisi ini juga diakibatkan oleh beragam hal, meliputi:

1. Pola makan buruk

Ketika asupan makanan anak terlalu sedikit atau berlebih, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi optimal harian, anak berisiko mengalami malnutrisi.

Pola makan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari mengalami dysphagia (kesulitan menelan), mengalami penyakit, tidak tersedianya cukup bahan makanan, atau keinginan untuk makan berlebih.

2. Masalah kesehatan mental

Beberapa pasien dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi, bisa mengalami kondisi ini. Umumnya, hal ini dialami pada anak dengan kondisi gizi kurang, karena mengonsumsi terlalu sedikit makanan.

Ketidakmampuan untuk memperoleh dan menyediakan makanan yang cukup. Kebanyakan anak dengan gizi kurang biasanya sulit untuk memperoleh asupan nutrisi harian yang cukup.

Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sumber makanan yang bisa memenuhi kebutuhannya, atau lingkungan sekitar yang tidak mendukung.

3. Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari tubuh

Anak yang mengalami gizi lebih biasanya sangat gemar makan, bahkan dalam porsi yang banyak. Akan tetapi, hal tersebut tidak dibarengi dengan aktif melakukan berbagai kegiatan.

Bukan tidak mungkin, kondisi tersebut justru akan membuat sisa energi yang tidak digunakan oleh tubuh, akan mengendap sehingga membentuk lemak.

4. Masalah pada sistem pencernaan

Beberapa orang mungkin bisa makan dengan baik, tapi tubuhnya tidak memiliki kemampuan untuk menyerap zat gizi yang diperlukan.

Contohnya pada pasien dengan Chron’s disease atau ulcerative colitis, yang perlu melakukan pengangkatan usus kecil (ileostomi).

Individu dengan penyakit Celiac yang memiliki kelainan genetik, sehingga membuat mereka mengalami intoleransi terhadap gluten.

Anak yang memiliki penyakit Celiac berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan pada lapisan pada usus, yang kemudian menyebabkan proses penyerapan makanan terhambat.

Anak yang mengalami diare dan muntah parah dapat kehilangan nutrisi penting, dan berisiko tinggi terhadap kekurangan gizi.

5. Alkoholisme

Alkoholisme adalah penyakit kronis (jangka panjang). Individu yang menderita alkoholisme dapat mengalami gastritis atau kerusakan pankreas.

Masalah ini juga mengganggu kemampuan tubuh untuk mencerna makanan, menyerap vitamin dan menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme.

6. Kurangnya asupan ASI ibu

Para ahli mengatakan bahwa kurangnya ASI, bisa menyebabkan malnutrisi pada bayi dan anak-anak.

Ini karena di dalam ASI terkandung beragam nutrisi yang penting untuk menunjang tumbuh kembang anak di awal masa kehidupannya.

Apa saja faktor risiko malnutrisi?

Ada banyak faktor risiko malnutrisi pada anak, yaitu sebagai berikut.

  • Anak yang terisolasi dari sosial atau lingkungan sekitarnya.
  • Anak dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang rendah.
  • Anak dengan kelainan makan kronis, seperti bulimia atau anorexia nervosa.
  • Anak yang dalam masa pemulihan setelah penyakit atau kondisi yang serius.
  • Anak yang suka makan, terlebih dalam porsi yang sangat banyak.
  • Anak dengan gangguan kesehatan tertentu yang memengaruhi nafsu makan, berat badan, serta kemampuan penyerapan nutrisi oleh sistem pencernaan.

Orangtua perlu memahami faktor risiko malnutrisi di atas.

Bagaimana cara mendiagnosis malnutrisi?

Selain dengan menilai kondisi lingkungan tempat tinggal anak, berbagai pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis malnutrisi.

Sebagai contoh, mengukur sedimentasi, hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC), menilai serum elektrolit, serta urinalisis.

Namun, jenis tes laboratorium yang paling sering digunakan untuk mendeteksi malnutrisi pada anak yaitu pemeriksaan hematologi dan protein.

Tes hematologi, mencakup pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC) dengan melibatkan sel darah marah.

Tes protein, mengukur status gizi terkait protein dengan menilai kadar serum albumin, protein pengikat retinol (retinol-binding protein), prealbumin, transferrin, kreatinin, dan nitrogen urea darah.

Bukan hanya itu, malnutrisi pada anak juga bisa diperiksa dengan mengecek kondisi fisik secara lengkap dan penilaian status gizi.

Pemeriksaan tersebut misalnya dengan mengukur tinggi badan, berat badan, serta ukuran lingkar kepala (untuk anak di bawah 3 tahun).

Bagaimana cara menangani malnutrisi?

Perawatan biasanya meliputi penggantian gizi yang hilang, mengatasi gejala, dan mengelola penyebabnya.

Jika anak sudah didiagnosis malnutrisi atau berisiko mengalami malnutrisi, dokter atau ahli gizi akan memberikan rencana perawatan khusus.

1. Penanganan untuk gizi kurang

Cara mengatasi kurang gizi biasanya disesuaikan kembali dengan tingkat keparahan dan kondisi khusus yang dialami masing-masing anak. Secara garis besarnya, berikut berbagai pengobatan untuk kondisi anak dengan gizi kurang:

Rencana perawatan

Tujuan perawatan akan ditentukan, yang meliputi perawatan untuk kondisi penyebab yang berkontribusi terhadap gizi kurang.

Umumnya, perawatan akan meliputi program makan dengan diet yang diatur secara khusus, dan kemungkinan suplemen gizi tambahan.

Anak yang mengalami kurang gizi serius, atau individu yang tidak dapat mendapatkan gizi yang cukup dapat menerima dukungan gizi tambahan.

Pasien akan dimonitor untuk melihat perkembangan. Perawatan akan ditinjau secara rutin untuk memastikan gizi yang didapat cukup.

Pengaturan pola makan

Dokter dan ahli gizi akan memberikan saran mengenai yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi.

Apabila pasien tidak mendapatkan gizi yang cukup dari makanan, biasanya diperlukan tambahan dari suplemen.

Ada 2 jenis utama dari dukungan gizi buatan, terutama untuk pasien dengan malnutrisi serius:

  • Enteral nutrition (tube feeding): selang dimasukan melalui hidung, lambung atau usus kecil.
  • Parenteral feeding: cairan steril diberikan melalui aliran darah. Beberapa pasien mungkin tidak dapat mengonsumsi langsung gizi ke dalam lambung atau usus kecil.

Pemantauan secara berkala

Kesehatan anak akan dipantau secara rutin untuk melihat apakah ia menerima jumlah kalori dan kebutuhan gizi yang cukup. Di samping itu, seiring berjalannya waktu pengobatan dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan anak.

2. Penanganan untuk gizi lebih

Berdasarkan buku Penuntun Diet Anak yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ada cara mengatasi malnutrisi akibat gizi lebih pada anak.

Pertama, kebutuhan energi harian anak harus disesuaikan dengan berat badan ideal dan tinggi badannya. Dengan mempertimbangkan total asupan dan berat badan anak, sebaiknya kurangi asupan energi hingga 200-500 kkal per hari.

Anak usia 0-3 tahun

Malnutrisi karena gizi lebih pada anak di usia ini biasanya tidak harus sampai mengurangi asupan kalorinya, tapi hanya dengan menurunkan berat badan yang berlebih.

Dokter atau ahli gizi dapat merancang saran menu harian untuk mengurangi asupan kalori ketika diperlukan. Tujuannya untuk mencegah kekurangan zat gizi.

Anak usia 4-6 tahun

Asupan energi diberikan sesuai kebutuhan, dengan mengembalikan pola makan yang tepat sesuai usianya. Total kalori yang harus dipangkas yakni sekitar 200-300 kkal.

Hal ini disesuaikan kembali dengan asupan makanan harian sampai sesuai dengan kebutuhan dan berat badan ideal. Hanya saja, aturan ini hanya bisa dilakukan di bawah pengawasan ketat dokter dan ahli gizi.

Anak usia 7-19 tahun

Target penurunan berat badan anak sudah mulai bisa direncanakan setiap kali melakukan pemeriksaan ke dokter atau ahli gizi.

Penurunan berat badan umumnya disarankan sekitar 1-2 kg setiap bulannya. Sedangkan untuk asupan kalori, sebaiknya dikurangi secara bertahap sekitar 300-500 kalori dari makanan harian.

Apa perawatan rumahan untuk mengatasi malnutrisi?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi malnutrisi, baik untuk gizi kurang atau gizi lebih.

Sebenarnya penanganan kurang gizi pada anak akan disesuaikan kembali dengan tingkat keparahan dan kondisi khusus yang dialami masing-masing anak. Adanya komplikasi yang turut menyerati gizi kurang juga akan menjadi pertimbangan tersendiri.

Namun secara umumnya, berikut beragam pengobatan yang dapat dilakukan untuk memulihkan anak yang kurang gizi:

1. Pengaturan pola makan

Seorang dokter dan ahli gizi dapat merekomendasikan pola makan yang sehat dan bergizi yang akan membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak. Di samping itu, cara ini secara perlahan juga akan membantu memulihkan kembali kondisi anak.

Pasalnya, anak yang kurang gizi, entah karena wasting, stunting, underweight, atau kekurangan vitamin dan mineral, membutuhan perhatian khusus.

Jumlah tambahan kalori dan berbagai zat gizi lainnya untuk anak biasanya jauh lebih banyak ketimbang anak-anak seusianya yang tidak mengalami kurang gizi.

2. Pemantauan secara berkala

Rutin memeriksaan kondisi kesehatan anak bisa membantu memastikan asupan kalori dan nutrisi hariannya sudah tepat.

Jika di tengah-tengah pengobatan kebutuhan nutrisi harian anak mengalami perubahan, dokter dapat menyarankan penyesuaian kebutuhan anak yang seharusnya.

Bagaimana cara mencegah malnutrisi?

Sebenarnya cara mencegah malnutrisi pada anak, baik itu karena gizi kurang atau lebih cenderung sama. Intinya yaitu dengan makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

Tak lupa, pastikan kebutuhan zat gizi harian terpenuhi dengan baik, tidak kurang atau berlebih.

Berikan selalu anak makanan dengan gizi seimbang yang terdiri dari empat kelompok makanan utama, yaitu berikut ini.

  • Buah-buahan dan sayuran, setidaknya berikan anak 5 porsi per hari.
  • Makanan sumber karbohidrat, yaitu nasi, kentang, roti, pasta, dan sereal.
  • Makanan sumber protein, yaitu daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produknya.
  • Susu dan produk susu, seperti keju dan yogurt.

Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan anak Anda serta memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

Bawa anak ke Posyandu, Puskesmas, atau klinik kesehatan setiap bulan untuk melakukan penimbangan.

Berikan imunisasi lengkap pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga anak terhindar dari penyakit infeksi.

Berikan juga kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus sampai anak berusia 5 tahun.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 10/05/2022

Iklan

Apakah artikel ini membantu?

Iklan
Iklan