backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Gangguan Mental pada Lansia

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

Gangguan Mental pada Lansia

Gangguan mental pada lansia tidak hanya memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak pada keluarga dan orang di sekitarnya. Penting bagi Anda yang merawat lansia untuk memahami kondisi ini dan tahu cara menghadapinya.

Apa itu gangguan mental pada lansia?

Gangguan mental pada lansia adalah masalah kesehatan yang menyebabkan perubahan emosi, pikiran, dan perilaku pada orang lanjut usia.

Kondisi ini dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk berfungsi sebagaimana mestinya dalam keluarga, urusan pekerjaan, dan kegiatan sosial.

Gangguan mental terdiri dari banyak jenis. Akan tetapi, ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yang lebih umum menyerang lansia, di antaranya berikut ini.

  • Depresi, yaitu gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus merasa sedih dan kehilangan minat.
  • Gangguan kecemasan, adalah cemas berlebihan dan sangat mudah khawatir pada hal-hal yang dianggap normal oleh orang lain.
  • Bipolar disorder, yaitu perubahan suasana hati ekstrem yang membuat orang merasa sangat bahagia dan merasa sedih serta depresi.
  • Skizofrenia, adalah penyakit kejiwaan yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan.
  • Seberapa umumkah kondisi ini?

    Hasil riskesdas tahun 2018 menunjukan prevalensi penyakit depresi tertinggi ada pada lansia.

    Tercatat prevalensi depresi pada usia 55—64 tahun sebesar 6,5%, usia 65—74 tahun sebesar 8%, dan usia di atas 75 tahun sebesar 8,9%.

    Berdasarkan peringkat, penyakit depresi pada lansia menduduki peringkat pertama sebagai penyakit mental yang paling umum menyerang.

    Lalu, disusul dengan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.

    Tanda dan gejala gangguan mental pada lansia

    mental lansia

    Setiap jenis gangguan kejiwaan pada lansia menimbulkan gejala yang berbeda. Berikut ini penjelasan tanda dan gejala sesuai dengan jenis gangguan kejiwaan yang dimiliki lansia.

    1. Depresi 

    Pada lansia, rasa sedih bukanlah gejala utama dari depresi yang mereka idap. Terlebih, orang yang lebih tua juga enggan untuk meminta bantuan kepada dokter.

    Itulah sebabnya, depresi pada usia ini lebih sulit dikenali ketimbang pada orang yang usianya lebih muda.

    Meski begitu, ada beberapa gangguan mental depresi yang umumnya ditunjukkan lansia, seperti dilansir dari laman Mayo Clinic berikut.

    • Perubahan kepribadian dan daya ingat juga memburuk.
    • Sering kali mengalami nyeri otot.
    • Kelelahan disertai kehilangan nafsu makan dan minat pada seks menurun yang tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain maupun pengobatan.
    • Sulit untuk tidur dan menarik diri dari lingkungan.
    • Terbesit pikiran ingin bunuh diri, terutama pada pria.

    2. Gangguan kecemasan 

    Gejala gangguan kecemasan yang menyerang lansia tidak berbeda jauh dengan orang dewasa maupun remaja, meliputi berikut ini.

    • Merasa gugup, gelisah, dan tegang karena berasumsi dirinya sedang dalam bahaya.
    • Tubuh berkeringat dan gemetar, detak jantung meningkat, serta napas juga menjadi lebih cepat.
    • Berusaha keras menghindari hal-hal yang memicu kecemasan hingga mengalami kesulitan tidur.
    • Sering kali mengalami masalah pencernaan.

    3. Skizofrenia

    Sama seperti gangguan kecemasan, skizofrenia juga menimbulkan gejala yang umumnya sama pada lansia maupun orang dewasa yang usianya lebih muda.

    Namun, gejala yang berbeda pada tiap pasien sangat mungkin terjadi. Berikut adalah gejala dari gangguan mental skizofrenia pada lansia.

    • Delusi, yaitu berupa keyakinan yang tidak sesuai pada kenyataan, contoh merasa orang lain membenci atau mencintai Anda padahal tidak demikian.
    • Halusinasi, misalnya mengaku melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
    • Sering berbicara ngawur dengan kalimat yang acak.
    • Gerakan tubuh menjadi lebih lambat atau melakukan suatu gerakan tanpa tujuan secara berlebihan.
    • Kehilangan minat pada aktivitas sehari-sehari, sehingga mengabaikan kebersihan diri.

    4. Bipolar disorder

    Berikut ini adalah gejala lansia yang mengalami bipolar disorder.

    • Mengalami gejala depresi, seperti terus merasa sedih, lelah, sulit tidur, dan terbesit untuk bunuh diri.
    • Menunjukkan episode mania dan hipomania, yakni kondisi yang membuat seseorang menjadi sangat bersemangat hingga melakukan tindakan tidak rasional, yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain.

    Kapan harus ke dokter?

    Lansia yang menderita gangguan kejiwaan umumnya enggan untuk memberi tahu kondisi yang dialaminya pada orang lain.

    Oleh karena itu, Anda sebagai keluarga atau pengasuh harus lebih jeli dalam mengawasi perubahan perilaku maupun suasana hati mereka.

    Jika Anda sebagai keluarga atau pengasuh melihat tanda dan gejala yang disebutkan di atas pada lansia, sebaiknya segera periksa ke dokter.

    Penyebab gangguan mental pada lansia

    kanker otak glioblastoma

    Setiap jenis gangguan mental yang menyerang lansia memiliki penyebab yang berbeda-beda.

    Penyebab depresi diketahui meliputi perubahan biologis dan senyawa kimia di otak, ketidakseimbangan hormon tubuh, serta kemungkinan diwariskan dalam keluarga.

    Sementara gangguan mental pada lansia seperti bipolar disorder tidak diketahui penyebab pastinya. Begitu juga dengan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.

    Meski begitu, kondisi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh adanya kelainan fungsi dan senyawa kimia di otak serta kombinasi genetik tertentu.

    Pada beberapa kasus, gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan tiroid.

    Artikel terkait

    Faktor risiko gangguan mental pada lansia

    Meskipun penyebab pasti dari gangguan mental pada lansia tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risikonya.

    Berikut ini adalah faktor risiko dari depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.

    • Korban pelecehan seksual atau kekerasan fisik di masa lalu menimbulkan trauma yang memicu depresi dan gangguan kecemasan.
    • Stres karena memiliki penyakit kronis, ditinggalkan orang yang dicintai, memiliki masalah keuangan, masalah pekerjaan, atau masalah keluarga.
    • Riwayat keturunan dengan depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, atau bipolar disorder.
    • Penyalahgunaan obat-obatan, seperti narkoba dan memiliki kecanduan alkohol.
    • Cenderung mudah cemas, pesimis, self esteem yang rendah dan suka mengkritik diri sendiri.
    • Dilahirkan dari ibu yang mengalami komplikasi kehamilan, seperti kekurangan zat gizi, terpapar racun, atau terinfeksi virus yang mengganggu perkembangan otak.

    Komplikasi gangguan mental pada lansia

    Gangguan mental yang terjadi pada lansia harus diobati segera. Jika tidak, bisa menimbulkan berbagai komplikasi, di antaranya berikut ini.

    • Kualitas hidup yang memburuk karena sulit untuk menjalin hubungan dengan keluarga dan orang di sekitar dengan baik.
    • Kesehatan tubuh menjadi lebih buruk. Pada beberapa kasus, kecemasan dan stres bisa menyebabkan penyakit jantung, obesitas, dan gangguan pencernaan kronis.
    • Dapat menyebabkan cacat tubuh atau kematian jika penderitanya melakukan percobaan bunuh diri.

    Diagnosis gangguan mental pada lansia

    memilih perawat lansia

    Agar komplikasi tidak terjadi dan kualitas hidup lansia dengan penyakit mental bisa ditingkatkan, mereka perlu menjalani pengobatan.

    Sebelum pengobatan dilakukan, ahli kejiwaan akan meminta pasien untuk menjalani serangkaian tes kesehatan dan kemudian menegakkan diagnosis.

    Berikut ini adalah beberapa tes kesehatan untuk mendiagnosis gangguan mental pada lansia.

    • Tes fisik. Pada tes ini, dokter akan menanyakan gejala apa saja yang dialami pasien dan anggota keluarga atau pengasuh. Selain itu, dokter juga akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
    • Tes laboratorium. Pada tes ini, dokter mungkin akan memeriksa fungsi tiroid, jantung, atau kondisi otak pasien lewat tes darah, elektrokardiogram, ekokardiogram, dan tes pencitraan.
    • Evaluasi psikiatri. Dokter akan bertanya tentang gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku pasien. Dokter juga akan meminta pasien untuk mengisi kuesioner.
    • Panduan DSM-5. Dokter dapat menggunakan kriteria depresi, gangguan kecemasan, bipolar disorder, atau skizofrenia yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).

    Pengobatan untuk gangguan mental pada lansia

    Setelah dokter melakukan tes kesehatan dan menegakkan diagnosis, pasien akan diarahkan untuk menjalani pengobatan sesuai dengan kebutuhan, di antaranya.

    1. Minum obat-obatan

    Ada berbagai obat yang biasanya diresepkan dokter maupun psikiater pada pasien, seperti berikut ini.

    • Obat antidepresan. Obat ini diresepkan untuk menangani depresi dan mengatasi bipolar disorder. Sebagai contoh obat antidepresan yang umumnya digunakan adalah citalopram, escitalopram, fluoxetine, paroxetine, sertraline, dan vilazodone.
    • Obat antipsikotik. Obat antipsikotik diresepkan untuk mengatasi skizofrenia, yakni gejala delusi dan halusinasi serta pengidap bipolar. Sebagai contoh obat antipsikotik yang biasanya digunakan adalah olanzapine, risperidone, quetiapine, aripiprazole , asenapine, atau brexpiprazole.
    • Obat antikecemasan. Obat ini diresepkan untuk pasien gangguan kecemasan, dan yang paling umum digunakan adalah buspirone. Pada jarang kasus, benzodiazepin mungkin juga diresepkan pada pengidap gangguan kecemasan dan bipolar disorder.
    • Obat penstabil suasana hati. Obat ini digunakan untuk mengendalikan gejala mania dan hipomania pada pasien bipolar disorder. Dokter dapat memberikan obat golongan ini, seperti valproic acid, divalproex sodium, carbamazepine, dan lamotrigine.

    2. Psikoterapi

    Selain minum obat, gangguan mental pada lansia juga bisa diobati dengan psikoterapi, khususnya jenis terapi perilaku kognitif.

    Pada terapi ini, terapis akan membantu pasien untuk mengelola gejala seperti stres atau kecemasan dan mengalihkan hal tersebut pada cara yang lebih sehat.

    Pada terapi ini, akan diberikan bimbingan agar lansia dapat hidup sehat, juga membantu lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

    3. Rawat inap di rumah sakit

    Pada kasus parah, gangguan mental pada lansia bisa mengancam jiwa, baik pada penderitanya maupun orang di sekitarnya.

    Sebagai contoh, berulang kali melukai diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri. Jika sudah pada tahap ini, biasanya pasien akan dianjurkan menjalani rawat inap.

    Selama di rumah sakit, dokter akan mengawasi gejala dan mencegah kemungkinan tindakan buruk yang akan dilakukan pasien.

    Kesimpulan

    • Lansia yang mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder menghadapi tantangan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
    • Beberapa faktor risiko yang dapat memicu gangguan mental pada lansia termasuk trauma masa lalu, stres akibat penyakit lansia kronis atau kehilangan orang tercinta, dan riwayat keluarga dengan gangguan mental.
    • Pengobatan yang efektif umumnya meliputi penggunaan obat-obatan serta terapi perilaku kognitif. Pada kasus yang parah, rawat inap mungkin diperlukan untuk memastikan keselamatan pasien dan mencegah tindakan berbahaya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

    ad iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    ad iconIklan
    ad iconIklan