Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Gangguan mental pada lansia adalah masalah kesehatan yang menyebabkan perubahan emosi, pikiran, dan perilaku pada orang lanjut usia.
Kondisi ini dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk berfungsi sebagaimana mestinya dalam keluarga, urusan pekerjaan, dan kegiatan sosial.
Gangguan mental terdiri dari banyak jenis. Akan tetapi, ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yang lebih umum menyerang lansia, di antaranya adalah:
Hasil riskesdas tahun 2018 menunjukan prevalensi penyakit depresi tertinggi ada pada lansia. Tercatat prevalensi depresi pada usia 55-64 tahun sebesar 6,5 persen, usia 65-74 tahun sebesar 8 persen, dan usia di atas 75 tahun sebesar 8,9 persen.
Berdasarkan peringkat, penyakit depresi pada lansia menduduki peringkat pertama sebagai penyakit mental yang paling umum menyerang. Kemudian, disusul dengan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.
Setiap jenis gangguan kejiwaan pada lansia menimbulkan gejala yang berbeda. Berikut ini penjelasan tanda dan gejala sesuai dengan jenis gangguan kejiwaan yang dimiliki lansia.
Pada lansia, rasa sedih bukanlah gejala utama dari depresi yang mereka idap. Terlebih, orang yang lebih tua juga enggan untuk meminta bantuan pada dokter. Itulah sebabnya, depresi pada usia ini lebih sulit dikenali ketimbang pada orang yang usianya lebih muda.
Meski begitu, ada beberapa gangguan mental depresi yang umumnya ditunjukkan lansia, seperti dilansir dari laman Mayo Clinic, di antaranya:
Gejala gangguan kecemasan yang menyerang lansia tidak berbeda jauh dengan orang dewasa maupun remaja, meliputi:
Sama seperti gangguan kecemasan, skizofrenia juga menimbulkan gejala yang umumnya sama pada lansia maupun orang dewasa yang usianya lebih muda. Namun, gejala yang berbeda pada tiap pasien sangat mungkin terjadi. Berikut adalah gejala dari gangguan mental skizofenia pada lansia.
Lansia yang menderita gangguan kejiwaan umumnya enggan untuk memberi tahu kondisi yang dialaminya pada orang lain. Oleh karena itu, Anda sebagai keluarga atau pengasuh harus lebih jeli dalam mengawasi perubahan perilaku maupun suasana hati mereka.
Jika Anda sebagai keluarga atau pengasuh melihat tanda dan gejala yang disebutkan di atas pada lansia, segera periksa ke dokter.
Setiap jenis gangguan mental yang menyerang lansia memiliki penyebab yang berbeda-beda. Penyebab depresi diketahui meliputi perubahan biologis dan senyawa kimia di otak, ketidakseimbangan hormon tubuh, serta kemungkinan diwariskan dalam keluarga.
Sementara gangguan mental pada lansia seperti bipolar disoder, tidak diketahui penyebab pastinya. Begitu juga dengan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder. Meski begitu, kondisi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh adanya kelainan fungsi dan senyawa kimia di otak, serta kombinasi genetik tertentu.
Pada beberapa kasus, gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan tiroid.
Meskipun penyebab pasti dari gangguan mental pada lansia tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risikonya.
Berikut ini adalah faktor risiko dari depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan bipolar disorder.
Gangguan mental yang terjadi pada lansia harus diobati segera. Jika tidak, bisa menimbulkan berbagai komplikasi, di antaranya:
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Agar komplikasi tidak terjadi dan kualitas hidup lansia dengan penyakit mental bisa ditingkatkan, mereka perlu menjalani pengobatan. Sebelum pengobatan dilakukan ahli kejiwaan akan meminta pasien untuk menjalani serangkaian tes kesehatan dan kemudian menegakkan diagnosis.
Berikut ini adalah beberapa tes kesehatan untuk mendiagnosis gangguan mental pada lansia.
Setelah dokter melakukan tes kesehatan dan menegakkan diagnosis, pasien akan diarahkan untuk menjalani pengobatan sesuai dengan kebutuhan, di antaranya:
Ada berbagai obat yang biasanya diresepkan dokter maupun psikiater pada pasien, seperti:
Selain minum obat, gangguan mental pada lansia juga bisa diobati dengan psikoterapi, khususnya jenis terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, terapis akan membantu pasien untuk mengelola gejala seperti stres atau kecemasan dan mengalihkan hal tersebut pada cara yang lebih sehat.
Pada terapi ini, akan diberikan bimbingan agar lansia dapat hidup sehat, juga membantu lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Pada kasus parah, gangguan mental pada lansia bisa mengancam jiwa, baik pada penderitanya maupun orang di sekitarnya. Sebagai contoh, berulang kali melukai diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri. Jika sudah pada tahap ini, biasanya pasien akan dianjurkan menjalani rawat inap.
Selama di rumah sakit, dokter akan mengawasi gejala dan mencegah kemungkinan tindakan buruk yang akan dilakukan pasien.
Selain pengobatan di rumah sakit, perubahan gaya hidup juga diperlukan untuk mendukung efektivitas pengobatan. Berikut ini perubahan gaya hidup yang perlu diterapkan pada lansia dengan gangguan mental adalah:
Lansia dengan kondisi ini akan kesulitan untuk menerapkan hal ini sendiri. Oleh karena itu, butuh bantuan dan dukungan dari keluarga, pengasuh, amupun orang terdekat.
Gangguan mental pada lansia seperti skizofrenia tidak bisa dicegah. Namun, jika seseorang sudah didiagnosis memiliki penyakit mental ini, mengikuti pengobatan secara rutin sangat diwajibkan. Tujuannya, untuk mencegah kekaambuhan gejala sekaligus keparahannya.
Selain skizofrenia, tidak ada cara pasti yang sepenuhnya dapat mencegah gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, atau bipolar pada lansia. Meski begitu, penderitanya masih bisa mungkin menurunkan beberapa risikonya, seperti:
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar