Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Navigation

Beda Mania dan Hipomania pada Pengidap Gangguan Bipolar

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 03/08/2022

Beda Mania dan Hipomania pada Pengidap Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem. Gejala utamanya sendiri meliputi mania, hipomania, dan depresi. Meski terlihat sama, ada sejumlah perbedaan antara mania dan hipomania. Simak penjelasannya berikut ini.

Apa itu mania dan hipomania?

perbedaan mania dan hipomania

Sebagian orang mengalami perubahan suasana hati atau mood dari waktu ke waktu. Namun, pengidap gangguan bipolar (bipolar disorder) mengalami perubahan suasana hati secara drastis dalam waktu yang sangat cepat.

Setiap perubahan mood pada pengidap gangguan bipolar disebut episode. Kondisi ini biasa terjadi secara bergantian dengan menunjukkan tiga gejala utama, yakni mania, hipomania, dan depresi.

Mania adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa sangat bersemangat secara fisik dan mental. Terkadang, pengidap gangguan bipolar yang mengalami episode manik akan membuat keputusan yang tidak rasional.

Seorang pengidap gangguan bipolar dalam episode manik mungkin menghabiskan uang untuk membeli sesuatu yang sangat mahal. Ada pula orang yang bisa melakukan hal-hal yang menjurus pada kekerasan atau pelecehan seksual.

Hipomania merupakan bentuk mania yang lebih ringan atau tidak terlalu ekstrem. Namun, orang yang mengalami episode ini akan melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Kondisi ini sulit diketahui, tetapi orang-orang di sekitar pengidap gangguan bipolar (seperti keluarga dan pasangannya) mampu mengenali perubahan tersebut.

Perubahan suasana hati yang ditimbulkan akibat obat-obatan dan minuman alkohol bukan termasuk episode hipomanik.

Ringkasan

Mania dan hipomania adalah suatu perubahan suasana hati yang membuat seseorang merasa bersemangat dan terlalu aktif. Gejala mania berlangsung parah, sedangkan hipomania merupakan bentuk mania yang lebih ringan. Kedua kondisi ini sama-sama berdampak pada kehidupan sehari-hari pengidapnya.

Perbedaan mania dan hipomania

gangguan bipolar pada remaja

Penting untuk membedakan antara mania dan hipomania, sebab kedua kondisi ini bisa saja menunjukkan gejala gangguan mental yang berbeda. Berikut ini beberapa perbedaannya.

1. Gejala dan tingkat keparahannya

Dikutip dari Mind UK, mania dan hipomania memiliki gejala yang hampir sama, yakni perubahan perilaku sehingga pengidapnya akan merasa sangat aktif dan bersemangat.

Beberapa gejala episode manik dan hipomanik yang mungkin terjadi antara lain:

  • muncul perasaan senang berlebihan yang tidak beralasan,
  • merasa dirinya sangat bersemangat sehingga lebih aktif dari biasanya,
  • berpikir cepat sehingga pengambilan keputusan dan penilaiannya menjadi buruk,
  • mudah teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting atau tidak berhubungan,
  • tidak butuh tidur atau hanya tidur selama beberapa jam,
  • berulang kali mengucapkan topik percakapan yang tidak sesuai,
  • terlihat lebih banyak bicara daripada biasanya, dan
  • menampilkan perilaku yang tampak gelisah.

Meski gejalanya sama, kedua kondisi ini dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya. Pengidap mania cenderung merasa kesulitan beraktivitas setelah episode muncul.

Sementara itu, orang yang mengalami hipomania mungkin tidak terpengaruh terlalu parah sehingga bisa melanjutkan aktivitas sehari-harinya.

2. Gejala psikotik setelah episode

Perbedaan mania dan hipomania juga dapat diketahui dari kemunculan gejala psikotik setelah episode. Umumnya, gejala ini baru muncul bila kondisi manik sudah cukup parah.

Pengidap mania yang parah bisa sulit membedakan imajinasi dan kenyataan (delusi), melihat sesuatu yang tidak ada tapi terasa nyata (halusinasi), atau merasa dalam bahaya.

Sementara itu, gejala-gejala tersebut umumnya tidak dapat hadir dalam diagnosis hipomania.

3. Lamanya episode berlangsung

Bukan hanya pada gejala dan tingkat keparahannya, mania dan hipomania juga dapat dibedakan dari lama berlangsungnya episode.

Menurut American Psychiatric Association, gejala episode manik yang seseorang alami bisa setidaknya berlangsung selama satu minggu atau bahkan lebih.

Di samping itu, gejala episode hipomanik yang tidak terlalu parah umumnya bertahan paling lama empat hari berturut-turut.

4. Menunjukkan gangguan bipolar yang berbeda

Mania dan hipomania umumnya akan menunjukkan jenis gangguan bipolar yang berbeda.

Episode manik adalah ciri khas yang muncul sekali atau beberapa kali pada pengidap gangguan bipolar 1. Gejala tersebut biasanya dapat didahului atau diikuti dengan episode hipomanik dan depresi.

Sementara itu, orang dengan gangguan bipolar II tidak akan mengalami episode manik. Dia setidaknya akan mengalami satu kali episode depresi dan/atau hipomanik.

Mania dan gangguan mental

Tak hanya gangguan bipolar, mania juga menjadi gejala gangguan mental lainnya, termasuk:
  • depresi musiman (jenis depresi ringan yang terkait dengan perubahan musim),
  • gangguan skizoafektif (gabungan gejala gangguan mood dan skizofrenia),
  • psikosis postpartum (gangguan mental serius yang terjadi pada ibu pada beberapa hari atau minggu setelah persalinan), dan
  • siklotimia (perubahan suasana hati secara drastis, tapi dalam skala yang lebih ringan dari gangguan bipolar).

Bagaimana cara mengatasi mania dan hipomania?

konsultasi dengan psikolog

Selama mania atau hipomania terjadi, aktivitas sehari-hari akan sangat terganggu terlebih bila kondisi ini berlangsung selama berminggu-minggu.

Sangat sulit untuk membuat pengidap mania lebih tenang kembali. Itulah sebabnya, orang dengan gejala yang cukup parah harus memperoleh perawatan dan pengawasan dari rumah sakit.

Akan tetapi, ini berbeda dengan hipomania yang gejalanya tidak terlalu parah sehingga masih bisa ditangani dengan obat-obatan dan orang-orang di sekitarnya.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala mania, hipomania, atau depresi secara cepat dan bergantian, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog.

Dokter atau psikolog akan mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis gangguan mental yang seseorang alami.

Setelah memperoleh diagnosis yang tepat, pengidap akan disarankan untuk melakukan terapi psikologis (psikoterapi) dan minum obat yang diresepkan secara rutin.

Pada umumnya, gangguan bipolar tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, secara rutin melakukan terapi, menghindari pemicu, dan mengubah gaya hidup, dapat membantu pasien mengurangi keparahan gejala.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 03/08/2022

Iklan

Apakah artikel ini membantu?

Iklan
Iklan