backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Sakit Kepala

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 29/05/2023

Sakit Kepala

Pengertian sakit kepala

Sakit kepala adalah rasa nyeri yang terjadi di bagian manapun dari kepala Anda. Nyeri bisa saja terjadi di salah satu area kepala, pada kedua sisi kepala sekaligus, atau menyebar dari salah satu bagian ke bagian kepala lainnya.

Intensitasi nyeri bisa terasa ringan, tetapi juga dapat cukup kuat. Rasa sakitnya dapat datang secara bertahap atau tiba-tiba, dan dapat berlangsung kurang dari satu jam hingga berhari-hari lamanya. Pola nyeri pada sakit kepala bisa seperti berdenyut, bergelombang, ditekan, atau tajam seperti ditusuk.

Sebagian besar kasus nyeri di kepala hanya ringan dan tidak membutuhkan perhatian dari dokter. Namun, sakit kepala bisa terjadi cukup parah sehingga penderitanya tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, seperti pergi bekerja atau sekolah.

Bahkan terkadang, sakit kepala bisa menjadi tanda adanya gangguan atau penyakit serius yang berbahaya bagi kesehatan Anda.

Seberapa umum kondisi ini?

Sakit kepala adalah gejala umum yang paling sering dialami manusia. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 50 persen dari populasi orang dewasa di dunia mengalami gejala ini. Artinya, hampir setengah masyarakat dunia pernah mengalaminya.

Rasa nyeri ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari sakit kepala pada anak, dewasa, hingga lanjut usia (lansia). Baik wanita maupun pria memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami gejala ini.

Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena gejala ini bisa disembuhkan. Anda bisa mengatasi kondisi ini dengan berbagai pengobatan sembari mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi. Untuk informasi lebih lanjut, Anda harus berdiskusi dengan dokter.

Jenis sakit kepala

Sakit kepala secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Simak penjelasan lengkap mengenai kedua jenis sakit kepala tersebut di bawah ini.

Sakit kepala primer

Jenis ini timbul karena struktur kepala rentan terhadap rasa sakit akibat bekerja terlalu keras atau mengalami masalah. Aktivitas zat kimia di dalam otak, saraf, atau pembuluh darah yang mengelilingi tengkorak, atau otot yang terdapat di kepala dan leher dapat menjadi penyebab utama dari timbulnya jenis yang satu ini.

Kondisi ini tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor genetik. Adapun nyeri kepala primer terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu tension headache, migrain, cluster headache, dan hypnic headache.

1. Sakit kepala tegang (tension headache)

Jenis yang satu ini termasuk yang paling umum dan sering terjadi. Biasanya dimulai perlahan hingga rasa sakit memuncak pada siang hari.

Orang yang mengalami tension headache umumnya akan merasa kepalanya seperti ditekan atau menggunakan pengikat kepala yang cukup kencang di sekitar kepala. Selain itu, rasa sakit yang dialami menjalar dari atau menuju ke leher.

2. Migrain

Migrain adalah salah satu jenis sakit kepala primer yang cukup sering terjadi. Jenis ini dapat menyebabkan nyeri yang parah atau sensasi berdenyut, yang biasanya terjadi di satu sisi kepala.

Migrain sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu migrain dengan aura dan tanpa aura. Migrain dengan aura adalah kondisi di mana sebelum atau tepat saat migrain terjadi ada gejala peringatan, seperti kilatan cahaya atau bintik-bintik cahaya yang menganggu penglihatan. Sementara migrain tanpa aura tidak disertai dengan gejala tersebut.

3. Sakit kepala cluster (cluster headache)

Arti dari cluster headache adalah jenis sakit kepala yang terjadi dalam pola siklus atau periode cluster. Rasa sakit bisa terjadi hanya satu kali hingga delapan kali dalam sehari selama 20 menit hingga dua jam lamanya.

Kondisi ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang kemudian diikuti dengan periode remisi atau tidak ada gejala yang muncul sama sekali selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun kemudian.

Cluster headache biasanya menyebabkan rasa nyeri yang cukup parah, bahkan mungkin memberikan sensasi seperti terbakar pada area kepala. Rasa sakit kepala ini biasanya sampai ke area mata.

4. Sakit kepala hipnik (Hypic headache)

Ini adalah bentuk nyeri di kepala yang langka dan biasanya terjadi pada orang berusia antara 40-80 tahun. Jenis ini biasanya terjadi pada malam hari dan berlangsung selama 15-60 menit. Adapun waktu kejadiannya cenderung selalu sama setiap malam dan  tidak disertai dengan gejala lain, seperti pilek atau tanda lainnya.

Sakit kepala sekunder

Sementara itu, jenis ini umumnya adalah gejala dari suatu kondisi kesehatan lain yang dapat mengaktifkan saraf yang sensitif terhadap rasa nyeri di kepala. Artinya, nyeri di kepala yang Anda alami bisa menjadi tanda adanya gangguan atau penyakit lain.

Ada banyak sekali kondisi kesehatan yang dapat menjadi penyebab munculnya kondisi ini, termasuk tumor otak, perdarahan di otak, hingga serangan panik dan glaukoma. Beberapa jenis sakit kepala sekunder, termasuk sinus headache, nyeri akibat konsumsi obat-obatan, rasa sakit yang datang secara tiba-tiba (thunderclap headache), dan sebagainya.

Tanda-tanda & gejala sakit kepala

Gejala, tanda-tanda, dan ciri-ciri yang mungkin muncul pada penderita sakit kepala bisa berbeda-beda, tergantung jenis yang dialaminya. Misalnya, pada jenis tension headache, gejala yang dirasakan bisa berupa rasa nyeri seperti ditekan, bisa ringan hingga parah.

Namun, pada migrain, gejala yang muncul bisa berupa sakit seperti berdenyut yang terkadang disertai dengan pusing dan mual atau tanda lainnya. Jenis-jenis lainnya pun memiliki gejala-gejala khas tertentu.

Selain sensasi yang berbeda, area kepala yang mengalami nyeri pun bisa beragam. Misalnya, Anda bisa saja mengalami sakit kepala bagian belakang, sakit kepala depan, sakit kepala sebelah kanan atau kiri, atau juga atas.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Biasanya sakit kepala tidak bahaya dan dapat pulih dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menjadi pertanda dari penyakit yang lebih serius, seperti nyeri kepala pertanda tumor otak atau stroke.

Pada kondisi yang serius ini, rasa nyeri di kepala umumnya tidak biasa dan kerap disertai gejala lainnya. Berikut beberapa kondisi yang mengharuskan Anda segera pergi ke dokter jika merasakan nyeri di kepala:

  • Mengalami rasa sakit yang amat sangat dan tidak pernah Anda rasakan sebelumnya.
  • Merasakan nyeri yang parah dan tiba-tiba menyerang di area kepala.
  • Sakit yang terus semakin memburuk, bahkan dengan obat pereda nyeri sekalipun.
  • Sakit yang terus meningkat jika batuk, mengubah posisi, atau bergerak.
  • Rasa sakit yang diikuti oleh rasa linglung dan kesulitan untuk memahami ucapan orang lain.
  • Baru saja mengalami cedera kepala atau kecelakaan.
  • Pingsan atau kehilangan kesadaran.
  • Demam tinggi, lebih tinggi dari 39-40 derajat celcius.
  • Leher yang kaku.
  • Mengalami gangguan penglihatan.
  • Mengalami gangguan berbicara atau berjalan.
  • Mual dan muntah, kecuali jika Anda sedang flu atau mabuk.
  • Sakit yang diiringi dengan gangguan sistem saraf lainnya, seperti pusing, mati rasa atau kesemutan, lumpuh, kejang, atau perubahan kepribadian atau perilaku.

Jika Anda mengalami gejala di atas atau gejala lain yang menurut Anda mengkhawatirkan, maka sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat.

Penyebab sakit kepala

Ada berbagai kondisi yang dapat menjadi penyebab sakit kepala. Kondisi ini bisa dipicu oleh faktor lingkungan, kebiasaan dan gaya hidup, serta kondisi medis lain.

Pada nyeri kepala jenis primer, kondisi ini bisa disebabkan oleh gaya hidup seperti berikut:

  • Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
  • Mengonsumsi makanan tertentu, seperti daging olahan yang mengandung nitrat atau daging asap.
  • Perubahan kebiasaan saat tidur atau kurang tidur.
  • Postur tubuh yang buruk.
  • Kebiasaan melewatkan waktu makan.
  • Stres.

Sementara sakit yang tergolong ke dalam jenis sekunder bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti:

  • Infeksi sinus.
  • Penggumpan darah di dalam otak.
  • Aneurisma otak.
  • Tumor otak.
  • Keracunan karbon monoksida.
  • Dehidrasi.
  • Infeksi telinga.
  • Meningitis.
  • Gangguan dan serangan panik.
  • Stroke.
  • Glaukoma.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Radang otak atau ensefalitis.

Tidak semua kemungkinan penyebab dari kondisi ini tercantum di dalam daftar yang telah disebutkan. Jika Anda mengalami nyeri di kepala dan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi Anda, konsultasikan kepada dokter.

Faktor-faktor risiko sakit kepala

Sakit kepala adalah kondisi yang dapat terjadi pada hampir semua orang dari berbagai kelompok usia dan golongan ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.

Berikut adalah faktor-faktor risiko yang memicu seseorang mengalaminya:

1. Usia

Pada dasarnya semua orang berkesempatan mengalami kondisi ini. Namun, cluster headache lebih sering terjadi pada orang dengan usia 20 hingga 50 tahun. Sementara, migrain lebih sering dialami oleh remaja.

2. Jenis kelamin

Laki-laki lebih berpotensi mengalami cluster headache dibanding perempuan. Sementara pada jenis lainnya, wanita dan pria memiliki peluang yang sama besarnya.

3. Gaya hidup

Gaya hidup tertentu juga meningkatkan faktor risiko Anda. Misalnya, orang yang memiliki kebiasaan merokok, kurang olahraga dan kurang tidur memiliki kecenderungan mudah mengalami tension headache.

Sementara itu, orang yang kebiasaan melewatkan jam makan, terlalu banyak tidur, melakukan kegiatan yang membuat stres, terlalu banyak mengonsumsi alkohol, atau mendengarkan suara terlalu keras meningkatkan faktor risiko mengalami migrain.

4.  Kondisi medis tertentu

Jika Anda memiliki riwayat gangguan kejiwaan, seperti depresi, atau pernah menjalani operasi di bagian kepala, ada kemungkinan risiko Anda mengalami cluster headache meningkat. Sakit kepala akibat haid atau menstruasi juga bisa terjadi, terutama jenis migrain.

5. Faktor genetik

Nyatanya, genetik bisa menjadi salah satu faktor risiko kondisi ini, terutama pada jenis migrain. Artinya, kondisi ini bisa jadi sebuah kondisi yang turun temurun terjadi di dalam keluarga Anda.

Diagnosis dan pengobatan sakit kepala

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana cara dokter membuat diagnosis sakit kepala?

Umumnya, dokter akan dengan mudah mengetahui jenis sakit kepala yang Anda alami hanya dari penjelasan mengenai gejala, rasa nyeri yang Anda alami, waktu dan durasi terjadinya nyeri tersebut, dan kemungkinan kondisi atau faktor risiko yang menyebabkannya, seperti apakah Anda mengonsumsi makanan dan obat-obatan tertentu atau menjalankan aktivitas lain.

Dokter pun mungkin akan menanyakan dan memeriksa gejala terkait sistem saraf yang mungkin terjadi, seperti mual dan muntah, kejang, masalah penglihatan, dan tanda lainnya.

Bila kondisi yang Anda miliki dicurigai akibat kelainan atau penyakit tertentu, dokter umumnya akan meminta Anda untuk melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosisnya. Tes tersebut bisa berupa X-ray, CT scan, MRI, atau pemeriksaan lainnya, termasuk elektroensefalografi (EEG).

Bagaimana cara mengatasi sakit kepala?

Cara mengatasi sakit kepala bisa berbeda pada setiap orang, tergantung jenis dan penyebab serta gejala yang dialami. Anda mungkin hanya perlu beristirahat yang cukup untuk mengatasi kondisi ini serta menghindari berbagai hal yang dapat memicu kekambuhannya.

Namun pada beberapa kasus, obat sakit kepala yang dijual bebas di apotik mungkin dibutuhkan, seperti aspirin, acetaminophen (Tylenol), atau ibuprofen (Advil, Motrin). Meski demikian, konsumsi obat-obatan tersebut harus selalu memerhatikan aturan konsumsi pada label kemasan dan tidak boleh digunakan secara berlebih untuk menghindari sakit berkepanjangan.

Jika perlu, konsultasikan pada dokter untuk mendapat obat yang tepat, terutama jika Anda khawatir akan gejala lainnya yang juga terjadi secara bersamaan. Dokter mungkin akan memberi obat tambahan yang sesuai dengan gejala dan kondisi medis yang Anda miliki.

Selain itu, ada juga pengobatan alternatif yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi rasa sakit ini. Misalnya, akupunktur, terapi fisik, teknik relaksasi, biofeedback, pijat untuk sakit kepala, atau meditasi. Meski demikian, pengobatan alternatif ini masih belum bisa dibuktikan secara pasti efektivitasnya.

Pengobatan sakit kepala di rumah

Pengobatan rumahan dan perubahan gaya hidup juga bisa dilakukan untuk membantu mengatasi nyeri di kepala yang Anda alami. Berikut adalah cara-cara sederhana yang dapat membantu Anda mengatasi sakit kepala:

  • Bersantai dan istirahat di ruangan yang tenang dan berventilasi baik atau dengan kondisi jendela terbuka untuk memungkinkan sirkulasi udara segar masuk.
  • Mengompres kepala atau leher dengan air hangat atau air dingin. Namun, hindari menggunakan suhu yang terlalu panas atau dingin.
  • Hindari kegiatan atau hal-hal yang mungkin menyebabkan stres.
  • Perbanyak minum air putih, kecuali Anda miliki kondisi medis tertentu yang tidak memungkinkan hal tersebut.
  • Makan teratur dan upayakan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal di dalam tubuh.
  • Olahraga secara rutin.
  • Mengonsumsi obat alami sakit kepala, seperti jahe atau yang lainnya.

Untuk mengetahui cara mengatasi nyeri kepala lebih lanjut, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.

Cara mencegah sakit kepala

Mencegah sakit kepala dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor yang dapat memicu gejala ini. Adapun faktor pemicu tersebut bisa berbeda pada setiap orang.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali apa saja hal-hal yang dapat memicu nyeri di kepala pada Anda. Misalnya, wangi parfum yang kuat, makanan tertentu, cahaya yang terlalu terang, dan lain sebagainya.

Selain menghindari hal-hal tersebut, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya nyeri di kepala. Berikut adalah beberapa cara tersebut:

  • Rutin berolahraga.
  • Tidur yang cukup.
  • Mengurangi stres.
  • Berhenti merokok.
  • Mengurangi konsumsi alkohol.
  • Menerapkan pola makan sehat dan teratur.
  • Mengurangi konsumsi kafein.
  • Mempertahankan postur tubuh yang baik, seperti tidak membungkuk atau memegang ponsel Anda dengan tangan saat menelepon (tidak meletakkannya di bahu).
  • Pastikan ruangan di rumah Anda cukup terang dan berventilasi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 29/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan