Vaksinasi tidak hanya anak dapatkan satu kali, tetapi ada imunisasi lanjutan yang perlu ia terima. Pengulangan vaksinasi ini untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh guna mencegah dari penyakit infeksi. Berikut rangkaian imunisasi lanjutan yang perlu anak terima.
Kenapa anak harus mendapatkan imunisasi lanjutan?
Imunisasi perlu diberikan sejak bayi baru lahir untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah terkena berbagai penyakit infeksi.Â
Imunisasi bekerja dengan cara memasukkan virus yang telah melalui proses pelemahan agar tubuh mengenal virus tersebut.Â
Jadi, ketika ada virus masuk, tubuh sudah mempunyai bekal untuk melawannya.
Ada banyak jenis imunisasi yang pemberiannya harus diulang berkali-kali.Â
Terkadang, satu kali pemberian tidak cukup untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam merespons virus yang masuk.Â
Manfaat anak imunisasi berulang yaitu dapat membangkitkan respons imun yang lebih baik. Selain itu, imunisasi lanjutan bertujuan untuk memberikan perlindungan tambahan.
Faktanya, beberapa vaksin imunisasi memberi tingkat perlindungan yang rendah setelah satu kali pemberian.
Ini yang membuat pemberian imunisasi harus diulang untuk selanjutnya dapat memberikan perlindungan yang lebih besar.
Apa saja jenis imunisasi lanjutan yang perlu anak dapatkan?
Selain imunisasi wajib saat anak masih bayi, ada imunisasi lanjutan yang perlu si Kecil dapatkan.
Berdasarkan jadwal imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) terbaru tahun 2023, berikut ini adalah beberapa imunisasi lanjutan yang perlu anak dapatkan.
1. DPT
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi ini anak dapatkan sebanyak tiga kali, yaitu pada usia berikut.
- Usia 2 bulan atau paling cepat pada usia 6 minggu.
- Usia 3 bulan.Â
- Umur 4 bulan.
Selanjutnya, imunisasi booster pada anak bisa dimulai di usia 18 bulan dan diulangi kembali pada usia 5—7 tahun.
Setelah itu, anak mendapatkan vaksin Td atau Tdap pada usia 10—18 tahun sebagai booster untuk melindungi anak dari tetanus dan difteri.Â
2. Hepatitis B (HB)
Imunisasi ini dilakukan pada anak sebanyak empat kali untuk mencegah dari penyakit hepatitis BÂ dengan rincian berikut.
- Kurang dari 24 jam jam setelah anak lahir.
- Usia 2 bulan.
- Usia 3 bulan.
- Umur 4 bulan.
Selanjutnya, vaksin hepatitis B booster pada anak bisa diberikan saat berusia 18 bulan.
3. Polio
Vaksin polio berfungsi untuk mencegah penyakit polio pada anak yang pemberiannya sebanyak empat kali.
Pemberian pertama vaksin polio segera setelah bayi lahir. Setelah itu, vaksin kedua, ketiga, dan keempat saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.Â
Pada usia 18 bulan, imunisasi polio lanjutan bisa anak dapatkan untuk mendapat kekebalan tubuh yang sempurna dari penyakit polio.
4. Pneumokokus (PCV)
Vaksin pneumokokus berperan untuk melindungi anak dari bakteri penyebab meningitis dan pneumonia.
Pemberian vaksin PCV dilakukan sebanyak empat kali sesuai kelompok usia.
Pada anak usia kurang dari 1 tahun, pemberian PCV setiap dua bulan, yaitu pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin PCV keempat dilakukan pada bayi usia 12—15 bulan.
5. MR atau campakÂ
Vaksin MR untuk mencegah penyakit campak diberikan perrtama kali pada bayi usia 9 bulan.Â
Setelah itu, imunisasi campak lanjutan pada usia 18 bulan dan pemberian ketiga pada usia 5—7 tahun atau saat anak baru masuk sekolah.
Vaksin MR kedua dan ketiga tidak perlu anak dapatkan bila sudah mendapatkan vaksin MMR.
6. MMR
Vaksin MMR berperan untuk mencegah penyakit mumps (gondong), measles (campak), dan rubella (campak jerman).Â
Jika anak sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, pemberian vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan (minimal jarak pemberian 6 bulan dari vaksin campak).Â
Pemberian imunisasi MMR lanjutan, yaitu saat anak berusia 5—7 tahun.
7. Rotavirus
Imunisasi rotavirus berfungsi untuk mencegah penyakit infeksi karena rotavirus, seperti diare pada anak.
Vaksin rotavirus monovalen yang terdiri dari satu jenis virus diberikan dua kali, yaitu pada usia bayi 6—12 minggu dan setelah 4 minggu dari pemberian pertama.
Sementara vaksin rotavirus pentavalen yang terdiri dari beberapa jenis virus diberikan tiga kali.
Pemberian pertama pada usia 6-12 minggu, sedangkan kedua dan ketiga dengan jarak 4—10 minggu setelah pemberian pertama. Dosis ketiga paling lambat pada usia 32 minggu.
8. Varisela
Untuk mencegah penyakit cacar air, anak perlu mendapatkan dua dosis vaksin varisela sesuai jadwal imunisasi IDAI, yaitu mulai usia 12—18 bulan.
Pada usia 1—12 tahun, diberikan dua dosis dengan jarak 6 minggu sampai 3 bulan, sedangkan usia 13 tahun atau lebih dengan jarak 4—6 minggu.
Berdasarkan catatan dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin varisela bisa memberikan perlindungan sebesar 90%—97% selama 7—10 tahun.
Bila anak pernah mendapatkan vaksin varisela, kemungkinan terkena cacar air semakin kecil. Jika terinfeksi, anak hanya merasakan gejala ringan yang tidak mengganggu.
9. Hepatitis A
Imunisasi lanjutan yang perlu anak dapatkan adalah hepatitis A untuk mencegah infeksi virus hepatitis lewat makanan dan feses penderitanya.
Anak menerima imunisasi hepatitis A sebanyak dua dosis dengan jeda 6—12 bulan setelah suntikan pertama.
Pemberian pertama kali adalah saat anak berusia 1 tahun dan imunisasi lanjutan 6—12 bulan kemudian.
10. Influenza
Vaksin influenza bisa anak dapatkan saat ia berusia 6 bulan dan pemberiannya bisa kapan saja, tidak ada jadwal pasti. Hal yang terpenting anak sudah berusia 6 bulan.
Kemudian, imunisasi influenza lanjutan bisa anak dapatkan setiap satu tahun sekali.Â
Meski flu adalah penyakit umum, imunisasi flu bisa mencegah anak terkena penyakit meski cuaca sedang tidak menentu.
11. Tifoid
Imunisasi tifoid berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri salmonella typhii, yakni penyebab penyakit tifus.
Anak akan menerima vaksin tifoid pertama kali saat anak berusia 2 tahun. Imunisasi tifoid lanjutan bisa anak dapatkan setiap tiga tahun sekali.
Imunisasi tifoid bisa melindungi anak dari tifus sekitar 50%—80%. Maka dari itu, orangtua tetap harus menjaga pola makan anak agar tidak tertular penyakit ini.
12. Japanese encephalitis (JE)
Penularan penyakit lewat nyamuk tidak hanya pada demam berdarah, tetapi juga penyakit japanese encephalitis (JE).
Seperti namanya, penyakit ini pertama kali muncul di Jepang pada tahun 1871 dengan sebutan summer encephalitis.
Imunisasi JE mulai anak dapatkan saat ia berusia 9 bulan. Sementara itu, imunisasi JE lanjutan pada usia 2 tahun.
Bagaimana jika anak terlambat mendapat imunisasi lanjutan?
Jika anak terlambat mendapat imunisasi lanjutan, penting untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter atau tenaga medis untuk memperbaharui jadwal imunisasi. Umumnya, terlambat mendapatkan imunisasi tidak harus memulai ulang urutan vaksinasi dari awal, tetapi anak mungkin membutuhkan jadwal yang disesuaikan untuk mengejar dosis yang tertinggal.
[embed-health-tool-vaccination-tool]