Komplikasi difteri
Jika tidak ditangani, penyakit difteri dapat menyebabkan kompilkasi pada anak, yang meliputi berikut ini.
1. Masalah pernapasan
Bakteri penyebab penyakit ini mungkin menciptakan toksin atau racun.
Toksin ini menghancurkan jaringan pada daerah terinfeksi, biasanya hidung dan tenggorokan.
Dalam kondisi ini, infeksi menghasilkan membran keras berwarna kelabu yang terdiri dari sel-sel mati, bakteri, dan zat lainnya. Membran ini bisa menghambat pernapasan.
2. Kerusakan jantung
Toksin difteri mungkin menyebar melalui aliran darah dan menghancurkan jaringan lain dalam tubuh seperti otot jantung.
Jika sudah begini, anak juga bisa mengalami komplikasi peradangan pada otot jantung (miokarditis).
3. Kerusakan saraf
Racun bakteri penyebab difteri juga bisa mengakibatkan kerusakan saraf. Biasanya, kerusakan saraf terjadi pada tenggorokan sehingga anak jadi sulit menelan.
Saraf di lengan dan kaki juga bisa meradang dan menyebabkan lemah otot.
Jika bakteri Corynebacterium diphtheriae merusak saraf yang mengatur otot pernapasan, otot tersebut akan lumpuh.
Dengan perawatan tepat, sebagian besar orang dengan penyakit difteri mampu bertahan menghadapi komplikasi di atas.
Akan tetapi, pemulihannya berlangsung lambat. Difteri berakibat fatal pada 3 persen dari mereka yang menderita penyakit ini.
4. Penyakit lainnya akibat infeksi di lokasi lain
Jika infeksi bakteri menyerang jaringan seperti kulit, rasa sakit biasanya lebih ringan. Hal ini karena kulit menyerap jumlah toksin yang lebih sedikit.
Namun, penyebab difteri di kulit dapat menghasilkan bisul seperti bintik kuning, tampak jernih dan terkadang keabu-abuan.
Diagnosis difteri

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dari melihat tanda dan gejala sebelum melakukan diagnosis pada Anda atau anak.
Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel, dokter dapat menduga penyakit difteri.
Dokter juga dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang dialami oleh anak.
Namun, metode paling aman untuk mendiagnosis difteri adalah dengan melakukan tes swab.
Sampel jaringan yang terpengaruh akan diambil dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, dan diuji toksisitasnya.
Berikut jenis-jenis sampelnya.
- Spesimen klinis yang diambil dari hidung dan tenggorokan.
- Semua kasus yang dicurigai dan melakukan kontak dengan mereka diuji.
Pengobatan difteri
Dokter akan segera menangani penyakit difteri pada anak karena merupakan kondisi yang sangat serius.
Berikut langkah-langkah yang mungkin akan dilakukan tenaga medis.
1. Antitoksin
Pertama, dokter akan memberikan suntikan berupa diphteria antitoxin (DAT) untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri.
Obat difteri ini berfungsi untuk menetralisir racun yang bersirkulasi di dalam tubuh dan mencegah perkembangan penyakit difteri.
Akan tetapi, DAT tidak dapat menetralisir racun yang terlanjur merusak sel-sel di dalm tubuh.
Pengobatan difteri melalui DAT bisa diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis klinis, tanpa menunggu konfirmasi dari hasil diagnosis laboratorium.
Jika anak mempunyai alergi terhadap antitoksin, Anda perlu memberi tahu dokter agar dapat menyesuaikan pengobatan.
Pengobatan difteri melalui DAT tidak dianjurkan pada kasus difteri kulit atau cutaneous diphtheria yang tidak memperlihatkan gejala.
Efek samping dari antitoksin yang perlu diwaspadai orangtua meliputi berikut ini.
- Demam.
- Alergi seperti gatal, kemerahan, atau biduran.
- Syok seperti sesak napas dan penurunan tekanan darah (jaranng terjadi).
- Nyeri sendi dan tubuh terasa pegal.
2. Antibiotik
Setelah itu, dokter akan memberikan antibiotik, seperti erythromycin dan penicillin, untuk membantu mengatasi infeksi.
Pemberian antibiotik dalam pengobatan difteri pada anak atau orang dewasa bukanlah pengganti untuk DAT.
Meskipun antibiotik belum terbukti memengaruhi penyembuhan infeksi difteri, obat tetap akan diberikan.
Ini dilakukan untuk membasmi bakteri dari nasofaring, sehingga mencegah penularan difteri lebih lanjut ke orang lain.
3. Perawatan lanjutan
Jangan khawatir jika dokter meminta Anak untuk tinggal di rumah sakit. Ini untuk mengawasi reaksi terhadap pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit.
Isolasi akan dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) karena penyakit ini menyebar dengan mudah dan cepat. Biasanya, pasien akan menjalani rawat inap selama 14 hari pemberian obat difteri antibiotik
Langkah pengobatan dan peraawatan tersebut akan dilakukan terus-menerus hingga hasil pemeriksaan berubah menjadi negatif.
Perawatan rumahan untuk difteri
Berikut adalah pengobatan rumahan yang dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi difteri pada anak.
- Pastikan anak banyak istirahat di tempat tidur dan batasi aktivitas fisik yang melelahkan.
- Isolasi ketat. Anda sebaiknya menghindari penyebaran penyakit pada orang lain apabila anak terinfeksi.
Apabila anak dirawat di rumah, gunakan masker untuk mencegah penularan. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan benda-benda juga mencuci tangan setiap saat.
Saat pulih dari penyakit ini, anak serta orangtua mungkin membutuhkan vaksin difteri yang lengkap untuk mencegah terulangnya kembali.
Pernah mengalami kondisi tersebut tidak menjamin Anda akan kebal seumur hidup. Anak atau orang dewasa bisa mengalami penyakit ini lebih dari sekali jika tidak melakukan imunisasi lengkap.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar