Pada 2014, WHO menyatakan bahwa Indonesia sudah bebas dari penyakit polio. Ini adalah penyakit infeksi yang menyerang sistem saraf pusat. Seperti apa penyakit ini? Apakah Indonesia masih bebas polio? Berikut penjelasannya.
Mohon sampaikan saran Anda
Tolong beri tahu kami bila ada yang salah
Kami tidak memberi pelayanan kesehatan berupa diagnosis atau perawatan, tapi kami terbuka terhadap saran Anda. Silakan ketik di kotak berikut ini.
Pada 2014, WHO menyatakan bahwa Indonesia sudah bebas dari penyakit polio. Ini adalah penyakit infeksi yang menyerang sistem saraf pusat. Seperti apa penyakit ini? Apakah Indonesia masih bebas polio? Berikut penjelasannya.
Polio, atau yang disebut juga dengan poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus.
Virus ini dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan pada otot, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
Pada kasus yang lebih berat, polio dapat memengaruhi kemampuan bernapas dan menelan pada anak.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, sekarang sudah ada vaksinasi yang dapat mencegah penularan polio.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa WHO menyatakan Indonesia bebas polio sejak 2014. Di tahun 2021, masihkah berlaku?
Faktanya, pada tahun 2018, ada temuan kasus polio di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
WHO melakukan penilaian risiko penularan penyakit polio di Indonesia. Hasilnya:
Dua provinsi yang memiliki risiko rendah penularan penyakit ini adalah Yogyakarta dan Bali.
Peningkatan kasus terjadi karena naiknya kasus anak yang tidak diimunisasi, sehingga herd immunity (kekebalan kelompok) berkurang.
Pada tahun 2017, sebanyak 6 persen anak tidak diimunisasi. Kemudian meningkat menjadi 14 persen pada tahun 2019.
Pemberian imunisasi polio sebanyak 4 dosis sudah masuk ke dalam program pemerintah. Dari grafik yang ditunjukkan WHO, pemberian vaksin polio menurun sejak tahun 2014-2019.
Polio memiliki tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. Namun terkadang, beberapa anak yang sudah terinfeksi virus tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala apapun.
Gejala yang muncul juga tergantung pada jenis polio apa yang menyerang si kecil. Terdapat 3 jenis infeksi, yaitu nonparalitik, paralitik, serta sindrom pascapolio.
Ketiganya memiliki gejala-gejala yang sedikit berbeda, berikut penjelasannya.
Tanda-tanda dan gejala dari jenis nonparalitik dapat berlangsung dari 1 hingga 10 hari. Gejala yang muncul mungkin menyerupai flu biasa, dan disertai pula dengan:
Jenis nonparalitik juga biasa disebut dengan polio abortif.
Sekitar 1 persen kasus poliomielitis dapat berkembang menjadi jenis paralitik.
Sesuai dengan namanya, jenis paralitik dapat menyebabkan kelumpuhan (paralysis) pada beberapa bagian, yaitu:
Gejala awal yang muncul mungkin tidak berbeda jauh dengan gejala nonparalitik. Namun, setelah 1 minggu, gejala yang lebih parah akan timbul. Tanda-tandanya meliputi:
Perhatikan bila anak Anda merasakan gejala di atas.
Ada kemungkinan virus kembali lagi meski anak sudah disembuhkan. Kondisi ini dapat terjadi sekitar 15 hingga 40 tahun setelah pertama kali terinfeksi virus.
Tanda-tanda dan gejala yang umumnya muncul adalah:
Diperkirakan sekitar 25-50% orang yang sembuh dari polio kembali menunjukkan tanda-tanda dan gejala di atas.
Jika anak memiliki satu atau lebih gejala dan pertanyaan lain terkait polio, konsultasikan dengan dokter.
Masalah kesehatan ini disebabkan oleh virus polio yang masuk melalui rongga mulut, hidung, dan menyebar ke dalam aliran darah.
Poliomielitis sangat mudah menular, umumnya virus ditemukan di feses yang terinfeksi.
Penularan bisa terjadi pada beberapa kondisi, seperti:
Virus bisa ditularkan melalui batuk atau bersin karena virus tersebut dapat bertahan hidup di dalam tenggorokan dan usus. Namun, kasus kejadiannya lebih jarang ditemukan.
Masalah kesehatan ini dapat terjadi pada hampir semua orang. Penyakit ini tidak mengenal kelompok usia serta golongan ras penderitanya.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena polio.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu seseorang untuk terkena polio:
Perlu diketahui bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti pasti akan terserang penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, seseorang dapat menderita suatu penyakit atau kondisi kesehatan tanpa adanya satu pun faktor risiko.
Polio, terutama yang berjenis paralitik, dapat mengakibatkan kelumpuhan temporer (sementara) atau permanen pada otot.
Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan cacat fisik, kelainan bentuk tulang, bahkan kematian.
Anak yang pernah terkena penyakit ini, kemungkinan dapat mengalami kondisi yang disebut dengan sindrom post-polio.
Tanda-tanda dan gejalanya meliputi:
Sindrom ini rata-rata akan muncul 35 tahun setelah penderita pertama kali terinfeksi.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah anak Anda mengalami:
Selain itu, untuk mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat, dokter akan mengambil sampel dari sumsum tulang belakang.
Cairan tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi.
Virus polio juga mungkin dapat bersarang pada beberapa bagian tubuh, seperti:
Kemungkinan, dokter juga dapat mengambil sampel dari area-area tersebut.
Polio merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total. Beberapa jenis obat yang mungkin diberikan dokter adalah:
Pengobatan yang ada hanya berfokus pada pereda rasa sakit, mencegah terjadinya komplikasi kesehatan, serta menambah tenaga.
Kondisi kesehatan ini tidak dapat disembuhkan. Namun, Anda dapat mencegahnya dengan melakukan vaksinasi.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksinasi polio dapat dilakukan melalui oral polio vaccine (OPV) inactivated polio vaccine (IPV).
Pemberian keduanya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan usia anak, dengan rincian:
IPV berpotensi menyebabkan alergi pada beberapa anak. Efek samping dari alergi ini dapat berupa sesak napas, mengi, percepatan detak jantung, hingga pusing.
Selain vaksin, ada beberapa hal yang bisa membantu mencegah penyakit ini:
Bila ada pertanyaan, konsultasikan dengan dokter untuk menyesuaikan dengan kondisi si kecil.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Polio – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 6 October 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/polio/symptoms-causes/syc-20376512
What is Polio? . (2020). Retrieved 6 October 2020, from https://www.cdc.gov/polio/what-is-polio/index.htm?CDC_AA_refVal=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fpolio%2Fabout%2Findex.htm
Poliomyelitis: Background, Pathophysiology, Etiology. (2020). Retrieved 6 October 2020, from https://emedicine.medscape.com/article/1259213-overview
Poliomyelitis (polio). (2020). Retrieved 6 October 2020, from https://www.who.int/health-topics/poliomyelitis#tab=tab_1
Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian II). (2015). Retrieved 6 October 2020, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii
(2021). Retrieved 19 January 2021, from https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/sit-rep/epi-vpd-bulletin-ed1.pdf?sfvrsn=ae70706f_2