Sebaliknya jika anak tidak mendapatkan imunisasi, tubuh tidak memiliki sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tersebut.
Terlebih sistem imun anak kecil juga belum sekuat dan bekerja semaksimal orang dewasa.
Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah berkembang biak dalam tubuh anak. Efek samping imunisasi tidak sebanding dengan bayi yang tidak mendapat imunisasi.
Jenis imunisasi dasar lengkap untuk bayi

Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017, ada beberapa imunisasi atau vaksin yang wajib untuk bayi baru lahir sampai sebelum berusia 1 tahun.
Jenis imunisasi ini bisanya diberikan gratis oleh pelayanan kesehatan di bawah naungan pemerintah, seperti Posyandu, Puskesmas, maupun rumah sakit daerah.
Terdapat dua tipe imunisasi yaitu suntik dan oral dengan cara meneteskan ke dalam mulut.
Vaksin oral berisi bibit penyakit yang masih hidup tetapi sudah lemah, sementara vaksin suntik biasanya berisi virus atau bakteri yang sudah mati.
Sementara itu, pemberian vaksin suntik dengan cara menyuntikkan cairan pada bawah lapisan kulit atau langsung menuju otot, biasanya lengan atau paha.
Kandungan vaksin tetes akan langsung masuk saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dalam usus.
Sementara vaksin suntik akan membentuk kekebalan langsung dalam darah.
Berikut daftar imunisasi dasar lengkap yang wajib untuk bayi beserta jadwal imunisasi bayi dan anak terbaru rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020:
- Hepatitis B (usia 12 jam setelah lahir, 2, 3, 4 bulan)
- Polio (usia bayi 0, 2, 3, 4 bulan)
- BCG (sebelum usia bayi 3 bulan)
- MR/MMR (6 bulan dan 18 bulan)
- vaksin DPT, HiB, HB (usia bayi 2, 3, 4 bulan)
Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin HB, dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B).
Jenis vaksinasi tambahan untuk bayi dan anak

Bayi sangat perlu mendapat beberapa imunisasi tambahan. Pemberian jenis vaksin pilihan tidak hanya pada anak-anak, tetapi orang dewasa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Berikut daftar vaksin pilihan untuk anak-anak dan orang dewasa:
Pemberian imunisasi HPV berfungsi untuk melindungi tubuh dari virus HPV yang dapat mengakibatkan kanker serviks, penyakit seks menular seperti kutil kelamin, hingga kanker anus dan penis.
Jenis vaksinasi untuk usia anak sekolah

Kebanyakan pemberian vaksinasi pada anak usia sekolah adalah pengulangan atau booster dari imunisasi saat bayi. Indonesia sendiri, telah ada jadwal imunisasi lanjutan bagi anak usia sekolah.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan no.12 tahun 2017, jenis vaksinasi anak usia sekolah yang masuk program kesehatan Indonesia yaitu:
- diphtheria tetanus (DT)
- Campak
- Tetanus diphteria (Td)
Kementerian Kesehatan telah mengatur jadwal vaksinasi anak usia sekolah dasar, yaitu:
- Kelas 1 SD: Imunisasi campak setiap bulan Agustus dan imunisasi diphteria tetanus (DT) setiap bulan November.
- Kelas 2-3 SD: Imunisasi tetanus diphteria (Td) pada bulan November.
Sementara itu, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), anak juga perlu mendapatkan jenis vaksinasi anak lain, seperti:
- Influenza: anak usia 7-18 tahun yang mengalami flu setiap tahun.
- Human papillomavirus (HPV): Dimulai saat anak berusia 11-12 tahun, juga bisa diberikan saat anak usia 9-10 tahun, jika memang kondisi kesehatan anak memerlukannya
- Meningitis: Anak berusia 11-12 tahun.
- Vaksinasi dengue: Anak usia di atasi 9 tahun yang pernah terkena DBD.
- Vaksin Japanese Encephalitis (JE): Bila akan mendatangi negara epidemi.
Khusus untuk vaksinasi meningitis, ini termasuk dalam imunisasi khusus sehingga harus konsultasi dulu dengan dokter anak.
Apakah vaksinasi pasti membuat anak kebal?

Anak yang sudah mendapatkan imunisasi akan sangat jarang sakit karena sistem imunnya sudah kuat oleh bantuan obat ini.
Meski begitu, orangtua perlu paham bahwa setelah anak melengkapi vaksin, tetap ada kemungkinan kecil untuk terserang penyakit tersebut.
Mengutip dari laman IDAI, penelitian epidemiologi Indonesia dan negara-negara lain telah membuktikan manfaat perlindungan dari vaksinasi.
Ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi lengkap tercatat sangat jarang tertular.
Apabila memang sakit karena tertular, biasanya kondisi anak tidak akan terlalu parah sampai membahayakan nyawa.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi wajib sama sekali biasanya cenderung mengalami sakit yang lebih berat, komplikasi berupa kecacatan, atau bahkan kematian.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar