backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Anemia Defisiensi Besi, Jenis Anemia yang Paling Umum

Ditinjau secara medis oleh dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc. · Bedah Vaskular · Tzu Chi Hospital


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 23/05/2022

Anemia Defisiensi Besi, Jenis Anemia yang Paling Umum

Jangan sampai tubuh Anda kekurangan zat besi. Kadar zat besi yang terlalu rendah pada tubuh bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya yaitu anemia defisiensi besi.

Apa itu anemia defisiensi besi?

Anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia) adalah jenis anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi.

Zat besi adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan cukup sel darah merah yang sehat.

Tubuh Anda tidak dapat menghasilkan zat besi secara alami. Itu sebabnya, Anda perlu mendapatkan asupan zat besi dari makanan atau suplemen.

Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang paling umum ditemui. Kondisi ini paling sering terjadi pada anak-anak dan wanita.

Orang yang mengalami perdarahan parah, seperti akibat kecelakaan, juga rentan mengalami kondisi ini.

Apa saja tanda dan gejala anemia defisiensi besi?

bahaya dan komplikasi anemia

Tergantung penyebabnya, berbagai jenis anemia bisa menimbulkan sejumlah gejala khusus.

Dikutip dari Mayo Clinic, berikut adalah tanda dan gejala anemia defisiensi besi yang umum timbul.

  • Kelelahan ekstrem.
  • Tampak lemah, lesu, dan tidak bertenaga.
  • Kulit pucat.
  • Nyeri dada, detak jantung cepat, atau sesak napas.
  • Sakit kepala atau pusing.
  • Tangan dan kaki terasa dingin.
  • Peradangan atau nyeri pada lidah.
  • Kuku rapuh.
  • Mengidam makanan yang tak biasa, misal es batu.
  • Nafsu makan yang buruk, terutama pada bayi dan anak-anak.

Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum. Jika Anda memiliki kekhawatiran terkait gejala, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.

Perlu Anda Ketahui

Sebaiknya, Anda tidak minum suplemen zat besi sembarangan sebelum berkonsultasi ke dokter. Terlalu banyak zat besi bisa membuat organ hati bekerja lebih keras dan berisiko menyebabkan komplikasi fatal lainnya.

Apa penyebab anemia defisiensi besi?

Beda jenisnya, beda pula penyebab anemia yang mendasarinya. Penyebab anemia defisiensi besi adalah kurangnya zat besi dalam tubuh untuk memproduksi hemoglobin.

Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin juga yang membawa oksigen ke seluruh tubuh agar Anda bisa beraktivitas dengan baik.

Zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin. Jika zat besi dalam tubuh kurang, kemampuan tubuh untuk memproduksi hemoglobin juga berkurang.

Adapun kekurangan zat besi ini bisa terjadi karena berbagai penyebab seperti berikut.

  • Tidak mendapat asupan zat besi yang cukup dari makanan.
  • Ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi.
  • Kekurangan darah.

Apa saja faktor yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini?

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena anemia kekurangan zat besi.

1. Kekurangan darah

Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan Anda kekurangan darah. Berikut adalah di antaranya.

  • Menstruasi yang lama atau berlebih pada wanita.
  • Kecelakaan atau trauma.
  • Perdarahan gastrointestinal (saluran pencernaan), seperti akibat ulkus (luka) di lambung dan kanker pada saluran pencernaan.
  • Perdarahan saat melahirkan.

2. Kekurangan asupan zat besi

Kurang makan makanan mengandung zat besi juga dapat menyebabkan anemia jenis ini. Kondisi ini umumnya dialami oleh para vegetarian.

Pasalnya, orang vegetarian tak mendapat asupan zat besi yang melimpah dari daging merah, unggas, dan ikan.

3. Tubuh tidak mampu menyerap zat besi

Beberapa kondisi medis menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk menyerap zat besi. Berikut adalah beberapa kondisi medis yang dimaksud.

  • Penyakit celiac.
  • Penyakit Crohn.
  • Operasi untuk mengangkat bagian usus tertentu.

4. Kehamilan

Bukan cuma karena menstruasi, wanita juga lebih rentan mengalami anemia kekurangan zat besi karena faktor kehamilan.

Ini karena tubuh ibu membutuhkan darah lebih banyak saat hamil untuk mendukung pertumbuhan janin yang dikandungnya.

5. Kondisi lainnya

Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa faktor di bawah ini juga meningkatkan risiko seseorang terkena anemia defisiensi besi.

  • Usia. Bayi, terutama yang lahir prematur atau berat badan lahir rendah, serta anak-anak lebih mungkin terkena anemia jika tidak mendapatkan cukup zat besi dari susu yang diminum.
  • Donor darah. Terlalu sering donor darah dapat menurunkan kadar zat besi dalam tubuh.
  • Penyakit ginjal. Tubuh penderita penyakit ginjal tidak dapat membuat cukup zat eritropoietin yang dibutuhkan untuk membuat sel darah merah.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia defisiensi besi

Anemia Sideroblastik

Komplikasi serius akibat anemia juga dapat muncul jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik.

Berikut adalah beberapa risiko komplikasi yang umum dari anemia defisiensi zat besi.

1. Masalah jantung

Anemia kekurangan zat besi dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari normalnya atau justru tidak teratur.

Ini karena jantung Anda harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen yang terjadi akibat anemia.

Adapun kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.

2. Masalah selama kehamilan

Anemia selama kehamilan yang tidak ditangani dapat meningkatkan risiko persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat rendah.

Namun, kondisi ini dapat dicegah bila wanita hamil rutin makan makanan sehat mengandung zat besi dan suplemennya.

3. Masalah pertumbuhan

Bayi dan anak-anak yang kekurangan zat besi dapat mengalami anemia yang mengganggu proses tumbuh kembang anak-anak.

Selain itu, anemia defisiensi besi juga bisa menyebabkan anak-anak jadi rentan terkena infeksi.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini?

Selain melihat gejala, dokter umumnya akan melakukan beberapa tes atau pemeriksaan berikut untuk mendiagnosis anemia kekurangan zat besi.

1. Tes hematokrit

Tes ini dilakukan untuk mengukur kandungan sel darah merah di dalam komponen darah Anda.

Tingkat sel darah merah yang normal antara 35,5% dan 44,9% untuk wanita dewasa dan 38,3% hingga 48,6% untuk pria dewasa.

Angka ini dapat berubah tergantung oleh usia dan kondisi tubuh masing-masing orang.

2. Tes hemoglobin

Jika Anda diketahui memiliki kadar hemoglobin yang rendah, Anda mungkin terkena anemia.

Kisaran hemoglobin normal secara umum berkisar 13,2 hingga 16,6 g/dL untuk pria dan 11,6 hingga 15 g/dL untuk wanita.

3. Tes ferritin

Zat besi disimpan di dalam ferritin, yaitu salah satu jenis protein yang ada dalam tubuh Anda.

Tingkat ferritin yang rendah artinya Anda memiliki kadar zat besi yang lebih rendah dibanding orang normal dan bisa mengindikasikan anemia.

Selain tiga tes yang utama, dokter juga mungkin akan merekomendasikan tes tambahan untuk mencari penyebab dari anemia defisiensi besi.

Berikut adalah beberapa tes tambahan yang dimaksud.

  • Endoskopi, yaitu untuk memeriksa ada tidaknya perdarahan di saluran cerna.
  • Kolonoskopi, yaitu untuk menyingkirkan kecurigaan perdarahan pada usus bagian bawah.
  • Ultrasonografi (USG), yaitu untuk mencari penyebab perdarahan menstruasi berlebih, seperti kemungkinan fibroid rahim, pada wanita.

Bagaimana cara mengobati anemia defisiensi besi?

rawat inap

Dokter akan memberikan berbagai pilihan pengobatan untuk mengatasi anemia sesuai dengan penyebabnya.

Dokter akan memilihkan cara dan kemungkinan hasil pengobatan mana yang paling cocok untuk kondisi Anda.

Berikut adalah pilihan pengobatan yang dapat mengatasi anemia kekurangan zat besi.

1. Suplemen zat besi 

Dokter Anda dapat merekomendasikan dosis suplemen zat besi berdasarkan kadar zat besi dalam tubuh Anda.

Sebaiknya, Anda tidak meminumnya atas inisiatif sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Secara umum, dosis suplemen zat besi untuk orang dewasa dengan anemia defisiensi besi adalah sekitar 150-200 mg per hari.

Tanyakan pada dokter berapa kali Anda harus minum suplemen zat besi ini dalam sehari sesuai kondisi Anda.

2. Pemberian zat besi lewat infus

Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan memberikan zat besi lewat infus. Ini utamanya diberikan untuk pasien anemia defisiensi besi pada kondisi di bawah ini.

  • Tidak mampu menyerap zat besi dengan baik akibat masalah pada pencernaannya.
  • Mengalami anemia defisiensi besi parah.
  • Kekurangan darah kronis.
  • Pasien penyakit ginjal yang mendapat suplemen eritropoietin.
  • Tidak dapat mentolerir suplemen zat besi oral.

Adapun zat besi secara infus ini tersedia dalam beberapa jenis. Jenis yang Anda dapatkan tergantung pada kondisi Anda. Berikut adalah beberapa pilihannya.

  • Dekstran besi, yang diberikan dalam satu kali dosis besar.
  • Ferric gluconate, yang diberikan dalam dosis kecil.
  • Ferric carboxymaltose.
  • Sukrosa besi.

Sebelum dijadikan sebagai terapi pengobatan, dokter biasanya akan memberikan sejumlah kecil dosis obat anemia ini ke tubuh Anda.

Jika tidak mengalami alergi atau reaksi apa pun, Anda akan diberikan dosis lebih banyak.

3. Pengobatan lainnya

Jika suplemen zat besi atau infus tidak membantu, ada kemungkinan Anda memiliki sumber perdarahan atau masalah penyerapan zat besi.

Kemungkinan pengobatan yang diberikan selanjutnya bertujuan untuk mengatasi penyebabnya tersebut, seperti di bawah ini.

  • Antibiotik dan obat lain untuk mengobati tukak lambung.
  • Operasi untuk mengangkat perdarahan polip, tumor, atau fibroid.
  • Obat-obatan, seperti pil KB, untuk mengatasi perdarahan menstruasi yang berlebih.
  • Anemia berat mungkin membutuhkan transfusi darah.

Apa perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang bisa dilakukan?

Berikut beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi anemia defisiensi besi dan mencegah anemia menjadi lebih buruk.

  • Ikuti resep dokter. Jangan menggunakan obat atau suplemen lain di luar resep dokter Anda.
  • Gunakan suplemen zat besi sesuai resep. Terlalu banyak tambahan zat besi bisa menyebabkan masalah, seperti hemokromatosis.
  • Konsumsi multivitamin jika Anda hamil dan teruskan jika Anda menyusui.
  • Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, terutama yang mengandung tinggi zat besi, seperti daging, kacang-kacangan, dan sayuran. Bila Anda seorang vegetarian, konsultasikan ke ahli gizi untuk rekomendasi lebih lanjut.
  • Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Vitamin C termasuk sebagai salah satu vitamin penambah darah.
  • Batasi asupan teh dan kedelai karena dapat mengganggu penyerapan zat besi.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc.

Bedah Vaskular · Tzu Chi Hospital


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 23/05/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan