backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Asites

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 08/01/2021

Asites

Definisi

Apa itu asites?

Asites adalah kondisi ketika cairan di rongga perut menumpuk. Penumpukan cairan ini termasuk jenis cairan benang dan cairan serosa yang berwarna kuning pucat.

Rongga perut berada di bawah rongga dada, dipisahkan dengan diafragma, dan terdiri dari berbagai organ, antara lain:

  • lambung, 
  • pankreas,
  • usus, 
  • hati
  • limpa, dan 
  • ginjal.
  • Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit liver (hati), kanker, gagal jantung kongestif, hingga gagal ginjal. Bila sudah parah, penyakit asites dapat memicu gejala yang membuat Anda tidak dapat bergerak bebas. 

    Selain itu, penumpukan cairan ini juga dapat menyebabkan infeksi pada perut. Bahkan, cairan bisa mengalir ke dada dan mengelilingi paru-paru hingga membuat Anda susah bernapas. 

    Seberapa umum kondisi ini? 

    Asites adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, penyakit ini cenderung menyerang pasien dengan sirosis hati. Itu sebabnya, orang dengan gangguan fungsi hati lebih rentan terhadap penumpukan cairan pada rongga perut.

    Tanda dan gejala

    Apa saja tanda dan gejala kondisi ini? 

    Penumpukan cairan pada rongga perut tentu dapat menyebabkan perut terasa sesak dan tidak nyaman. Gejala asites pun dapat berkembang secara perlahan maupun tiba-tiba tergantung penyebabnya. 

    Selain membuat perut tidak nyaman, cairan tersebut dapat menyebabkan tekanan pada orang lain dan memicu gejala seperti:

    • perut membengkak,
    • kenaikan berat badan dalam waktu singkat, 
    • nyeri ulu hati,
    • sesak napas saat berbaring, 
    • nafsu makan menurun, serta
    • mual dan muntah

    Bila sudah semakin parah, asites dapat memicu komplikasi yang disertai dengan tanda dan gejala berikut ini. 

    Infeksi

    Kondisi yang disebut sebagai peritonitis bakterial spontan (SBP) ini dapat memicu sakit perut, demam, dan mual. Bila tidak segera ditangani, Anda berisiko mengalami gagal ginjal, infeksi pada aliran darah, hingga gangguan mental. 

    Hernia terkait dengan stres

    Tekanan pada perut akibat penumpukan cairan dapat menyebabkan perkembangan di sekitar pusar dan hernia inguinalis. Akibatnya, Anda merasa tidak nyaman di sekitar perut. 

    Penumpukan cairan di dada

    Penumpukan cairan di dada atau hydrothorax terjadi ketika cairan mengalir ke samping rongga paru-paru. Hal ini dapat memicu sesak napas, terutama saat beraktivitas atau terkadang saat beristirahat. 

    Kapan harus periksa ke dokter?

    Bila Anda merasakan satu atau lebih gejala yang disebutkan di atas, silakan konsultasikan dengan dokter. Hal ini juga berlaku ketika Anda mengalami gejala yang tidak disebutkan di atas mengingat respons tubuh setiap orang berbeda-beda. 

    Penyebab dan faktor risiko

    Apa saja penyebab asites?

    Penyebab asites biasanya dimulai dari kerusakan pada hati. Hati yang rusak akhirnya tidak dapat memproduksi protein yang cukup untuk menjaga cairan sistem peredaran darah. Akibatnya, tekanan di dalam pembuluh darah hati pun meningkat dan mendorong cairan ke rongga perut. 

    Berikut ini beberapa penyebab asites akibat penyakit liver. 

    Sirosis

    Sirosis adalah penyakit liver yang paling sering menyebabkan asites. Meski belum diketahui secara pasti bagaimana penumpukan cairan terjadi, beberapa ahli berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan hipertensi. 

    Adanya peningkatan tekanan alirah darah menuju hati ternyata dapat memicu peningkatan cairan pada rongga perut. 

    Gagal hati akut

    Selain sirosis, penyakit hati lainnya yang menjadi penyebab asites adalah gagal hati akut. Kondisi ini mungkin terjadi karena adanya cedera akut pada sel hati, termasuk efek samping dari obat-obatan. 

    Penumpukan air dan garam 

    Bila sel-sel hati rusak, ternyata berpengaruh terhadap fungsi hati dan ginjal. Pasalnya, gangguan fungsi hati ini dapat memengaruhi pengeluaran garam dari tubuh melalui urine.

    Kadar garam yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan cairan menumpuk di dalam perut dan memicu rasa tidak nyaman. 

    Penyebab lainnya

    Selain ketiga masalah kesehatan di atas, ada penyebab asites lainnya yang perlu Anda ketahui, yaitu: 

    Apa faktor yang meningkatkan risiko terkena kondisi ini? 

    Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami asites antara lain: 

    Bila Anda memiliki salah satu atau lebih faktor risiko, sebaiknya diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi.

    Diagnosis dan pengobatan

    Bagaimana cara mendiagnosis asites? 

    Selain menjalani pemeriksaan fisik, dokter juga akan menanyakan gejala dan meminta Anda menjalani tes seperti: 

    Bila diperlukan, Anda juga akan melakukan tes yang disebut parasentesis. Prosedur ini melibatkan jarum kecil yang dimasukkan melalui dinding perut setelah diberikan bius lokal. 

    Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan yang akan dianalisis di laboratorium. Dengan begitu, cairan dapat diperiksa untuk mengetahui tanda-tanda infeksi atau kanker dan menentukan penyebab asites. 

    Pada sebagian besar kasus, dokter akan merujuk Anda ke dokter spesialis untuk hati. Dengan begitu, Anda dan dokter mungkin bisa mendiskusikan tentang transplantasi hati.

    Bagaimana cara mengobati asites? 

    Cara mengobati penyakit asites akan berbeda-beda tergantung apa penyebab penumpukan cairan pada rongga perut Anda. Berikut ini beberapa pilihan pengobatan asites dikutip dari American College of Gastroenterology. 

    Obat diuretik

    Obat diuretik adalah cara mengobati asites yang paling sering dipakai. Pasalnya, efek diuretik dapat meningkatkan jumlah garam dan cairan yang keluar dari tubuh. Dengan begitu, tekanan pada pembuluh darah di sekitar hati pun menurun. 

    Pada saat perawatan dengan diuretik berjalan, dokter juga akan memonitor kimia darah secara rutin. Anda juga diminta menghentikan konsumsi alkohol dan membatasi asupan garam selama pengobatan. 

    Parasentesis

    Parasentesis adalah prosedur pengobatan untuk mendiagnosis penyakit sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan asites. Prosedur ini biasanya dikombinasikan dengan antibiotik karena ada risiko infeksi. 

    Pengobatan ini pun hanya dilakukan jika penumpukan cairan berulang kali terjadi atau sudah sangat parah. Hal ini dikarenakan pada tahap ini obat diuretik sudah tidak akan mempan lagi. 

    Operasi

    Pada kasus yang sangat parah, dokter akan merekomendasikan operasi sebagai cara mengatasi asites.

    Pada prosedur ini nantinya dokter memasukkan implan permanen berbentuk tabung ke dalam tubuh untuk mengatur aliran darah di sekitar hati. 

    Transplantasi hati

    Bila jenis pengobatan di atas tidak kunjung membuahkan hasil, dokter akan menyarankan transplantasi hati. Pilihan ini hanya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit liver yang sudah berada pada tahap sangat parah.

    Pengobatan di rumah

    Bagaimana mengatasi asites di rumah? 

    Selain mendapatkan perawatan dari dokter, Anda juga bisa mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mempercepat proses penyembuhan. Cara ini juga bertujuan untuk menjaga kesehatan liver dari kerusakan yang lebih parah. 

    Gaya hidup yang perlu dilakukan saat mengalami asites yaitu sebagai berikut.

    • Rutin memeriksa berat badan.
    • Hubungi dokter bila mengalami kenaikan lebih dari 4 kg dalam waktu dekat.
    • Kurangi hingga hentikan konsumsi alkohol.
    • Batasi penggunaan obat anti nyeri, seperti ibuprofen dan aspirin.
    • Jalani program diet rendah garam dengan panduan dari ahli gizi.
    • Lakukan vaksin hepatitis B.
    • Pakai kondom saat berhubungan seks.
    • Berhenti merokok

    Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat sesuai kondisi Anda. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 08/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan