Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Kanker rahim atau uterus adalah jenis penyakit yang berkembang di dalam lapisan atau dinding rahim yang ditandai dengan pertumbuhan tumor ganas. Rahim merupakan organ kosong menyerupai buah pir yang terletak di antara kandung kemih dan rektum pada tubuh wanita.
Organ ini berfungsi sebagai tempat janin tumbuh dan berkembang selama masa kehamilan. Bagian dinding rahim disebut dengan endometrium, dan tepat di bawahnya terdapat organ penghubung dengan vagina yang disebut serviks atau leher rahim.
Kanker yang menyerang rahim wanita ini terdiri dari dua jenis, yakni:
Kanker endometrium adalah kanker yang menyerang lapisan dinding uterus. Jenis kanker sangat umum menyerang wanita.
Berdasarkan tampilan sel-sel abnormalnya, kanker endometrium terbagi menjadi kanker endometrioid, karsinosarkoma uterus, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel kecil, dan karsinoma sel bening.
Sarkoma uterus adalah kanker yang dimulai di otot dan jaringan pendukung rahim. Jenis kanker ini cukup langka dibanding kanker endometerium.
Sarkoma uterus kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis, bergantung dengan jenis sel kanker pertama kali muncul.
Jenis leiomyosarcoma uterus menyerang miometrium (otot rahim), sarkoma stroma endometrium menyerang stroma (jaringan pendukung di endometrium), undifferentiated sarcoma menyerang otot atau stroma dan berkembang dengan cepat.
Kanker ini tergolong cukup umum menyerang masyarakat Indonesia. Menurut data Globocan 2018, kasus baru kanker rahim dan serviks mencapai 32.469 jiwa dengan angka kematian hingga 18.279 jiwa.
Kanker pada uterus ini menempati jenis kanker terbesar kedua yang menyerang wanita setelah kanker payudara.
Pada tahap awal (stadium 1), baik itu kanker endometrium atau uterus sarkoma, biasanya tidak menimbulkan tanda, gejala, atau ciri-ciri yang khas pada wanita.
Umumnya, gejala akan dirasakan ketika sudah memasuki stadium lanjut, yakni stadium 2, 3, atau 4 (akhir).
Lebih jelasnya, kenali gejala kanker rahim berikut yang umumnya terjadi:
Sekitar 85-90% wanita dengan kanker endometrium dan uterus sarkoma mengalami perdarahan vagina. Itulah sebabnya, haid yang tidak teratur atau perdarahan setelah menopause menjadi salah satu gejala kanker rahim.
Selain perdarahan, keputihan yang berlebihan juga bisa menjadi ciri-ciri penderita kanker rahim. yang mungkin sering kali disepelekan.
Gejala selanjutnya adalah nyeri panggul dan merasakan adanya pembengkakan di area perut karena berkembangnya tumor. Gejala-gejala ini biasanya menjadi tanda kanker sudah memasuki stadium lanjut.
Setiap orang yang terkena kanker rahim sangat mungkin mengalami tanda-tanda atau ciri-ciri yang berbeda-beda. Jadi, mungkin saja ada juga pasien yang mengalami gejala lain yang tidak disebutkan di atas.
Anda harus segera periksa ke dokter jika mengalami gejala kanker di atas. Terutama bila gejala tersebut membuat Anda khawatir dan terus memburuk seiring waktu.
Penyebab kanker rahim pada wanita, baik itu kanker endometrium atau uterus sarkoma, tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, ilmuwan berpendapat bahwa sebagian besar sel kanker memiliki reseptor estrogen dan atau progesteron di permukaannya.
Hal ini memungkinkan adanya interaksi antara reseptor dengan hormon, membuat pertumbuhan sel meningkat dan bahkan menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan kanker. Mekanismenya masih diamati oleh ilmuwan dalam penelitian.
Selain itu, ilmuwan juga mengamati perubahan DNA pada gen tertentu yang berpotensi menjadi pemicu kanker rahim.
Meski penyebab kanker rahim tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini, yaitu:
Kebanyakan penderita kanker jenis ini adalah wanita yang sudah mengalami menopause, yakni tepatnya sekitar usia 45 tahun ke atas.
Perubahan hormon wanita dapat meningkatkan kanker endometrium. Kadarnya yang tidak normal ini bisa disebabkan oleh terapi estrogen untuk mengobati menopause dan minum obat tamoxifen, yakni obat untuk mengobati dan mencegah kanker payudara.
Risiko kanker endometrium dan uterus sarkoma yang meningkatkan bisa disebabkan oleh obesitas. Hal ini dikarenakan jaringan lemak berlebih bisa meningkatkan produksi estrogen sehingga dapat mengubah kadar normal hormon tubuh.
Dengan kata lain, semakin tinggi jumlah lemak di dalam tubuh Anda, semakin besar pula jumlah estrogen yang dihasilkan oleh tubuh Anda. Kondisi ini dapat memicu berkembangnya sel-sel kanker di dalam organ reproduksi.
Keseringan konsumsi makanan tinggi kalori dan malas olahraga bisa membuat Anda obesitas. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium atau uterus sarkoma.
Selain obesitas, masalah kesehatan lain, seperti memiliki diabetes, kanker mata, kanker payudara, sindrom polikistik ovarium, tumor di ovarium, dan Lynch syndrome dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit kanker pada organ reproduksi ini.
Sinar radiasi dapat merusak DNA pada sel-sel tubuh. Oleh sebab itulah, orang yang menjalani terapi radiasi di area panggul dalam jangka panjang memiliki kemungkinan tinggi terkena kanker jenis ini dalam 5 hingga 25 tahun ke depan.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Guna menegakkan diagnosis kanker rahim, dokter akan meminta Anda untuk menjalani serangkaian tes kesehatan, di antaranya:
Tes di atas pada beberapa kasus dapat membantu deteksi kanker lebih dini. Namun, umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan panggul dan PAP smear.
Setelah tes kesehatan di atas dilakukan, dokter dapat menentukan stadium kanker yang dimiliki. Lebih jelasnya, penentuan stadium kanker rahim adalah:
Guna menghindari bahaya kanker rahim menyebar ke jaringan maupun organ sehat lain, pengobatan harus segera dilakukan. Berikut ini beberapa cara mengobati kanker ini, berdasarkan stadium 1,2,3, dan 4 (akhir):
Prosedur operasi atau bedah merupakan pilihan utama pengobatan kanker rahim. Tergantung dari bagian rahim mana yang diangkat, operasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Efek samping dari pengobatan kanker ini adalah perdarahan, infeksi, atau masalah kesuburan.
Penyakit kanker rahim stadium 1, 2, 3, atau 4 dapat diobati dengan kemoterapi, yakni menggunakan obat-obatan yang bisa membunuh sel kanker sekaligus mengecilkan ukuran tumor.
Obat yang umum digunakan untuk mengobati kanker jenis ini adalah:
Efek samping dari kemoterapi yang mungkin terjadi adalah rambut rontok, mual, muntah, dan diare, serta tubuh kelalahan.
Selain kemoterapi dan operasi, cara lain yang biasanya ditempuh adalah radioterapi. Pengobatan ini mengandalkan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker dalam tubuh.
Radioterapi juga dapat menimbulkan efek samping di antaranya masalah kulit, tubuh kelelahan, dan mual serta muntah.
Perawatan rumahan untuk mengatasi gejala kanker pada uterus atau endometrium adalah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat.
Anda perlu menjalani diet kanker, menyesuaikan aktivitas, dan mengikuti perawatan lain yang memang direkomendasikan dokter sebagai cara mengatasi gejala kanker rahim.
Namun, Anda tidak boleh sembarangan mengikuti pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional sebagai upaya pengobatan. Sebagai contoh, minum obat herbal kurkumin atau mengandalkan tanaman alami, seperti kunyit.
Pasalnya, cara mengobati kanker secara alami belum terbukti efektif dan dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping dan alergi yang mengganggu pengobatan utama.
Tindakan pencegahan kanker pada uterus atau yang menyerang bagian endometrium adalah menurunkan berbagai risikonya, yakni dengan cara:
Penggunaan alat kontrasepsi ini diketahui dapat menurunkan risiko kanker pada uterus. Akan tetapi, di lain pihak juga dapat meningkatkan risiko kanker jenis lain. Oleh karena itu, konsultasi lebih dahulu dengan dokter.
Hal ini bisa Anda dapatkan dengan menjaga pola makan, seperti meningkatkan asupan bayam, kembang kol, brokoli, tomat, buah pepaya dan jeruk untuk menurunkan risiko kanker rahim. Selain itu, seimbangkan dengan olahraga rutin.
Jika Anda memiliki masalah endometrium, periksakan kondisi tersebut dan ikuti pengobatan yang direkomendasikan dokter agar tidak semakin parah dan memicu kanker.
Orang dengan sindrom ini berisiko tinggi terkena kanker, sehingga butuh perawatan dan pengawasan dokter agar risikonya tidak semakin bertambah tinggi.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar