Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penderita TBC biasanya juga mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam.
Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.
Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat fatal. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini dinamakan dengan TB ekstra paru.
TBC adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2018, 10 juta orang terserang penyakit ini, dan 1,5 juta kehilangan nyawa akibat penyakit ini. Sebanyak 251.000 orang di antaranya adalah penderita HIV/AIDS.
Selain itu, menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 95% kasus tuberkulosis terjadi di negara berkembang. Orang-orang yang memiliki sistem imun yang buruk serta kekurangan nutrisi lebih rentan terserang infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Namun, angka kejadian penyakit ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Sejak tahun 2000-2018, diperkirakan sekitar 58 juta nyawa telah diselamatkan dengan pengobatan medis yang ada untuk mengatasi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis pada paru dapat menimbulkan gejala TBC seperti:
Gejala lain dari penyakit TBC adalah:
Sementara itu, pada TB esktra paru gejala yang muncul akan tergantung pada apa organ tubuh yang terdampak.
Gejala-gejala yang perlu Anda waspadai dan memerlukan perhatian khusus adalah:
Apabila mengalami gejala seperti yang disebutkan sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter sehingga mendapatkan penanganan yang paling tepat sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Jika Anda berinteraksi dengan orang yang mengalami TBC, cobalah memeriksakan diri Anda untuk menjalani tes kulit (Mantoux) atau tes darah khusus tuberkulosis.
Selain itu, apabila Anda memiliki faktor-faktor risiko yang berpotensi jadi penyebab TB paru ini, seperti menderita HIV/AIDS atau tinggal di daerah dengan banyak penderita tuberkulosis, Anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan TBC untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam tubuh.
Penyebab TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Penularan tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri tuberkulosis. Bakteri dikeluarkan oleh penderita TBC saat batuk dan bersin dalam bentuk droplet alias percikan lendir.
Penting untuk diketahui bahwa orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa saja tidak langsung menularkan bakteri pada orang lain. Hanya orang dengan penyakit TB paru aktif saja yang dapat menyebarkan bakteri tersebut kepada orang lain.
Untuk memahami bagaimana bakteri penyebab tuberkulosis menginfeksi tubuh dan menimbulkan sejumlah gejala TBC, Anda perlu memahami tahapan infeksinya.
Dilansir dari buku Tuberculosis, saat masuk ke dalam tubuh, bakteri Mycobacterium tuberculosis akan melalui tiga tahapan infeksi TBC, yaitu:
Infeksi primer terjadi saat menghirup udara yang mengandung bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri masuk melalui mulut dan hidung hingga mencapai paru-paru, lalu mulai memperbanyak diri.
Sistem imun akan melakukan perlawanan ketika bakteri mulai berkembang biak. Respons sistem imun yang kuat dapat menghancurkan bakteri atau menahan perkembangan infeksinya. Saat imun tubuh mampu menahan perkembangbiakan bakteri, M. tuberculosis akan masuk ke dalam status dorman, yaitu kondisi di mana bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi.
Pada tahap ini, orang yang terinfeksi tidak akan merasa sakit atau tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini dikenal juga dengan TB laten. Penderita TB laten tidak bisa menularkan penyakit TBC.
Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi bakteri tuberkulosis, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-paru. Apabila bakteri sebelumnya dalam status dorman, respons sistem imun yang lemah menyebabkan bakteri bangun dari tidurnya dan kembali aktif menginfeksi.
Kondisi aktifnya infeksi bakteri TBC ini adalah onset dari penyakit TB paru aktif, yaitu ketika infeksi TBC menunjukan kemunculan gejala awal.
TBC merupakan penyakit yang dapat terjadi pada setiap orang, terlepas dari berapa usia dan apa kelompok ras penderitanya. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakitTBC.
Penting bagi Anda untuk mengetahui bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda pasti langsung terkena penyakit TBC. Faktor risiko hanyalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar peluang Anda untuk terkena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Berikut adalah faktor-faktor risiko penyebab munculnya penyakit tuberkulosis:
Tanpa penanganan yang tepat, TBC dapat berakibat fatal. Bakteri tuberkulosis paru tidak hanya menginfeksi paru-paru Anda, tapi juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh darah dan saluran limfatik.
Berikut adalah masalah kesehatan atau komplikasi yang mungkin timbul akibat penyakit tuberkulosis yang tidak segera ditangani:
Untuk mendeteksi keberadaan penyakit ini, dokter terlebih dulu melakukan pemeriksaan fisik dengan identifikasi gejala.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk kondisi tempat Anda tinggal dan bekerja, serta dengan siapa saja Anda melakukan kontak. Dari informasi ini dokter akan mengetahui apakah Anda memiliki faktor risiko TBC atau tidak.
Selanjutnya, dokter akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan TBC seperti melakukan tes kulit tuberkulin (mantoux test).
Dalam uji tuberkulin, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan. Bagian kulit yang disuntukan kemudian akan diperiksa setelah 48-72 jam.
Apabila hasilnya positif, biasanya berarti orang tersebut telah terinfeksi TBC. Akan tetapi, hasil uji tuberkulin tidak dapat menentukan kondisi TB laten ataupun TB paru aktif.
Oleh karena itu, hasil diagnosis akan diperkuat dengan pemeriksa sampel dahak dan tes darah untuk memeriksa keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan rontgen dada juga biasanya dilakukan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda infeksi di paru-paru.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Penyakit TBC dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan yang tepat dan sesuai aturan. Biasanya, penderita diharuskan mengonsumsi obat TBC selama 6-12 bulan.
Pengobatan TBC yang tepat dilakukan melalui kombinasi beberapa jenis antituberkulosis yaitu obat antibiotik yang khusus digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri TBC. Pengobatan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Berikut adalah obat-obatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi TBC disebut juga dengan obat tuberkulosis lini pertama:
Biasanya pasien akan merasa lebih baik setelah beberapa minggu menjalani pengobatan tahap intensif. Namun, kondisi ini bukan berarti menandakan bakteri penyebab TBC sudah hilang sepenuhnya dari tubuh. Oleh karena itu, penderita tetap perlu menyelesaikan tahap pengobatan lanjutan sekalipun gejala-gejala TBC sudah hilang.
Apabila pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di tengah-tengah, bakteri tuberkulosis dapat kembali aktif menginfeksi bahkan bisa menyebar ke bagian tubuh lain.
Pemakaian antituberkulosis yang tidak tuntas juga dapat membuat bakteri kebal terhadap antibiotik atau mengalami efek resistansi antibiotik TBC. Kondisi yang disebut juga dengan TB MDR ini akan mempersulit pengobatan tuberkulosis karena semakin sedikit antituberkulosis yang bisa memusnahkan bakteri TBC.
Orang yang resistan terhadap obat antituberkulosis lini kedua akan menjalani pengobatan TBC lini kedua, dengan jenis obat antibiotik yang digunakan adalah:
Beberapa efek samping dari antituberkulosis mungkin tergolong ringan dan dapat teratasi dengan sendirinya. Namun, tidak jarang pula penderita TBC merasakan efek samping yang sangat mengganggu. Terlebih, pengobatan TBC bisa membuat penderitanya kehilangan nafsu makan sehingga berat badan menurun secara drastis.
Obat-obat antibiotik untuk TBC yang diberikan oleh dokter dapat memberikan efek samping seperti:
Apabila bentuk efek samping lainnya muncul, jangan langsung menghentikan pengobatan tanpa saran medis. Anda perlu segera berkonsultasi dengan dokter agar dokter bisa menyesuaikan obat jenis antituberkulosis yang digunakan.
Bacille Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin yang dapat mencegah penyakit TBC. Vaksin biasanya diberikan kepada bayi dan anak-anak dalam rangkaian program imunisasi.
Tingkat keberhasilan vaksin BCG dalam menghalau infeksi bakteri tuberkulosis cukup tinggi. Dosis vaksin yang diberikan adalah sebanyak satu kali.
Selain bayi dan anak-anak, vaksinasi BCG perlu dilakukan untuk orang-orang yang memiliki faktor risiko, terutama kelompok orang yang terus-menerus terpapar bakteri penyebab TBC, seperti:
Penting untuk Anda ketahui bahwa vaksin BCG tidak sebaiknya diberikan pada orang-orang dengan kondisi kesehatan atau penyakit yang melemahkan sistem imun mereka. Hal ini dikarenakan tubuh dengan sistem imun yang buruk justru menyebabkan bakteri yang terdapat dalam vaksin BCG menimbulkan infeksi yang serius.
Penderita TB laten termasuk kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami TB paru aktif. Sayangnya, orang dengan TB laten tidak bisa lagi melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan.
Anda yang memiliki TB laten perlu mengonsumsi obat untuk menjaga diri dari pengembangan penyakit TBC. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk TB laten, dokter Anda akan memutuskan pengobatan yang menyesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda.
Gaya hidup dan pengobatan berikut ini dapat membantu Anda mengatasi penyakit tuberkulosis :
Bila ada pertanyaan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk solusi terbaik mengatasi penyakit yang Anda alami.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar