Kehamilan bisa dibilang sebagai masa yang membahagiakan, tapi sekaligus bukan sesuatu yang mudah. Pasalnya, ada beberapa kondisi tertentu yang dapat membahayakan nyawa janin, salah satunya yakni fetal distress (gawat janin).
Fetal distress mungkin biasa terjadi pada saat persalinan, tetapi mungkin juga terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Secara lengkapnya, berikut ulasan mengenai fetal distress (gawat janin) selama kehamilan maupun persalinan.
Apa itu fetal distress (gawat janin)?
Ketika dokter, bidan, maupun tim medis melihat tanda-tanda bayi tidak dalam keadaan baik selama kehamilan maupun melahirkan bisa jadi ini merupakan gawat janin.
Fetal distress atau gawat janin adalah kondisi ketika janin tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup selama kehamilan maupun persalinan.
Kondisi gawat janin ini biasanya terdeteksi melalui denyut jantung yang tampak tidak normal.
Ini karena pasokan oksigen yang dialirkan dari ibu ke janin mengalami hambatan, hingga kemudian menyebabkan penurunan pada denyut jantung bayi.
Selain itu, gawat janin juga bisa membuat bayi di dalam kandungan mengalami masalah pada gerakan otot dan rendahnya kadar cairan ketuban.
Namun, mengutip dari American Pregnancy Association, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) kini menyebut gawat janin sebagai non-reassuring fetal status.
Artinya, janin yang tidak dalam kondisi baik saat berada di dalam kandungan.
Berdasarkan American Journal of Obstetrics and Gynecology, hal ini dikarenakan istilah gawat janin kerap disamaartikan dengan asfiksia lahir.
Sama halnya seperti gawat janin, asfiksia lahir juga termasuk salah satu komplikasi saat melahirkan.
Fetal distress (gawat janin) adalah kondisi yang juga bisa disebut dengan status janin yang mengkhawatirkan dan terbilang cukup umum terjadi.
Sekitar satu dari empat kelahiran dapat mengalami kondisi gawat janin.
Hal ini biasanya terjadi selama melahirkan normal maupun operasi caesar, tapi terkadang juga bisa terjadi pada trimester ketiga kehamilan.
Fetal distress juga bisa terjadi karena dampak dari komplikasi kehamilan yang sudah ada seperti preeklampsia.
Apa saja penyebab fetal distress (gawat janin)?
Normalnya, selama mengandung ibu biasanya akan merasakan pergerakan maupun perpindahan posisi janin dari satu sisi ke sisi lainnya.
Pergerakan bayi kadang akan mengalami perubahan, khususnya mendekati tanggal hari perkiraan lahir (HPL).
Namun, frekuensi alias jumlah pergerakan yang biasa dilakukannya akan tetap sama atau tidak jauh berbeda.
Ibu perlu khawatir bila pergerakan bayi di dalam kandungan tidak sesering biasanya atau bahkan cenderung semakin sedikit dari hari ke hari.
Kondisi ini bisa menjadi tanda adanya masalah pada perkembangan bayi hingga berisiko mengalami fetal distress.
Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab bayi mengalami fetal distress (gawat janin) adalah sebagai berikut:
- Ukuran bayi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan usia kehamilan. Hal ini biasanya terjadi saat bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup yang ia perlukan melalui plasenta.
- Usia bayi sudah melebihi usia kehamilan normal. Artinya, bayi belum kunjung lahir padahal usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.
- Tidak tercukupinya kadar oksigen yang didapatkan bayi.
- Keterlambatan pertumbuhan janin dalam rahim atau intrauterine growth retardation (IUGR).
Berbagai komplikasi saat kehamilan juga dapat menjadi faktor risiko kondisi fetal distress adalah sebagai berikut:
- Preeklampsia yang dapat memengaruhi fungsi plasenta
- Ibu berusia 35 tahun atau lebih saat hamil
- Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau sedikit
- Penyakit yang dialami ibu saat hamil, seperti diabetes gestasional atau tekanan darah tinggi
- Ibu mengalami kelainan plasenta, seperti plasenta abrupsi (abruptio plasenta)
- Kompresi tali pusar, yakni kondisi ketika tali pusar ibu tertekan sehingga aliran darah dari ibu ke janin terganggu
- Infeksi pada janin
- Hamil bayi kembar
- Pernah mengalami kelahiran mati di kehamilan sebelumnya
- Berat badan berlebih atau kegemukan saat hamil
- Merokok
- Mengalami perdarahan antepartum (melalui vagina) beberapa kali
Dari berbagai faktor risiko dan penyebab gawat janin, usia ibu 35 tahun atau lebih saat hamil merupakan salah satu hal yang memengaruhi kehamilan.
Apa saja tanda-tanda gawat janin?
Merasakan gerakan bayi dalam perut Anda merupakan suatu hal yang membahagiakan.
Hal ini juga bisa menjadi penanda bahwa keadaan bayi di dalam kandungan sedang baik-baik saja, termasuk tidak mengalami gawat janin sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
Ruang yang dimiliki bayi untuk bergerak di dalam kandungan memang sangat sedikit dan tidak leluasa.
Akan tetapi, pergerakan bayi yang normal harus tetap terasa secara teratur, sering, dan cukup kuat.
Jika dirasa ada perubahan pada pergerakan bayi, kemungkinan ada yang tidak beres dengan kondisinya di dalam kandungan.
Bahkan, perubahan gerakan bayi bisa berisiko membuatnya mengalami gawat janin.
Merasakan dengan baik setiap gerakan yang dilakukan oleh bayi bisa menjadi salah satu cara termudah untuk mengenali kalau bayi sedang dalam kondisi sehat dan baik-baik saja.
Hal tersebut bisa menjadi tanda-tanda bayi tidak mengalami gawat janin.
Selain itu, kenali juga ketika jumlah pergerakan bayi semakin meningkat mendekati waktu kelahirannya.
Ini disebabkan oleh semakin besar dan berkembangnya bayi, maka semakin sedikit ruang gerak yang dimilikinya di dalam rahim ibu.
Itu sebabnya, bayi akan terus bergerak seolah mencari ruang lebih di dalam sana.
Sementara untuk mengetahui bayi sedang dalam kondisi fetal distress atau tidak, sebenarnya tidak ada jumlah gerakan pasti yang akan dilakukannya.
Ibu hanya perlu mengenali dan membiasakan merasakan gerakannya setiap hari sehingga tahu ketika bayi dirasa mengalami kondisi gawat janin.
Tanda-tanda bayi mengalami gawat janin di dalam kandungan
Bayi dengan kondisi yang baik dalam rahim memiliki detak jantung yang stabil dan dapat menanggapi rangsangan dengan gerakan yang tepat.
Sementara itu, tanda-tanda bayi yang sedang mengalami kondisi fetal distress (gawat janin) biasanya adalah sebagai berikut:
- Detak jantung yang menurun
- Gerakan bayi yang melemah atau bahkan tidak bergerak sama sekali
Jika Anda merasakan ada perubahan gerak yang tidak biasa dari bayi di dalam kandungan bahkan mengarah pada gawat janin, sebaiknya segera hubungi bidan atau dokter Anda.
Sebaiknya pilih untuk melahirkan di rumah sakit ketimbang melahirkan di rumah agar bisa segera diberikan penanganan bila terjadi komplikasi.
Dokter mungkin akan memeriksa detak jantung bayi Anda dan melakukan penanganan lainnya untuk mengetahui pertumbuhan bayi.
Jika ibu ditemani oleh seorang doula sejak masa kehamilan, pendamping persalinan ini dapat terus mendampingi ibu sampai setelah melahirkan.
Maka itu, pastikan ibu telah mempersiapkan berbagai persiapan persalinan dan perlengkapan melahirkan sebelum hari-H kelahiran tiba.
Bagaimana cara mendiagnosis fetal distress (gawat janin)?
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh dokter maupun tim medis lainnya untuk mendeteksi kondisi fetal distress (gawat janin) adalah berikut:
Pemeriksaan sesuai dengan usia kehamilan
Kadang kala, dokter akan menyesuaikan pemeriksaan untuk mendeteksi gawat janin sesuai dengan usia kehamilan Anda.
Tindakan yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis fetal distress (gawat janin) adalah sebagai berikut:
- Jika usia kehamilan kurang dari 24 minggu, dan tidak merasakan pergerakan bayi. Pemeriksaan meliputi detak jantung dan ultrasonografi (USG) pada bayi.
- Jika usia kehamilan antara 24-28 minggu dan gerakan bayi terasa berubah. Pemeriksaan lengkap meliputi detak jantung bayi, pertumbuhan bayi, tekanan darah ibu, dan tes urin ibu.
- Jika ukuran kehamilan Anda cenderung lebih kecil ketimbang ukuran normal di usia kehamilan sekarang. Pemeriksaan biasanya meliputi USG untuk mengetahui perkembangan bayi.
- Jika usia kehamilan lebih dari 28 minggu. Pemeriksaan lengkap, termasuk detak jantung bayi, pertumbuhan bayi, tekanan darah ibu, dan tes urin ibu. Detak jantung bayi juga akan diamati terus selama kurang lebih 20 menit.
Pemeriksaan pertumbuhan bayi dan cairan ketubannya
Pemeriksaan kemungkinan adanya gawat janin dengan metode USG juga bisa dilakukan oleh dokter untuk mengetahui pertumbuhan bayi beserta jumlah cairan ketuban di sekitarnya.
Beberapa rosedur pemeriksaan kondisi fetal distress (gawat janin) adalah sebagai berikut:
- Ukuran kehamilan Anda cenderung lebih kecil ketimbang ukuran normal di usia kehamilan sekarang ini.
- Ibu memiliki komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia atau diabetes gestasional.
- Detak jantung bayi normal, tapi butuh pemeriksaan lebih lanjut.
Jika dokter dan tim medis merasa perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, metode USG mungkin akan diterapkan kembali.
Hasil dari pemeriksaan ini nantinya akan membantu dokter dalam menentukan apakah waktu kelahiran bayi perlu dipercepat atau tidak apabila bayi sedang dalam kondisi gawat janin.
Bagaimana cara mengetahui fetal distress pada persalinan?
Menjelang dan selama proses persalinan berlangsung, dokter dan tim medis akan selalu memantau kondisi ibu dan bayi yang diduga mengalami gawat janin.
Salah satu tanda yang paling terlihat saat melahirkan yakni ketika feses atau kotoran bayi ada di air ketuban yang pecah.
Cairan ketuban seharusnya berwarna bening dengan sedikit campuran warna merah muda atau kuning.
Akan tetapi, bila warnanya berubah menjadi cokelat atau hijau, tandanya ada yang tidak beres dengan air ketuban bayi.
Dalam beberapa kasus, kondisi tersebut memang tidak selalu menandakan adanya fetal distress.
Normal adanya jika terdapat feses bayi di air ketuban ketika persalinan Anda terlambat dari waktu yang seharusnya.
Maka itu, dokter biasanya akan melakukan metode pemeriksaan untuk mengecek kondisi kesehatan bayi, termasuk memastikan ada atau tidaknya fetal distress.
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan auskultasi intermiten dan electronic fetal monitoring (EFM) atau cardiotocography (CTG).
Auskultasi intermiten adalah proses pemantauan kemungkinan gawat janin yang dilakukan secara berkala.
Di sini, dokter akan meletakkan alat berupa USG Doppler (Sonicaid) atau alat pendengar (Pinard stetoskop) di perut Anda.
Selama persalinan berlangsung, dokter dan tim medis akan memantau kondisi bayi setiap 15 menit sekali selama kontraksi persalinan.
Bahkan, pemantauan gawat janin juga akan dilakukan setiap 5 menit sekali setiap ibu selesai menerapkan cara mengejan saat melahirkan selama kontraksi berlangsung.
Sementara electronic fetal monitoring (EFM) adalah metode yang lebih diperuntukkan bila ibu memiliki komplikasi tertentu sebelum persalinan.
Komplikasi tersebut contohnya diabetes gestasional maupun kondisi ukuran bayi yang kecil ketimbang usia kehamilan saat ini yang bisa mengarah pada fetal distress.
Metode EFM juga bisa digunakan untuk kasus komplikasi yang terjadi selama persalinan, seperti tekanan darah tinggi dan infeksi.
Adanya tindakan tertentu yang dilakukan sebelum proses persalinan juga menjadi alasan lain penggunaan EF, misalnya pemberian obat bius (anestesi) guna mempercepat persalinan.
Apa yang bisa dilakukan ketika mengalami gawat janin?
Adanya kotoran atau feses bayi di dalam air ketuban bisa memicu gangguan pada saluran pernapasan bayi.
Lama-lama, kondisi ini berisiko menimbulkan iritasi pada jaringan paru-paru, infeksi pada saluran pernapasan, bahkan menghambat pernapasan bayi.
Alhasil, hal ini membuat bayi berisiko mengalami kondisi fetal distress.
Jika Anda merasa gerakan bayi menurun atau detak jantung bayi menurun dan mengarah pada fetal distress (gawat janin), berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Berbaring di sisi kiri untuk mengurangi tekanan di rahim Anda. Ini dapat mencegah berkurangnya aliran darah ke plasenta dan bayi Anda.
- Mencoba untuk tenang dan rileks.
- Minum air yang banyak untuk mempertahankan hidrasi tubuh Anda.
- Pastikan Anda mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
Dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan kondisi fetal distress (gawat janin) pada bayi.
Jika bayi masih menunjukkan tanda-tanda gawat janin, mungkin bayi perlu dilahirkan secepatnya.
Fetal distress biasanya ditandai dengan berkurangnya gerakan janin atau kadar oksigen yang sangat sedikit.
Apabila tanda-tanda melahirkan berupa pembukaan lahiran sudah sepenuhnya, ibu mungkin bisa melahirkan melalui vagina atau normal.
Namun, jika cara ini tidak mampu mengatasi kondisi gawat janin, bayi Anda mungkin perlu dilahirkan dengan cara operasi caesar.
[embed-health-tool-due-date]