backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Preeklampsia, Komplikasi Kehamilan yang Membahayakan Ibu dan Janin

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 01/11/2022

Preeklampsia, Komplikasi Kehamilan yang Membahayakan Ibu dan Janin

Apa itu preeklampsia?

Preeklampsia atau preeklamsia adalah salah satu komplikasi kehamilan serius yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan adanya protein di dalam urine ibu hamil.

Kondisi preeklamsia dapat terjadi akibat plasenta janin yang tidak berfungsi dengan baik. Biasanya plasenta yang tidak berfungsi dengan baik disebabkan oleh kelainan.

Selain itu, masalah kesehatan seperti gizi buruk, kadar lemak tubuh yang tinggi, tidak cukupnya aliran darah ke rahim, dan genetik mungkin juga bisa menyebabkan preeklamsia.

Preeklamsia yang sudah parah dan diikuti kejang dapat berkembang menjadi eklampsia.

Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi saat atau sesaat setelah kehamilan dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius bagi ibu, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Wanita hamil dengan tekanan darah normal pun dapat mengalami preeklampsia. Umumnya gejala preeklampsia bisa terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu.

Seberapa umum kondisi ini?

Sekitar 6-8 persen wanita hamil mengalami preeklampsia dan biasanya terjadi pada kehamilan pertama.

Namun, hal ini dapat dikendalikan dengan menurunkan faktor risiko Anda. Diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala preeklampsia

Kadang, gejala preeklampsia mirip dengan hamil normal seperti biasanya.

Agar ibu hamil lebih waspada, berikut ini beberapa tanda dan gejala preeklamsia yang perlu dipahami, mengutip dari Preeclampsia:

Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi selama hamil adalah kondisi yang sangat bahaya dan dapat menjadi tanda preeklampsia.

Bahkan, meskipun bukan sebagai gejala preeklamsia, tekanan darah tinggi juga menjadi masalah lain.

Batas atas tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHG yang diukur dua kali dalam keadaan dan jeda waktu berbeda.

Namun pada preeklampsia berat, tekanan darah bisa sampai >160/110 mmHg.

Urine mengandung protein (proteinuria)

Proteinuria adalah tanda preeklampsia yang bisa ditemukan dengan pemeriksaan medis.

Kondisi ini artinya, hasil protein yang biasanya hanya ada di darah, tumpah ke dalam urine.

Cara memeriksa tanda preeklampsia yang satu ini harus dilakukan ketika ibu hamil sedang berkonsultasi ke dokter kandungan.

Perawat akan mencelupkan strip ke dalam sampel urine, cara kerjanya mirip test pack.

Bila strip mengeluarkan hasil 1+ itu tanda preeklampsia ringan sedang dialami. Sementara itu bila hasilnya >2+ Anda mengalami preeklampsia berat.

Bila kadar protein dalam darah menunjukkan hasil +1, Anda tetap mengalami preeklampsia meski tekanan darah ibu hamil di bawah 140/90.

Pembengkakan (edema) di kaki

Kondisi kaki bengkak selama kehamilan adalah hal wajar. Namun, bisa menjadi tidak wajar bila cairan di kaki sangat banyak sampai membuat bengkak parah.

Ini salah satu gejala preeklamsia yang sering disepelekan karena dianggap wajar.

Edema atau pembengkakan ini terjadi karena cairan berlebih di dalam tubuh. Biasanya terjadi di kaki, wajah, mata, dan tangan.

Sakit kepala

Gejala preeklamsia berikutnya yang perlu diperhatikan adalah sakit kepala yang berdenyut sangat parah. Kadang, rasa sakitnya mirip dengan migrain yang sering sulit hilang.

Mual dan muntah

Bila di pertengahan kehamilan Anda mengalami mual sampai muntah, itu gejala preeklamsia yang harus diwaspadai.

Pasalnya, morning sickness hanya akan terjadi di trimester pertama dan menghilang di trimester dua dan tiga.

Anda perlu waspada ketika mual dan muntah di pertengahan kehamilan karena bisa menjadi gejala preeklamsia. Segera lakukan pemeriksaan tekanan darah dan proteinuria di urine Anda.

Nyeri area perut dan bahu

Nyeri di area ini disebut nyeri epigastrik yang biasanya terasa di bawah tulang rusuk sisi kanan.

Gejala preeklamsia yang satu ini biasanya tersamarkan dengan rasa mulas, gangguan pencernaan, atau rasa sakit karena tendangan bayi.

Perbedaan nyeri bahu biasa dengan gejala preeklamsi yaitu, rasanya seperti ada yang mencubit di sepanjang tali bra atau di leher.

Terkadang kondisi ini membuat Anda sakit ketika berbaring ke sisi kanan. Gejala nyeri ini salah satu tanda sindrom HELLP atau masalah di hati (liver).

Jangan diabaikan, segera konsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung bawah merupakan keluhan hamil yang paling umum dan sering diabaikan sebagai gejala preeklamsia. Padahal, ini menunjukkan tanda preeklampsia yang patut diwaspadai.

Berat badan naik 3-5 kilogram dalam waktu seminggu

Bila ibu hamil mengalami berat badan naik 3-5 kilogram hanya dalam waktu seminggu, itu merupakan indikator gejala preeklamsia.

Kenaikan berat badan ini dihasilkan dari air di jaringan tubuh yang rusak, kemudian tidak melewati ginjal untuk dikeluarkan.

Gejala preeklamsia pada janin

Komplikasi kehamilan preeklamsia bisa membahayakan janin di dalam kandungan.

Salah satunya menyebabkan pertumbuhan janin terlambat atau janin tidak berkembang.

Hal ini disebabkan oleh suplai darah yang membawa oksigen terhambat dan tidak sampai ke plasenta bayi.

Janin yang mendapat suplai darah yang sedikit, umumnya juga akan mendapat nutrisi dan makanan yang sedikit di dalam kandungan.

Meskipun kurang umum, kondisi preeklamsia dapat terjadi di enam minggu pertama setelah melahirkan.

Kapan harus periksa ke dokter?

Ibu hamil bisa segera  menghubungi dokter bila mengalami gejala-gejala preeklamsia seperti sakit kepala hebat, penglihatan kabur, nyeri perut hebat, dan sesak.

Bicarakan dengan dokter untuk mengendalikan tekanan darah.

Penyebab preeklampsia

Berikut penyebab utama preeklampsia yang perlu diperhatikan ibu hamil:

1. Pembuluh darah bermasalah

Pada awal kehamilan, pembuluh darah mulai berkembang sempurna untuk membawa darah ke plasenta.

Pada ibu yang mengalami preeklamsia, perkembangan pembuluh darahnya bermasalah atau tidak sempurna.

Pembuluh darah bisa menyempit dan tidak merespon hormon stimulan. Hingga akhirnya kondisi ini malah menyebabkan penurunan jumlah darah.

Selain karena pembuluh darah yang rusak, penyebab berkurangnya aliran darah ke janin bisa diakibatkan masalah sistem imun dan DNA ibu.

2. Plasenta tidak berfungsi baik

Penyebab preeklampsia berasal dari plasenta yang berfungsi sebagai pemberi nutrisi untuk bayi saat di dalam kandungan.  

Saat pembuahan terjadi, telur yang telah dibuahi akan menempel pada rahim sampai proses kelahiran nanti.

Ketika proses itu terjadi, telur hasil pembuahan akan membentuk “akar” dari pembuluh darah dan lama kelaman menjadi plasenta janin.

Agar akar plasenta berfungsi baik, dibutuhkan nutrisi cukup dari makanan yang ibu hamil makan.

Saat ibu tidak mengonsumsi nutrisi yang kandungannya butuhkan, ini menyebabkan fungsi plasenta jadi terganggu hingga  membuatnya mengalami preeklamsia. 

Faktor yang meningkatkan risiko preeklampsia

Ada banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan ibu terkena preeklamsia, antara lain:

  • Ibu pernah memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya.
  • Ibu sedang mengandung atau hamil pertama kali.
  • Usia wanita yang hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko tinggi preeklampsia.
  • Ibu mengalami obesitas.
  • Ibu hamil anak kembar atau lebih.
  • Ibu hamil dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun.
  • Punya riwayat penyakit tekanan darah tinggi, migrain, diabetes tipe I dan II, masalah ginjal, atau lupus.

Selain itu, faktor risiko lain yang bisa menjadi penyebab preeklampsia adalah faktor genetik, diet, gangguan pada pembuluh darah, dan gangguan autoimun.

Komplikasi preeklampsia

Dikutip dari laman NHS komplikasi preeklampsia yang dapat terjadi pada ibu hamil, yaitu:

  • Kejang-kejang (eklampsia)
  • Sindrom HELPP (gangguan hati dan pembekuan darah langka yang dapat terjadi pada wanita hamil)
  • Stroke
  • Masalah organ (edema paru, gagal ginjal, gagal hati)

Preeklampsia yang tidak ditangani dengan tepat dapat membuat sistem pembekuan darah rusak, dikenal secara medis sebagai disseminated intravascular coagulation. 

Hal ini bisa mengakibatkan perdarahan karena tidak ada cukup protein dalam darah untuk membuat darah menggumpal.

Sementara pada bayi, komplikasi yang bisa terjadi karena preeklampsia yaitu:

  • Kelahiran prematur
  • Bayi lahir mati (stillbirth)
  • Intrauterine growth retardation (IUGR)
  • Bayi kekurangan nutrisi
  • Lahir cacat
  • Berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi yang lahir dengan berat rendah atau yang telah mengalami perubahan pertumbuhan plasenta berisiko lebih besar untuk mengalami penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes saat dewasa.

Diagnosis untuk preeklampsia

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Dokter umumnya akan mendiagnosis kondisi ini berdasarkan gejala, seperti peningkatan tekanan darah dan sesak napas.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut, dikutip dari Mayo Clinic:

  • Tes darah (periksa fungsi hati, ginjal, dan trombosit)
  • Tes urine (mengukur jumlah protein dalam urine)
  • USG janin (memeriksa berat janin dan air ketuban)
  • Tes nonstres atau profil biofisik (denyut jantung dan gerak janin)
  • Profil biofisik

Biofisik adalah metode menggunakan USG untuk mengukur pernapasan, gerakan, dan volume cairan ketuban bayi Anda di dalam rahim.

Pengobatan untuk preeklampsia

Untuk mengobati preeklampsia, ada beberapa jenis pengobatan atau perawatan yang diberikan, yaitu:

1. Melahirkan dini 

Penanganan preeklampsia bisa dilakukan dengan melahirkan lebih cepat. Ini karena preeklampsia akan menimbulkan komplikasi seperti kejang, abruptio plasenta, stroke, dan perdarahan hebat jika tidak segera diobati. 

Dokter akan berbicara dengan Anda tentang kapan harus melahirkan berdasarkan usia kehamilan, seberapa baik kondisi janin, dan seberapa parah preeklampsia Anda.

Jika kondisi janin sudah cukup kuat, biasanya pada 37 minggu atau lebih, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menginduksi persalinan.

Selain itu, dokter juga bisa melakukan operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah preeklamsia memburuk.

Jika bayi tidak cukup usianya untuk lahir, Anda dan dokter mungkin dapat mengobati preeklamsia sampai bayi Anda cukup berkembang untuk dapat dilahirkan dengan aman.

2. Menerapkan pola hidup sehat atas saran dokter 

Jika Anda memiliki preeklampsia ringan, dokter mungkin akan menyarankan ibu untuk:

  • Istirahat total di rumah atau di rumah sakit dengan cara banyak berbaring ke arah kiri tubuh.
  • Rutin melakukan pemeriksaan monitor detak jantung janin dengan USG.
  • Rutin tes darah dan urine.

3. Minum obat

Beberapa obat yang mungkin diberikan, yaitu:

  • Obat tekanan darah 
  • Obat untuk membantu mencegah kejang, menurunkan tekanan darah, dan mencegah masalah lain
  • Suntikan steroid untuk membantu paru-paru bayi Anda berkembang lebih cepat

4. Perawatan lainnya

Adapun berbagai perawatan lainnya yang mungkin disarankan yaitu:

  • Menyuntikkan magnesium ke dalam vena untuk mencegah kejang terkait eklamsia
  • Minum obat hydralazine atau obat antihipertensi lain untuk mengatasi peningkatan tekanan darah yang parah
  • Minum banyak cairan

Pengobatan di rumah  untuk mengatasi preeklampsia

Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil. Berikut adalah hal yang bisa dilakukan:

1. Minum aspirin dosis rendah

Minum aspirin dosis rendah yang dimulai di minggu ke-12 kehamilan mungkin merupakan tindakan pencegahan yang efektif untuk ibu hamil mengembangkan preeklampsia yang parah.

Namun sebaiknya ,hal ini atas saran dokter kandungan Anda meski sudah membeli obat yang dijual bebas di pasaran.

2. Mengonsumsi kalsium

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ibu untuk mengonsumsi suplementasi kalsium harian untuk mengurangi risiko preeklampsia.

Ini juga berlaku apabila ibu hamil punya kondisi tekanan darah, baik yang terkendali maupun tidak.

Pedoman WHO merekomendasikan 1,5 hingga 2,0 gram kalsium tambahan saat memasuki usia kehamilan 20 minggu.

Apabila ibu juga sedang mengonsumsi suplemen zat besi, ada baiknya minum vitamin kalsium secara terpisah.

Minum suplemen keduanya dengan jeda satu jam. Ini agar efek suplemen kalsium terserap dengan baik.

3. Mengnsumsi antioksidan

Ibu hamil bisa minum suplemen antioksidan untuk mencegah preeklampsia.

Penelitian dari jurnal PLoS One di tahun 2015 menunjukkan bahwa kadar vitamin C, E, dan antioksidan lainnya lebih rendah pada wanita yang mengalami preeklampsia.

Namun, dalam penelitian uji coba yang sudah diterbitkan sebelumnya, para peneliti tidak menemukan hasil yang signifikan.

Tidak ada bedanya efek antara ibu dengan preeklamsia yang minum suplemen dengan yang tidak.

4. Gaya hidup

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi preeklampsia:

  • Menjaga diet sesuai anjuran.
  • Istirahat total dengan posisi miring ke kiri
  • Lakukan aktivitas fisik ringan untuk membantu memperlancar aliran darah, seperti jalan kaki atau berenang.
  • Periksa urine sesuai anjuran.
  • Beri tahu dokter Anda jika tangan, kaki, wajah Anda membengkak, atau ada perubahan penglihatan, sakit kepala atau nyeri perut.
  • Hubungi dokter Anda jika berat badan Anda naik lebih dari 1,4 kg dalam 24 jam.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 01/11/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan