
Tanda bahaya persalinan ruptur uteri atau rahim robek kemungkinan bisa terjadi bila ibu sebelumnya pernah melakukan operasi caesar.
Kondisi ini terjadi ketika bekas luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya.
Di samping mengakibatkan komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan oksigen.
Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk segera melakukan operasi melahirkan caesar.
Itu sebabnya, ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan dan kemudian menentukan keputusan terbaik setelah melihat kondisi ibu dan bayi.
9. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom aspirasi mekonium adalah masalah yang terjadi saat bayi minum air ketuban yang bercampur mekonium sebelum, saat, atau setelah kelahiran.
Mekonium atau feses pertama bayi yang bercampur bersama air ketuban ini dapat membuat bayi keracunan bila terminum terlalu banyak.
Normalnya, bayi memang minum air ketuban selama berada di dalam kandungan. Namun, air ketuban tersebut bebas dari mekonium sehingga tidak dapat dikatakan keracunan.
Bayi yang mengalami stres sebelum, saat, dan setelah proses kelahiran bisa menjadi penyebab terjadinya aspirasi mekonium.
10. Perdarahan postpartum

Setelah bayi berhasil dilahirkan, ibu bisa mengalami perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi persalinan yang terjadi setelah plasenta dikeluarkan, entah dalam melahirkan normal atau caesar.
Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah, khususnya tempat di mana plasenta menempel pada rahim.
Perdarahan postpartum juga bisa disebabkan oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan infeksi pada dinding rahim.
Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka sehingga dinding rahim terus mengeluarkan darah.
Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko mengancam nyawa ibu, melansir dari National Institute of Health.
Penanganan segera dari dokter dan tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu sekaligus mencegahnya bertambahnya parah.
Namun, perdarahan postpartum tidak sama dengan lokia atau perdarahan masa nifas.
Berbeda dengan perdarahan postpartum yang merupakan tanda bahaya persalinan dalam tubuh ibu, perdarahan lokia justru normal terjadi setelah melahirkan.
11. Komplikasi persalinan bayi sungsang (breech birth)
Sesuai dengan namanya, bayi sungsang terjadi saat bayi di dalam kandungan tidak berada pada posisi yang seharusnya menjelang kelahiran.
Posisi kepala bayi selama kehamilan biasanya berada di atas dan kaki di bawah.
Seiring berjalannya waktu, posisi bayi akan memutar dengan kaki di atas dan kepala di bawah dekat dengan jalan lahir.
Perubahan posisi ini umumnya terjadi mendekati persalinan.
Sayangnya, dalam beberapa kasus, bayi dapat mengalami posisi sungsang alias tidak berada pada posisi yang seharusnya menjelang hari kelahiran.
Sebaliknya, posisi bayi sungsang membuat kaki atau bokong bayi yang nantinya keluar lebih dulu disusul dengan kepalanya.
Posisi ini tentu dapat menyebabkan komplikasi persalinan yang berisiko bagi bayi, khususnya bila ibu berencana melahirkan normal.
12. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak kunjung keluar dari rahim setelah persalinan dalam kurun waktu lebih dari 30 menit.
Padahal, plasenta seharusnya keluar dari rahim karena tubuh ibu masih berkontraksi pascamelahirkan.
Penanganan retensio plasenta biasanya dilakukan dengan pemberian suntikan untuk merangsang rahim berkontraksi.
Bila dirasa tidak menunjukkan perubahan, dokter mungkin akan menempuh prosedur operasi dengan pemberian epidural atau anestesi.
13. Plasenta akreta
Plasenta akreta merupakan salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta.
Komplikasi persalinan ini terjadi saat perlekatan plasenta terlalu kuat pada dinding rahim sehingga membuatnya susah lepas setelah melahirkan.
Bahkan, plasenta dapat tumbuh ke dalam dinding rahim sehingga semakin sulit lepas dan keluar dari tubuh ibu.
Bila tidak segera dikeluarkan, plasenta yang susah lepas ini berisiko membuat ibu mengalami perdarahan hebat.
14. Komplikasi persalinan atonia uteri
Rahim atau uterus seharusnya masih berkontraksi setelah melahirkan guna mengeluarkan plasenta sekaligus menekan pembuluh darah.
Namun, ibu bisa mengalami komplikasi persalinan atonia uteri sehingga terjadi perdarahan yang sangat banyak (perdarahan postpartum).
Dokter biasanya mengobati atonia uteri dengan operasi hingga histerektomi untuk kasus yang tergolong berat.
15. Infeksi postpartum
Komplikasi persalinan lain yang bisa dialami ibu usai melahirkan yakni infeksi postpartum.
Infeksi postpartum disebabkan oleh hadirnya bakteri, entah itu pada sayatan bekas operasi, rahim, kandung kemih, dan lainnya.
Infeksi postpartum bisa meliputi mastitis payudara, endometritis, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi pada bekasi sayatan operasi.
Pengobatan untuk komplikasi persalinan, baik saat melahirkan normal maupun operasi caesar, berupa infeksi postpartum akan disesuaikan kembali dengan penyebabnya.
16. Meninggal saat atau setelah melahirkan
Kematian ibu saat maupun setelah melahirkan termasuk komplikasi persalinan yang berakibat fatal.
Penyebab ibu meninggal saat melahirkan maupun setelahnya yakni karena adanya komplikasi atau masalah selama persalinan.
Di sisi lain, kurang meratanya persediaan fasilitas kesehatan dan sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan kerap membuat masalah yang dialami ibu tidak dapat ditolong dengan cepat.
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu hamil dan melahirkan meningkat.
Adakah cara untuk mencegah komplikasi persalinan?

Hal utama yang bisa ibu upayakan untuk mencegah komplikasi persalinan yakni dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sedini mungkin.
Sebelum atau saat sedang merencanakan kehamilan, usahakan untuk mendapatkan pemeriksaan prenatal guna mengetahui kondisi kesehatan tubuh ibu.
Hindari juga merokok di masa kehamilan untuk mencegah terjadi masalah atau komplikasi pada Anda dan bayi nantinya.
Tak lupa, rutin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi bila ada masalah pada kehamilan yang mungkin perlu segera ditangani.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar