Penyakit tuberkulosis (TBC) tidak hanya menyerang sistem pernapasan. Terkadang, bakteri penyebab TBC juga dapat menyebar ke jaringan atau organ tubuh lainnya. Jika infeksi menyebar ke sistem perkemihan, pasien berisiko mengalami TBC ginjal.
Seperti halnya tuberkulosis paru, TBC pada ginjal juga bisa mengakibatkan berbagai komplikasi.
Apa saja yang harus Anda ketahui tentang penyakit ini? Berikut penjelasan selengkapnya.
Apa itu TBC ginjal?
Tuberkulosis ginjal (TBC ginjal) adalah penyakit infeksi Mycobacterium tuberculosis yang menyerang ginjal.
Penyakit ini merupakan salah satu bentuk TB ekstra paru, yaitu kondisi ketika bakteri M. tuberculosis telah menyebar ke organ selain paru-paru.
Infeksi bakteri TBC juga dapat menyerang organ lain dalam sistem perkemihan, yang dikenal sebagai TBC genitourinaria.
Organ yang bisa terdampak yaitu ginjal, kandung kemih, saluran kemih, kelenjar prostat, kantong testis, dan panggul pada wanita.
Bakteri tuberkulosis bisa menyerang salah satu atau kedua ginjal sekaligus. Biasanya, infeksi berawal dari bagian ginjal paling luar yang disebut korteks.
Infeksi lama-kelamaan dapat menyebar ke bagian terdalam ginjal yang disebut medula.
Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat menimbulkan pembengkakan hingga kerusakan pada ginjal.
Pada kasus yang lebih parah, komplikasi ini bisa berujung mengakibatkan gagal ginjal stadium akhir.
Tanda dan gejala TBC ginjal
Pasien TBC ginjal tidak selalu menunjukkan gejala.
Namun, ketika gejala mulai muncul, pasien biasanya mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut.
- Buang air kecil berdarah (hematuria).
- Sering ingin buang air kecil.
- Sering terbangun pada malam hari karena ingin buang air kecil.
- Nyeri atau panas saat buang air kecil.
- Sakit pinggang atau sakit perut.
- Adanya nanah, kandungan protein, atau sel darah putih pada urine.
- Gejala umum seperti demam, penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari, batuk-batuk, dan badan lesu.
Pasien TBC ginjal sering kali sulit terdiagnosis karena gejala yang mereka alami sangat mirip dengan infeksi saluran kemih atau kandung kemih.
Dokter biasanya mencurigai adanya TBC ginjal ketika kondisi pasien tidak membaik setelah meminum antibiotik.
Penyebab TBC ginjal
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang biasanya menjadi penyebab infeksi saluran pernapasan.
Pada beberapa kasus, kuman penyebab infeksi juga bisa berasal dari spesies Mycobacterium bovis.
Penyakit ini umumnya berawal dari infeksi pada paru-paru. Infeksi kemudian menyebar ke berbagai jaringan dan organ melalui aliran darah.
Penyebaran infeksi ke ginjal bisa terjadi dalam kurun waktu 5-25 tahun setelah seseorang mengidap TBC.
Selain itu, tuberkulosis ginjal juga bisa disebabkan oleh infeksi mycobacterium melalui vaksin BCG yang disuntikkan langsung ke kandung kemih.
Pada dasarnya, pemberian vaksin BCG bertujuan untuk melindungi bayi dari TBC.
Penyuntikan vaksin BCG ke kandung kemih belakangan ini menjadi metode baru untuk mengobati kanker kandung kemih.
Kendati berguna bagi pasien, metode ini ternyata menjadi penyebab dari beberapa kasus tuberkulosis ginjal.
Siapa pun bisa mengalami tuberkulosis pada ginjal.
Akan tetapi, risikonya lebih besar pada orang-orang dengan kekebalan tubuh yang menurun akibat:
- infeksi HIV,
- diabetes, atau
- konsumsi imunosupresan setelah menjalani transplantasi organ.
Risiko dan komplikasi tuberkulosis ginjal
Berdasarkan laporan oleh Radiological Society of North America, infeksi mycobacterium bisa mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan komplikasi sebagai berikut.
- Tekanan darah tinggi yang membahayakan ginjal (hipertensi renal).
- Penumpukan kalsium dalam ginjal (nefrokalsinosis).
- Pembengkakan ginjal (hidronefrosis).
- Pembentukan nanah yang menyebar ke jaringan sekitar ginjal (pielonefritis).
- Perubahan bentuk sel ginjal yang dapat berujung menjadi kanker.
- Penyebaran TBC ke ureter, yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
- Pembentukan luka atau penyempitan pada ureter.
- Penyebaran TBC ke kandung kemih sehingga kandung kemih mengecil dan mengerut.
- Gagal ginjal kronis atau stadium akhir (End Stage Renal Disease).
Diagnosis tuberkulosis ginjal
Diagnosis TBC ginjal cenderung sulit karena gejalanya mirip dengan penyakit umum pada sistem perkemihan.
Akan tetapi, diagnosis sedini mungkin sangat penting karena hal ini akan menentukan pengobatan pasien.
Berikut berbagai metode yang dokter gunakan untuk mendiagnosis penyakit ini.
1. Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah Anda untuk diperiksa lebih lanjut. Melalui tes darah, dokter dapat mengetahui informasi berikut ini.
- Mendeteksi tanda-tanda infeksi.
- Mengukur metabolisme dan kandungan kalsium dalam ginjal.
- Mengetahui fungsi ginjal Anda secara keseluruhan.
2. Tes urine
Tes urine dapat menunjukkan adanya nanah atau sel darah merah pada urine pasien TBC ginjal.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, Anda sebaiknya mengambil sampel urine pada pagi hari. Hasil tes biasanya baru keluar setelah 4-8 pekan.
3. Tes tuberkulin
Tes tuberkulin merupakan pemeriksaan umum untuk mendiagnosis TBC.
Dokter akan menyuntikkan protein tuberkular ke area kecil pada permukaan kulit Anda.
Jika Anda pernah terinfeksi bakteri TBC, benjolan kemerahan akan muncul 2-3 hari kemudian.
4. Tes pencitraan
Anda mungkin akan menjalani CT scan, UGS, rontgen, atau pyelogram intravena.
Pada pyelogram intravena, dokter akan menyuntikkan pewarna ke dalam aliran darah Anda. Dari sinilah, dokter dapat mendeteksi gangguan pada aliran urine atau struktur ginjal.
Pengobatan TBC ginjal
Pasien tuberkulosis ginjal harus mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi infeksi mycobacterium.
Jika TBC sudah menyebabkan komplikasi pada saluran kemih, pasien mungkin perlu menjalani operasi ginjal.
1. Pengobatan lini pertama
Pengobatan TBC terdiri atas kombinasi beberapa jenis obat karena mycobacterium bisa kebal terhadap obat tertentu.
Pertama-tama, pasien akan mendapat obat TBC lini pertama berupa isoniazid, pyrazinamide, rifampicin, dan ethambutol selama dua bulan.
Pengobatan lini pertama bertujuan untuk membunuh sebagian besar bakteri TBC.
Setelah dua bulan, pasien akan lanjut mengonsumsi isoniazid dan rifampicin selama empat bulan ke depan untuk membunuh bakteri yang tersisa.
2. Pengobatan lini kedua
Jika pasien mengalami TB resistensi obat, ia perlu menjalani pengobatan lini kedua dalam durasi yang lebih lama.
Pengobatan ini umumnya berlangsung selama delapan bulan dengan fase perawatan selama 12 bulan.
3. Pengobatan khusus pasien HIV
Pada pengobatan TBC ginjal untuk pasien HIV, rifampicin akan diganti dengan rifabutin.
Pengobatan ini juga diperpanjang selama sembilan bulan ke depan.
4. Operasi
Operasi biasanya diperlukan bila pasien mengalami komplikasi pada ginjal atau saluran kemih.
Jenis prosedur yang dapat dilakukan antara lain operasi pengangkatan ginjal total atau sebagian, pelebaran saluran kemih, dan perbaikan kandung kemih.
TBC ginjal terjadi apabila infeksi tuberkulosis menyebar ke jaringan ginjal.
Jika Anda memiliki penyakit TBC dan mengalami keluhan pada saluran kemih, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penangan yang tepat.
[embed-health-tool-bmi]