Urine mengandung zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh, sehingga perlu dikeluarkan karena dapat menjadi racun bila dibiarkan menumpuk dalam tubuh. Lantas, bagaimana proses pembentukan urine?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Urine mengandung zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh, sehingga perlu dikeluarkan karena dapat menjadi racun bila dibiarkan menumpuk dalam tubuh. Lantas, bagaimana proses pembentukan urine?
Urine adalah hasil sisa proses metabolisme yang diproses di dalam ginjal dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih.
Proses pembentukan urine terdiri dari tiga tahap, yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi atau sekresi (pengumpulan).
Organ-organ yang terlibat dalam proses pembentukan urine ini termasuk dalam sistem urinaria, yang meliputi:
Urutan proses pembentukan urine secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.
Proses pembentukan urine pada tahap ini dilakukan di dalam ginjal.
Ginjal mempunyai sekitar satu juta nefron, yaitu tempat pembentukan urine. Setiap waktunya, sekitar 20 persen dari darah akan melewati ginjal untuk disaring.
Proses filtrasi ini dapat menghilangkan zat-zat sisa metabolisme (limbah) dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan tekanan darah.
Darah yang mengandung zat sisa metabolisme akan disaring karena dapat menjadi racun untuk tubuh.
Tahapan ini terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus yang dibungkus kapsula Bowman, kantong pelindung yang sekaligus menampung hasil filtrasi.
Glomerulus bertugas menyaring protein dari darah dan limbah agar dapat melewati kapsula Bowman.
Hasil penyaringan ini kemudian disebut sebagai urine primer. Urine primer, termasuk urea di dalamnya, merupakan hasil dari amonia yang sudah terakumulasi.
Hal ini terjadi ketika hati memproses asam amino dan disaring oleh glomerulus.
Proses pembentukan urine selanjutnya adalah reabsorpsi, yakni penyaringan ulang.
Sebagian besar hasil penyaringan ulang, yaitu urine primer, akan diserap kembali sebelum dikeluarkan dari tubuh.
Penyerapan cairan tersebut dilakukan di tubulus proksimal nefron, tubulus distal, dan tubulus pengumpul.
Air, glukosa, asam amino, natrium dan zat gizi lain yang diperlukan tubuh akan diserap kembali ke aliran darah, di kapiler yang mengelilingi tubulus.
Setelah itu, air bergerak secara osmosis, dari terkonsentrasi tinggi ke konsentrasi lebih rendah.
Hasil dari proses ini nantinya akan disebut sebagai urine sekunder.
Sekresi adalah tahap terakhir dari proses pembentukan urine.
Proses ini dapat menjaga keseimbangan pH asam – basa dalam tubuh, sekaligus keseimbangan elektrolit dalam darah.
Dalam tahapan sekresi, urine sekunder hasil reabsorpsi akan mengalir langsung ke tubulus distal dan tubulus pengumpul.
Di saat yang sama, zat-zat dengan konsentrasi tinggi, seperti kalium dan kalsium, yang berasal dari pembuluh kapiler juga mengalir ke tubulus.
Setelah itu, urine mengalir ke bagian tengah ginjal, lalu ke ureter, kemudian disimpan di kandung kemih.
Urine dalam kandung kemih akan mengalir ke uretra saat buang air kecil.
Setelah melalui proses penyaringan, penyerapan kembali, dan sekresi, normalnya hasil akhir urine terdiri dari:
Rasa ingin buang air kecil biasanya timbul ketika kandung kemih sudah penuh terisi urine.
Saat terisi penuh, kandung kemih akan mengirim sinyal ke otak yang memberitahu tubuh untuk mengeluarkan urine.
Otak selanjutnya memberi sinyal pada dinding kandung kemih untuk mengencangkan otot dan mengalirkan urine ke uretra.
Jika belum terisi penuh, otot-otot dinding kandung kemih tetap rileks.
Sementara otot-otot sfingter, katup membuka atau menutup kandung kemih, tetap berkontraksi untuk menahan urine.
Seberapa sering buang air kecil bergantung pada seberapa cepat ginjal Anda menghasilkan urine yang mengisi kandung kemih.
Proses pembentukan urine tidak akan berjalan dengan lancar jika ada gangguan pada salah satu atau beberapa organ yang terlibat.
Sebagai contoh, penyakit ginjal bisa menyebabkan terhambatnya proses pembentukan urine.
Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk menjaga kesehatan sistem urinaria dengan cara-cara berikut ini.
Jika Anda mengalami gejala penyakit urologi atau masalah dalam proses pembentukan urine, segera konsultasikan dengan dokter.
Anda mungkin akan dianjurkan menjalani tes urine untuk mendiagnosis penyakit yang dialami.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar