Kira-kira 70% tubuh manusia terdiri dari air. Namun, sediaan cairan ini akan terus menerus silih diganti agar tidak menumpuk berlebihan dalam tubuh. Nah, ketika tubuh gagal mengeluarkan kelebihan cairannya, terjadilah retensi cairan.
Ketika kondisi ini terjadi, terdapat berbagai gangguan kesehatan yang muncul. Apa saja penyebab kondisi ini dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa itu retensi cairan?
Retensi cairan atau edema adalah kondisi di mana tubuh menyimpan cairan berlebih di jaringan yang sering kali menyebabkan pembengkakan di berbagai area tubuh.
Area yang paling sering mengalami retensi air yaitu kaki, pergelangan kaki, tangan, atau wajah. Namun, tidak menutup kemungkinan area tubuh lain juga bisa mengalaminya.
Retensi air bisa menyebabkan berbagai bagian tubuh membengkak. Hal ini cukup membuat tidak nyaman dan mengganggu penderitanya melakukan aktivitas sehari-hari.
Selain area kaki, tangan, dan pergelangan kaki, retensi cairan juga bisa memengaruhi organ vital, seperti otak dan paru-paru.
Berikut penjelasan masing-masing kondisi.
1. Edema cerebral
Retensi cairan di otak disebut edema serebral. Kondisi ini menyebabkan otak membengkak, yang bisa mengakibatkan gejala serius seperti:
- mual dan muntah,
- penglihatan kabur,
- sakit kepala yang intens, dan
- kesulitan dalam menjaga keseimbangan atau koordinasi.
Edema serebral sangat berbahaya dan bisa mengancam nyawa karena tekanan yang meningkat di dalam tengkorak dapat merusak jaringan otak.
2. Edema paru-paru
Retensi cairan di paru-paru dikenal sebagai edema paru-paru, yang biasanya menunjukkan adanya masalah pada jantung atau sistem pernapasan.
Tanda dan gejala edema paru-paru meliputi:
- kesulitan bernapas atau sesak napas,
- batuk yang sering, kadang disertai dengan lendir berbusa atau darah,
- nyeri dada,
- merasa lelah.
Edema paru-paru mengganggu kemampuan paru-paru untuk menyuplai oksigen ke tubuh sehingga dapat menyebabkan kekurangan oksigen yang parah.
Seberapa umum kondisi ini?
Retensi cairan sangat umum terjadi karena banyak kondisi kesehatan yang menyebabkan hal ini.
Retensi air bisa menyerang siapa saja, tetapi paling umum dialami oleh ibu hamil dan lansia di atas usia 65 tahun.
Tanda dan gejala retensi cairan
Retensi cairan umumnya terjadi di area kaki, pergelangan, dan tangan. Gejala retensi cairan yang muncul yaitu sebagai berikut.
- Pembengkakan.
- Perubahan warna kulit, seperti kemerahan, atau tampak lebih gelap.
- Kulit terlihat mengkilap dan menggelembung.
- Area kulit tetap cekung setelah ditekan.
- Nyeri dan tidak nyaman di anggota tubuh lain.
- Kekakuan sendi.
- Kenaikan berat badan.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika mengalami retensi cairan, penting untuk memeriksakan diri ke dokter dalam kondisi berikut ini.
- Pembengkakan tidak kunjung membaik atau malah memburuk.
- Pembengkakan tiba-tiba dan berat.
- Kesulitan bernapas atau nyeri dada.
- Penurunan berat badan atau nafsu makan secara tiba-tiba.
- Nyeri atau kemerahan di kaki.
- Jika sudah memiliki penyakit ginjal, hati, atau jantung, dan pembengkakan muncul atau memburuk, pemeriksaan segera diperlukan untuk memastikan kondisi tidak semakin parah.
Penyebab retensi cairan
Berikut ini berbagai penyebab retensi cairan yang mungkin terjadi.
1. Kerusakan kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah kecil yang membantu menyalurkan oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Jika kapiler rusak, cairan dapat bocor ke jaringan di sekitarnya, menyebabkan pembengkakan atau edema.
2. Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif yaitu kondisi ketika jantung tidak mampu memompa darah dengan efektif.
Akibatnya, darah menumpuk, terutama di kaki dan pergelangan kaki, menyebabkan retensi cairan.
3. Gangguan sistem limfatik
Sistem limfatik berfungsi untuk mengalirkan cairan berlebih dari jaringan tubuh kembali ke aliran darah.
Jika sistem ini tersumbat atau tidak berfungsi dengan baik, cairan bisa tertahan di jaringan tubuh dan menyebabkan pembengkakan.
4. Penyakit ginjal
Ginjal bertugas mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh melalui urine.
Jika ginjal tidak bekerja dengan baik (penyakit ginjal), cairan yang seharusnya dikeluarkan akan tetap berada di dalam tubuh, menyebabkan retensi cairan.
5. Kehamilan
Perubahan hormon dan peningkatan volume darah selama kehamilan dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan.
Selain itu, rahim yang membesar bisa memberi tekanan pada pembuluh darah, menyebabkan pembengkakan, terutama di kaki.
6. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan memberi tekanan pada pembuluh darah dan sistem limfatik, menghambat aliran darah dan cairan tubuh.
Ini dapat menyebabkan penumpukan cairan, terutama di kaki dan pergelangan kaki.
7. Malnutrisi
Kekurangan protein atau malnutrisi dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh.
Protein, terutama albumin, berperan dalam menjaga cairan tetap berada di dalam pembuluh darah. Tanpa cukup protein, cairan dapat bocor ke jaringan.
8. Konsumsi obat-obatan
Beberapa obat, seperti steroid, obat tekanan darah, dan obat antiinflamasi, dapat memicu retensi cairan sebagai efek samping.
Obat-obatan ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau mengubah keseimbangan elektrolit, menyebabkan tubuh menahan cairan lebih banyak.
9. Kondisi hormon
Perubahan hormon, seperti pada sindrom pramenstruasi (PMS), dan hipotiroidisme dapat menyebabkan tubuh menahan cairan lebih banyak.
Pasalnya, kesimbangan estrogen dan progesteron dapat memengaruhi kondisi cairan dalam tubuh, terutama pada wanita.
Diagnosis retensi air
Dikutip dari Health Direct, berikut beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan dokter untuk mendiagnosis retensi air.
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk melihat area yang mengalami pembengkakan dan memeriksa tanda-tanda khas retensi cairan, seperti cekungan yang terbentuk ketika kulit ditekan (pitting edema).
- Riwayat medis. Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk adanya penyakit kronis (seperti gagal jantung, ginjal, atau hati), penggunaan obat-obatan, riwayat alergi, dan pola aktivitas fisik.
- Tes darah. Tes darah dapat membantu mengidentifikasi ketidakseimbangan elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, dan kadar protein dalam darah.
- Tes urine. Tes urin dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal, yang penting untuk memastikan apakah retensi cairan terkait dengan gangguan pada ginjal.
- Rontgen dada atau CT scan. Jika dicurigai adanya retensi cairan di paru-paru atau rongga perut, rontgen dada atau CT scan dapat membantu melihat akumulasi cairan yang mungkin disebabkan oleh masalah jantung atau paru-paru.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan USG atau tes fungsi hormon untuk mendiagnosis penyebab retensi air.
Pengobatan retensi air
Pengobatan retensi air dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum, berikut berbagai pengobatan retensi cairan yang mungkin dilakukan tenaga medis.
- Obat diuretik membantu tubuh mengeluarkan cairan berlebih melalui ginjal. Jenis obatnya yaitu Furosemide, Spironolactone, dan Hydrochlorothiazide.
- Obat ACE inhibitors, seperti enalapril, beta-blockers, atau ARBs akan diberikan dokter apabila retensi air disebabkan oleh gagal jantung untuk membantu mencegah penumpukan cairan.
- Dialisis mungkin diperlukan jika kondisi ini disebabkan jika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.
- Untuk edema pada kaki dan pergelangan kaki, stoking kompresi dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah cairan menumpuk di area tersebut.
- Jika retensi cairan disebabkan oleh penyakit hati, obat untuk mengontrol sirosis atau hepatitis mungkin diperlukan untuk mengurangi penumpukan cairan.
Retensi air sangat umum terjadi pada kehamilan trimester akhir. Pembengkakan biasanya akan hilang dengan sendirinya saat hari persalinan semakin mendekat.
Perawatan di rumah retensi air
Selain pengobatan, perawatan di rumah juga sebaiknya dilakukan untuk mendukung pengobatan.
Berikut beberapa perawatan rumahan agar bengkak karena retensi air segera reda.
- Mengurangi asupan garam. Garam dapat menyebabkan tubuh menahan cairan. Mengurangi asupan garam dalam diet dapat membantu mengurangi retensi cairan.
- Meningkatkan konsumsi kalium. Kalium dapat membantu menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh dan mengurangi penumpukan cairan. Makanan yang kaya kalium termasuk pisang, kentang, dan sayuran hijau.
- Aktivitas fisik. Berjalan kaki atau latihan ringan dapat membantu sirkulasi darah dan mengurangi pembengkakan, terutama jika retensi cairan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak aktif.
- Elevasi kaki. Jika pembengkakan terjadi di kaki, mengangkat kaki di atas level jantung dapat membantu mengurangi penumpukan cairan.
- Menjaga berat badan sehat. Obesitas dapat memperburuk retensi cairan, jadi menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi pembengkakan.
Demikian informasi tentang retensi cairan. Apabila Anda mengalami gejala kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan.
Ringkasan
- Retensi cairan adalah kondisi di mana tubuh menyimpan cairan berlebih, menyebabkan pembengkakan di area seperti kaki, tangan, pergelangan kaki, atau wajah.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan kapiler, gagal jantung kongestif, gangguan ginjal, atau kehamilan.
- Gejala umumnya meliputi pembengkakan, perubahan warna kulit, kulit yang mengkilap, nyeri, dan kenaikan berat badan.
[embed-health-tool-bmi]