backup og meta

Prosedur Dialisis atau Cuci Darah untuk Mengatasi Gagal Ginjal

Prosedur Dialisis atau Cuci Darah untuk Mengatasi Gagal Ginjal

Definisi

Apa itu cuci darah?

Cuci darah atau biasa disebut sebagai dialisis adalah prosedur yang dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh. Normalnya, proses ini dilakukan secara alami oleh organ ginjal

Ginjal akan menyaring darah dan memisahkan zat berbahaya serta cairan berlebih dari tubuh untuk dikeluarkan melalui urine. Namun, ginjal yang rusak tidak dapat melakukan fungsi utamanya, sehingga diperlukan alat bantu berbentuk mesin. 

Ada dua jenis utama dialisis, yaitu:

  • hemodialisis, darah akan diedarkan melalui mesin untuk dibersihkan, dan
  • dialisis peritoneal, cuci darah yang dibantu dengan membran peritoneal di perut untuk menyaring darah.

Apa fungsi dialisis?

Umumnya, dialisis dilakukan bagi pasien penyakit ginjal, yaitu gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika ginjal mengalami penurunan fungsi di bawah batas normal. 

Jika Anda menderita gagal ginjal kronis, ginjal tidak lagi dapat menyaring kotoran, tidak mampu mengontrol jumlah air, kadar garam, dan kalsium dalam darah. 

Alhasil, zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan akan tetap tinggal di dalam tubuh dan membahayakan kondisi Anda.  Pada tahap ini, ginjal hanya bekerja sekitar 10% dari seharusnya. 

Prosedur cuci darah dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal yang tidak lagi dapat bekerja. Namun, perlu diingat bahwa dialisis tidak dapat menyembuhkan penyakit ginjal atau kondisi lain yang memengaruhi kerja ginjal. 

Oleh sebab itu, pengobatan dari dokter untuk mengatasi sakit ginjal juga tetap diperlukan. Selain itu, prosedur ini juga perlu dilakukan selama sisa hidup, kecuali Anda menjalani transplantasi ginjal.

Prosedur

Bagaimana proses cuci darah (dialisis)?

Sebelum dialisis dimulai, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan ginjal terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah Anda membutuhkan cuci darah atau tidak. 

Setelah itu, berat badan Anda akan ditimbang, begitu juga sesaat setelah prosedur dilakukan. Dengan begitu, dokter dapat mengukur seberapa besar kelebihan cairan yang diambil dari darah Anda. 

Umumnya, ada dua hal yang biasanya menjadi tolak ukur dokter, yaitu kadar kreatinin dan kadar urea pada darah Anda. Jika dua komponen tersebut berada di atas kadar normal, dokter akan merekomendasikan Anda untuk menjalani dialisis. 

Persiapan untuk prosedur cuci darah juga tergantung pada dialisis yang Anda perlukan. Sebagai contoh, pasien yang membutuhkan hemodialisis akan menjalani bedah kecil di lengan mereka.

Pembedahan dilakukan untuk membuat jalur agar jarum yang dibutuhkan dapat terhubung dengan sirkulasi darah ke mesin. 

Sementara itu, pada dialisis peritoneal akan dilakukan dengan bantuan tabung kecil (kateter) yang dipasangkan di tubuh. Dengan begitu, tabung akan membantu mengalirkan senyawa yang membersihkan darah ke dalam dan ke luar tubuh.  

Kebanyakan prosedur dialisis tidak menyebabkan rasa sakit. Namun, Anda mungkin akan merasa tidak nyaman ketika jarum dimasukkan. Anda juga mungkin merasa pusing atau sakit kepala dan kram. 

Kondisi ini biasanya akan hilang setelah pengobatan dari dokter dilakukan. Dialisis juga terkadang menimbulkan perasaan sedih atau tertekan karena perubahan gaya hidup.

Jika merasa terganggu dengan hal ini, konsultasikan dengan dokter spesialis urologi untuk mendapatkan solusi yang tepat. 

Berapa lama dialisis dilakukan?

Proses cuci darah biasanya dilakukan di rumah sakit dan berlangsung selama 3-5 jam. Anda mungkin perlu datang untuk menjalani prosedur selama beberapa kali dalam satu minggu, tergantung dari kondisi dan kebutuhan medis. 

Pada beberapa kasus, dialisis untuk gagal ginjal sementara atau belum yang memasuki masa akut dapat dihentikan saat ginjal berfungsi kembali. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada pasien gagal ginjal kronis

Jika Anda mengalami gagal ginjal kronis stadium akhir, biasanya akan membutuhkan transplantasi ginjal. Sayangnya, menemukan pendonor ginjal yang cocok tidak mudah, sehingga Anda perlu tetap menjalani dialisis sampai donor ginjal yang cocok tersedia. 

Ada kalanya, pasien juga memiliki kondisi yang tidak cocok untuk menjalani operasi besar. Jika hal ini terjadi, dialisis mungkin menjadi satu-satunya opsi pengobatan sakit ginjal untuk tetap bertahan hidup. 

Persiapan

Apa saja persiapan yang perlu dilakukan sebelum dialisis?

Pada umumnya, cuci darah digunakan sebagai tindakan perawatan sementara pada pasien berusia muda selagi menunggu giliran untuk transplantasi ginjal. Namun, prosedur ini juga dapat bersifat permanen ketika cangkok ginjal tidak lagi memungkinkan.

Jika Anda atau anggota keluarga lainnya harus menjalani dialisis, ketahui persiapan yang perlu dilakukan berikut ini. 

Persiapkan mental 

Kata-kata cuci darah mungkin terdengar menakutkan bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Akibatnya, kebanyakan dari mereka merasa enggan dan takut menjalani dialisis. 

Usahakan untuk membekali diri sendiri dengan dukungan dari keluarga dan teman. Jangan lupa cari informasi sebanyak-banyaknya soal proses cuci darah. 

Selain mempersiapkan kondisi fisik, kesehatan mental Anda juga tidak kalah penting. Pasalnya, ada beberapa tantangan yang akan dilalui saat memulai proses cuci darah sebagai berikut.

  • Merasa sehat dan tidak ingin menjadi pasien.
  • Selalu merasa sakit dan tidak ingin memiliki hidup yang berkualitas.
  • Sering merasa takut dan khawatir akibat tidak paham proses cuci darah.
  • Merasa marah pada dokter yang tidak segera mendiagnosis kondisi tersebut.
  • Tidak ingin merasa dikasihani oleh orang lain dan takut dianggap ‘cacat’.

Oleh sebab itu, persiapan mental cukup penting agar beberapa poin di atas tidak terjadi pada Anda dan memperburuk kondisi kesehatan. 

Cari tahu lokasi dialisis

Anda mungkin berpikir cuci darah dapat dilakukan di rumah sakit manapun yang memiliki fasilitas dialisis. Namun, upayakan mencari lokasi untuk perawatan cuci darah di rumah sakit terdekat dengan rumah Anda. 

Hal ini dilakukan agar Anda tidak perlu merasakan kelelahan yang tidak perlu. Pasalnya, pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah biasanya lebih sensitif karena merasakan banyak hal di dalam tubuhnya. 

Dengan mencari rumah sakit terdekat dapat membantu Anda menghindari rasa malas, jenuh, dan bosan. 

Bawa camilan dan pakai pakaian longgar

Pada saat datang ke rumah sakit untuk menjalani proses cuci darah, pakailah pakaian yang longgar. Selain itu, Anda juga dapat membawa camilan atau makanan yang disukai dan, yang terpenting, diizinkan oleh dokter. 

Metode ini cukup efektif karena sambil menunggu perawatan, Anda bisa mengonsumsi camilan sambil mengisi energi. Pasien cuci darah terkadang mudah lelah dan tidak memiliki cukup energi setelah cuci darah. Oleh sebab itu, camilan dan makanan hadir untuk menambah energi yang hilang tersebut. 

Efek samping

Dialisis umumnya termasuk prosedur yang aman. Namun, ada risiko dan efek samping yang menyertai bentuk pengobatan gagal ginjal ini. 

Salah satu efek samping cuci darah yang cukup umum adalah rasa lelah. Berikut ini beberapa gejala-gejala yang mungkin Anda rasakan selama menjalani dialisis. 

Menggigil

Salah satu gejala yang dialami pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis adalah rasa menggigil. Bahkan, terkadang efek samping ini juga dapat disertai dengan demam yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh. 

Belum ada penyebab pasti mengapa kondisi ini terjadi, entah itu karena kondisi tertentu, sistem imun yang lemah, ataupun infeksi patogen dan bakteri. 

Anda tidak perlu khawatir karena sama seperti prosedur medis lainnya, demam dan rasa menggigil saat dialisis dapat diatasi dengan beberapa cara. Berikut cara menangani demam yang disertai dengan menggigil setelah penyebabnya diketahui. 

  • Pemberian cairan infus dilakukan saat suhu tubuh meningkat.
  • Pemeriksaan alat, bahan, dan metode cuci darah untuk mendeteksi penyebab kontaminasi.
  • Pemberian obat antibiotik jika menggigil disebabkan oleh infeksi bakteri.

Pusing dan merasa lelah

Pusing dan merasa lelah mungkin kerap dirasakan oleh pasien penyakit ginjal yang menjalani dialisis. Gejala yang berkaitan dengan tekanan darah rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk kelebihan cairan di tubuh. 

Jika Anda menyadari gejala-gejala ini, segera beri tahu dokter dan perawat. Dokter mungkin akan menyesuaikan waktu dan frekuensi dialisis. Selain itu, mereka juga akan merekomendasikan membatasi asupan cairan dan makanan yang mengandung garam tinggi

Mual dan muntah

Mual dan muntah yang terjadi setelah Anda menjalani cuci darah mungkin terjadi akibat adanya penumpukan racun dalam darah (uremia). Jika Anda mengalami hal ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

Kulit kering dan gatal

Kebanyakan pasien yang menjalani dialisis juga merasakan kulit kering dan gatal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk frekuensi dialisis yang tidak pas atau alergi kulit. 

Kulit kering dan terasa gatal juga dapat diakibatkan oleh kandungan fosfor dalam darah yang tidak terkendali dengan baik. Oleh sebab itu, Anda mungkin perlu menghindari losion dengan tambahan pewangi karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sensitif. 

Selain ketiga gejala di atas, ada beberapa efek samping lainnya yang mungkin Anda rasakan di tengah perawatan cuci darah, yakni:

  • kram otot akibat cairan yang dibuang di akhir sesi dialisis, serta
  • restless leg syndrome (RLS) karena saraf dan otot tungkai terasa tidak nyaman.

Apabila Anda merasakan gejala-gejala yang tidak menyenangkan saat menjalani cuci darah, segera hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Komplikasi

Apa yang terjadi jika Anda telat cuci darah?

Jika Anda menderita penyakit ginjal kronis dan telat cuci darah, tentunya hal ini dapat menyebabkan masalah serius. Berikut beberapa gangguan yang dapat terjadi ketika Anda telat dialisis. 

  • Kadar urea dan kreatinin meningkat akibat penumpukan limbah dalam darah.
  • Ginjal tidak dapat menyaring darah dengan baik, sehingga bisa menyebabkan sesak napas.
  • Fungsi ginjal pelan-pelan melemah.
  • Lebih banyak jaringan ginjal dan sel organ lainnya yang rusak karena tidak dapat bekerja sendiri.
  • Gejala dan risiko komplikasi seperti gagal jantung semakin parah akibat kadar kalium darah melonjak naik.
  • Fungsi ginjal berhenti total yang dapat menyebabkan kematian.

Bagaimana jika dialisis dihentikan sepenuhnya?

Keputusan untuk menghentikan cuci darah menjadi keputusan yang perlu dilakukan oleh dokter dan pasien. Jika Anda menjalani dialisis karena gagal ginjal akut, proses pemulihan mungkin dapat dilakukan dan dialisis pun akan dihentikan.

Apabila Anda melakukan cuci darah karena gagal ginjal kronis, menghentikan dialisis mungkin bukan pilihan yang tepat. Pasalnya, cuci darah yang dihentikan tiba-tiba dapat meningkatkan tingkat keparahan penyakit yang bisa berujung kematian.

Orang dengan penyakit ginjal stadium akhir yang tidak melakukan dialisis atau transplantasi ginjal dapat mengalami sindrom uremia. Sindrom uremia adalah kondisi ketika racun terbentuk dalam darah dan ketika dibiarkan dapat membahayakan jiwa. 

Berikut beberapa gejala yang perlu Anda perhatikan akibat pengobatan gagal ginjal yang dihentikan sepenuhnya. 

  • Kehilangan nafsu makan.
  • Tidur hampir sepanjang hari.
  • Merasa gelisah dan bingung mengenali wajah yang familiar.
  • Pola pernapasan berubah, bisa terengah-engah atau terlalu lambat.
  • Perubahan warna dan suhu kulit.

Walaupun demikian, keputusan untuk menghentikan dialisis ada di tangan pasien dan dokter. Jika Anda memutuskan untuk tidak lagi mendapatkan perawatan cuci darah, dokter mungkin akan menganjurkan perawatan paliatif yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Perawatan paliatif mungkin dianggap sebagai alternatif pengobatan gagal ginjal selain cuci darah. Metode ini biasanya direkomendasikan untuk para lansia yang kondisinya sudah tidak lagi dapat menjalani dialisis. 

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Macedo, E., & Mehta, R. L. (2010). Early vs late start of dialysis: it’s all about timing. Critical care (London, England), 14(1), 112. https://doi.org/10.1186/cc8199. Retrieved 21 August 2017. 

Zarbock, A., Kellum, J., Schmidt, C., Van Aken, H., Wempe, C., & Pavenstädt, H. et al. (2016). Effect of Early vs Delayed Initiation of Renal Replacement Therapy on Mortality in Critically Ill Patients With Acute Kidney Injury. JAMA, 315(20), 2190. https://doi.org/10.1001/jama.2016.5828. Retrieved 21 August 2017. 

Dialysis: Deciding to stop. (n.a). National Kidney Foundation. Retrieved 15 December 2017, from https://www.kidney.org/atoz/content/dialysisstop

Dialysis – procedure details. (2014). Cleveland Clinic. Retrieved 31 August 2020, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14618-dialysis/procedure-details

Coping with symptoms while on dialysis. (n.a). National Kidney Foundation. Retrieved 31 August 2020, from https://www.kidney.org/news/coping-with-symptoms-while-on-dialysis

About Dialysis. (n.a). Northwest Kidney Centers. Retrieved 31 August 2020, from https://www.nwkidney.org/living-with-kidney-disease/get-started/dialysis/

Versi Terbaru

26/11/2020

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Memahami Prosedur Sistoskopi untuk Masalah Kandung Kemih

Mengenal Prosedur Ureteroskopi untuk Batu Ginjal


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 26/11/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan