Stroke yang tidak mendapat penanganan yang baik bisa menyebabkan cacat permanen. Kondisi ini akan menurunkan kualitas hidup. Itulah sebabnya, Anda dan keluarga perlu memahami seperti apa gejala stroke. Bila Anda mencurigai suatu gejala, pemeriksaan dokter perlu sesegera mungkin, agar pengobatan bisa lebih cepat Anda dapatkan. Lantas, apa saja tes kesehatan untuk menegakkan diagnosis penyakit stroke?
Tes kesehatan untuk mendiagnosis penyakit stroke
Jika Anda mengalami sakit kepala serta kelumpuhan pada satu sisi tubuh, bisa jadi ini merupakan tanda peringatan penyakit stroke.
Meski punya gejala yang khas, dokter tetap akan meminta untuk melakukan serangkaian tes kesehatan. Tujuannya untuk menyingkirkan masalah kesehatan lain yang menunjukkan gejala serupa.
Berikut ini adalah beberapa tes diagnosis penyakit stroke yang biasanya dokter rekomendasikan, seperti dilansir dari National Health Service.
1. Pemeriksaan neurologis
Dokter akan merekomendasikan tes ini guna mengetahui penurunan fungsi otak yang memungkinkan seseorang terkena serangan stroke. Setiap sesi pemeriksaan neurologis pada bagian otak yang berbeda-beda, yaitu meliputi:
- Kewaspadaan atau kesadaran.
- Kemampuan berbicara, bahasa, serta fungsi daya ingat.
- Penglihatan serta gerakan mata.
- Sensasi serta pergerakan tangan dan kaki.
- Gerak refleks,
- Kemampuan berjalan serta keseimbangan.
2. Tes darah
Setelah pemeriksaan fisik, dokter akan meminta Anda menjalani tes darah sebagai tes lanjutan untuk menegakkan diagnosis penyakit stroke.
Pada tes kesehatan ini, dokter akan melihat seberapa cepat pembekuan darah, kadar gula darah terlalu tinggi atau rendah, dan mengetahui adanya infeksi.
3. Tes pemindaian otak
Meskipun gejala fisik stroke terlihat jelas, pemindaian otak juga harus pasien jalani untuk menentukan jenis stroke dan penyebab stroke.
Pasalnya, stroke bisa saja terjadi karena penyumbatan arteri, yang mengarah pada stroke iskemik atau pecahnya pembuluh darah di bagian otak tertentu, yang mengarah pada stroke hemoragik. Selain itu, dari tes kesehatan ini dokter juga bisa mengetahui seberapa parah kondisi pasien.
Jenis tes diagnosis stroke yang biasanya dokter gunakan untuk melihat kondisi otak dan pembuluh darah, yakni:
- CT scan. Tes pemindaian ini menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambaran lebih rinci dari otak. Selama CT scan, dokter akan memberi pewarna khusus ke salah satu pembuluh darah di lengan Anda. Hal ini dapat membantu meningkatkan kejelasan hasil gambar.
- MRI. Uji pemindaian ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gembaran rinci otak Anda. MRI biasanya dokter pilih ketika pasien menunjukkan gejala kompleks dan tingkat atau lokasi yang bermasalah tidak diketahui secara pasti.
4. Tes menelan
Orang yang mengalami stroke sangat umum menunjukkan gejala kesulitan menelan. Gejala ini berisiko menyebabkan makanan atau minuman masuk ke tenggorokan dan paru-paru, sehingga bisa menimbulkan infeksi dada seperti pneumonia.
Tes diagnosis stroke ini cukup sederhana. Dokter akan memberi beberapa sendok teh air dan meminta pasien untuk meminumnya. Bila pasien tidak tersedak, dokter akan meminta pasien untuk minum lagi sebanyak setengah gelas air.
Bila dokter melihat pasien mengalami kesulitan menelan, dokter akan merujuk pasien ke ahli terapi bicara dan bahasa untuk penilaian lebih rinci.
Selama pasien belum menemui terapis, dokter tidak mengizinkan pasien untuk makan dan minum secara normal. Dokter akan menggunakan cairan infus sebagai penggantinya.
5. Ekokardiografi
Tes yang biasanya dijalani pasien penyakit jantung, juga bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit stroke.
Ekokardiografi atau EKG ini, membantu dokter mengidentifikasi masalah terkait konduksi listrik jantung. Biasanya, jantung berdetak dalam ritme yang reguler, pola yang berirama yang menunjukkan lancarnya aliran darah menuju otak serta organ tubuh lainnya.
Namun, ketika jantung mengalami gangguan dalam konduksi listriknya, maka jantung akan berdetak secara tak beraturan dan inilah kondisi aritmia, di mana detak jantung tidak teratur.
Aritmia, seperti halnya fibrilasi atrium dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di dalam bilik jantung. Gumpalan darah ini bisa sewaktu-waktu berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.
6. Carotid ultrasound
Diagnosis stroke mungkin saja memerlukan tes carotid ultrasound. Hal ini bertujuan untuk menguji arteri karotis yang menyempit, yang sering menjadi penyebab stroke.
Arteri karotis biasanya menyempit oleh penumpukan plak, yang terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium dan zat lain yang beredar di aliran darah. Dokter Anda akan merekomendasikan USG karotis jika Anda mengalami serangan iskemik sementara (TIA) atau dikenal sebagai stroke ringan.
Tes kesehatan ini sama seperti USG pada umumnya. Hanya saja, area pemeriksaan adalah permukaan kulit yang menjadi lokasi setiap arteri karotis. Kemudian, dokter akan mengoleskan gel khusus dan menempelkan tranduser.
Alat ini akan menunjukkan gelombang suara dan menerjemahkannya ke dalam bentuk grafik.
7. Angiografi otak
Dokter ahli penyakit stroke menggunakan tes angiografi otak atau cerebral angiogram ini untuk melihat pembuluh darah pada leher dan otak. Dalam tes ini, dokter akan menyuntikkan suatu zat pewarna khusus ke dalam arteri karotid yang terlihat menggunakan sinar X dan otomatis darah akan membawa zat ini ke otak.
Jika pembuluh darah tersumbat baik total maupun parsial, atau mungkin ada gangguan pada pembuluh darah lainnya pada area dalam otak, tidak ada atau hanya sedikit zat pewarna yang akan terbawa dalam aliran darah yang terlihat melalui tes ini.
Penyebab stroke yang paling umum adalah penyempitan arteri karotis, stenosis karotid yang biasanya merupakan hasil dari penumpukan kolesterol di sepanjang dinding pembuluh darah.
Berdasarkan tingkat penyempitan serta gejala, dokter akan mempertimbangkan pembedahan untuk menghilangkan plak dari arteri yang tersumbat.
Angiografi otak juga dapat membantu dokter mendiagnosis kondisi yang terkait dengan stroke hemoragik, yaitu aneurisma dan malformasi vena anterior.
Hal ang perlu Anda lakukan setelah tes diagnosis penyakit stroke
Ahli radiologi akan meninjau hasil tes Anda, kemudian menyiapkan laporan untuk dokter yang memerintahkan tes tersebut. Setelahnya, dokter akan memberi tahu Anda jenis stroke dan kemungkin penyebab stroke yang Anda alami.
Tergantung dengan tingkat keparahan stroke, beberapa pasien mungkin akan langsung mendapatkan perawatan berupa penyuntikan alteplase (Activase) dalam kurun waktu 4,5 jam setelah gejala muncul.
Pasien akan diminta untuk menjalani opname agar dokter lebih mudah melakukan pengawasan setelah pengobatan stroke.
Sementara bila pasien belum menunjukkan gejala stroke namun berisiko tinggi mengalaminya, dokter akan meminta pasien untuk melakukan perubahan gaya hidu, antara lain:
- Jalankan olahraga secara teratur, setidaknya 30 menit setiap hari.
- Konsumsi makanan yang sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan roti gandum dan sereal, dan batasi lemak jenuhnya.
- Minum obat penurun kolesterol, obat hipertensi, dan obat untuk mencegah penggumpalan darah.
- Jaga berat badan tetap ideal dengan memperbaiki pola makan.
- Berhenti merokok dan menghindari asap rokok di sekitar.
[embed-health-tool-bmi]