Pubertas dini
Obesitas bisa menjadi penyebab pubertas dini pada anak. Ini merupakan gejala yang lebih banyak dialami oleh perempuan karena ditandai dengan menstruasi dini.
Pubertas dini merupakan tanda ketidakseimbangan hormonal yang nantinya dapat menimbulkan masalah kesehatan perempuan setelah dewasa.
2. Gangguan pertumbuhan muskuloskeletal
Berat badan yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tulang, sendi, dan otot pada anak.
Berikut beberapa gangguan kesehatan tulang yang berisiko dialami oleh anak dengan penumpukan lemak di tubuhnya.
Slipped capital femoral epiphysis (SCFE)
SCFE merupakan kondisi tulang paha (femur) yang mundur ke belakang akibat area pertumbuhan tulang tidak dapat menahan berat badan.
Pada kasus yang serius kaki yang mengalami gangguan ini tidak dapat menahan berat badan sedikit pun. Ini membuat tulang pinggul anak bergeser dan tidak dalam posisi benar.
Penyakit Blount
Obesitas memiliki bahaya komplikasi pada kaki yang bengkok akibat perubahan hormon dan tekanan yang terlalu berat pada kaki anak sedang mengalami pertumbuhan, sehingga mengalami kecacatan.
Pada kasus yang belum terlalu parah, anak yang mengalami penyakit blount bisa diperbaiki dengan memakai penyangga kaki atau orthotic.
Patah tulang
Obesitas pada anak membuat si kecil berisiko tinggi mengalami patah tulang. Bobot tubuh yang terlalu berat bisa membuat tulang stres dan melemahkan kekuatan tulang itu sendiri.
Selain itu, anak yang mengalami obesitas berisiko mengalami patah tulang akibat berat badan berlebih karena tulang yang tidak terlalu kuat akibat jarang beraktivitas fisik.
Flat feet
Anak yang mengalami obesitas atau kelebihan pada berat badannya, sering mengalami sakit saat berjalan.
Tidak hanya itu, flat feet atau telapak kaki rata juga termasuk kondisi yang menyebabkan kaki anak sakit dan membuatnya mudah lelah ketika berjalan.
Gangguan koordinasi
Anak yang mengalami obesitas cenderung sulit untuk menggerakan anggota tubuh dan memiliki kemampuan keseimbangan tubuh yang buruk.
Masalah koordinasi motorik kasar pun bisa terjadi, seperti sulit untuk berdiri dengan satu kaki, melompat.
Selain itu, obesitas pada anak bisa sebabkan masalah koordinasi motorik halus, seperti menulis, menggunting, mengikat tali sepatu, atau mengetuk dengan satu jari.
3. Masalah dalam interaksi sosial
Anak yang mengalami obesitas cenderung mendapat stigma dan kurang diterima di lingkungan sosial seusianya.
Mereka juga cenderung mengalami pandangan negatif, diskriminasi, hingga perilaku bully oleh teman-temannya karena kondisi badan mereka.
Dampak bullying berpotensi mendorong mereka untuk menarik diri dari lingkungan sehingga enggan berinteraksi dengan orang lain.
4. Gangguan psikologis pada anak obesitas
Dampak obesitas pada kesehatan mental anak sebagai berikut.
- Minder (kurang percaya diri).
- Masalah perilaku dan gangguan belajar.
- Kehilangan semangat dalam beraktivitas.
Selain itu, depresi pada anak bisa terjadi karena akumulasi dari masalah psikologis di atas sekaligus masalah interaksi sosial.
Cara mengatasi obesitas pada anak

Obesitas terjadi ketika energi yang dikonsumsi jauh lebih banyak dibanding energi atau kalori yang dikeluarkan oleh tubuh.
Berikut beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak.
1. Mengembalikan kebiasaan makan sesuai usia
Mengatasi obesitas pada bayi usia 0 – 2 tahun berbeda dengan anak yang usianya lebih besar. Ini karena di masa 0 – 2 tahun ini, bayi sedang dalam proses pertumbuhan liner.
Artinya, status gizi bayi di masa depan atau saat ia dewasa akan sangat ditentukan oleh kondisinya saat ini.
Jadi, yang bisa Anda lakukan saat ini untuk mengatasi obesitas pada bayi yakni dengan cara mengembalikan kebiasaan makan bayi setiap hari sesuai dengan usianya saat ini.
Ambil contohnya begini, jika usia bayi saat ini sudah masuk ke masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) tetapi porsi dan jadwal makan bayi di luar aturan normal, coba benarkan kembali.
Berikan frekuensi serta porsi makan bayi yang tepat sesuai dengan usianya. Jika nantinya asupan kalori harian bayi perlu dikurangi, biasanya dokter atau ahli gizi akan membantu merencanakannya dengan baik.
Hal ini bertujuan agar bayi tidak mengalami kekurangan zat gizi yang dapat menghambat tumbuh kembangnya.
Namun, pastikan perubahan pola makan tersebut tidak membuat bayi susah makan.
2. Memberikan makanan dengan diet seimbang
Tetap berikan anak berbagai makanan dengan zat gizi seimbang. Berikut adalah deretan jenis makanan yang direkomendasikan.
- Sayuran dan buah-buahan.
- Sumber karbohidrat, seperti nasi merah, gandum atau makanan dari gandum utuh (roti gandum dan sereal)
- Susu dan produk susu.
- Daging, ikan, kacang-kacangan, dan sumber protein tinggi lainnya.
Anak-anak membutuhkan setidaknya 5 porsi sayuran dan buah-buahan setiap hari. Hal ini untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral anak.
Hal tersebut juga untuk mencukupi kebutuhan serat anak agar terhindar dari konstipasi.
Makanan sumber protein diperlukan anak untuk membangun sel-sel dalam tubuh, sedangkan karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi.
3. Konsumsi susu rendah gula
Untuk mengatasi sekaligus mencegah obesitas pada anak adalah membatasi pemberian gula pada makanan dan minuman si kecil.
Sebagai contoh, memberikan susu rendah gula yang memiliki kandungan gizi yang lengkap. Susu rendah gula kaya akan kandungan asam lemak omega 3 dan 6 yang mendukung perkembangan otak dan kecerdasan anak.
Memilih susu rendah gula dan kaya nutrisi, mampu memenuhi kebutuhan gizi anak, termasuk untuk tumbuh kembang otak.
Risiko obesitas karena asupan gula berlebih juga bisa dihindari dengan memberikan si kecil susu rendah gula.
4. Olahraga bersama
Konsumsi kalori yang terlalu banyak dan tubuh yang tidak bergerak, bisa memicu obesitas pada si kecil.
Anda bisa mengatasinya dengan melakukan olahraga atau aktivitas fisik bersama anak.
Aktivitas fisik bisa membuat anak bergerak lebih aktif dan membakar kalori yang sudah dikonsumsi dalam sehari.
Kegiatan fisik yang bisa dilakukan bersama anak seperti joging santai, berenang, bersepeda, atau berjalan santai saat pagi atau sore hari.
5. Mengurangi asupan gula dalam sehari
Konsumsi gula yang terlalu banyak bisa memicu obesitas pada anak. Kurangi asupan gula dengan mengganti camilan yang biasanya terlalu banyak gula, seperti cokelat atau es krim, lalu diganti dengan buah.
Anda juga bisa mengurangi porsi nasi putih di waktu anak makan. Nasi putih mengandung kalori tinggi, 100 gram atau satu centong nasi mengandung 100 kalori.
Ketika masuk ke dalam tubuh, kalori diubah menjadi gula. Bila tidak dikurangi, obesitas anak bisa semakin parah.
6. Kurangi waktu menonton TV
Menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar dapat membuat anak menjadi malas untuk bergerak. Hal ini dapat membuat anak lebih mungkin untuk mengalami kenaikan berat badan.
Oleh karena itu, Anda perlu membatasi waktu anak menonton tv, bermain video game, dan kegiatan lainnya. Sebaiknya waktu anak menonton tv tidak lebih dari dua jam dan tidak menaruh tv di kamar tidur anak.
Obesitas pada anak adalah hal penting yang perlu dipahami orangtua, sehingga tidak lagi menganggap bahwa anak gemuk itu sehat.
Selalu cek kesehatan si kecil termasuk mengawasi berat badannya agar tetap sesuai dengan kriteria sehat anak seusianya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar