🔥 Diskusi Menarik

Tanya dr. Aisya: Mengapa 1000 Hari Pertama Kehidupan Sangat Penting?Tanya dr. Aisya: Mengapa 1000 Hari Pertama Kehidupan Sangat Penting?

Tanya dr. Aisya: Mengapa 1000 Hari Pertama Kehidupan Sangat Penting?

Selesai

Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) adalah fase yang dimulai sejak masa kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari).


Ini merupakan masa kritis di mana anak bertumbuh dan berkembang dengan sangat cepat dan signifikan. Masa ini tidak bisa terulang dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.


Kenapa 1000 hari pertama sangat penting? Apa yang harus dikejar dalam masa 1000 hari pertama kehidupan ini? Benarkah 1000 hari pertama adalah masa terpenting untuk pencegahan stunting?


Yuk tanya dr. Aisya di kolom komentar!

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
979
4
51

51 komentar

Dok haid sya tidak lancar bulan ini sya tidak haid sudah 3 bulan sya sdh tespek tpi masih garis 1

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Dok, mau tanya.jika masa 1000 hari itu sang ibu hamil kena covid lalu diobati apakah obat yang merasuk ke tubuh bumil bisa mempengaruhi janin

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Cerina peres

Terima kasih pertanyaannya. Semua jenis obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil memiliki kategori tertentu berdasarkan tingkat keamanannya. Namun, beberapa jenis obat dikategorikan sebagai teratogen, yaitu zat yang jika dikonsumsi ibu hamil bisa memicu kelainan bawaan lahir. Cara obat memengaruhi janin yang ada di dalam kandungan :

  • Langsung memengaruhi janin, sehingga menyebabkan kerusakan, kelainan tumbuh kembang janin, hingga kematian janin.
  • Memengaruhi fungsi plasenta, yaitu lewat jalan yang digunakan untuk suplai oksigen dan zat gizi pada janin. Dengan cara ini, obat akan mengerutkan pembuluh darah dan mengurangi suplai oksigen dan zat gizi ke janin, sehingga berdampak pada tumbuh kembang janin.
  • Menyebabkan kontraksi otot rahim yang sangat kuat. Dampaknya, aliran darah ke janin akan berkurang, sehingga bisa mencederai janin.


Jadi, pastikan ibu sudah berkonsultasi ke dokter ya danmenyampaikan juga jika ibu sedang hamil maka dokter akan meresepkan obat yang aman untu ibu hamil dan tidak berefek ke janin.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
1

Apa saja jenis stimulasi yang penting untuk diberikan kepada anak selama 1000 HPK?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Sakinah Amelia

Terima kasih atas pertanyaannya.

Trimester pertama : hal yang penting dilakukan pada trimester ini adalah stimulasi gizi, dengan memperhatikan pola asupan makanan sehat dengan gizi seimbang pada ibu hamil, dan menghindari makanan atau minuman yang dapat membahayakan kesehatan.

Trimester kedua : mulai berkembang fungsi panca indera yakni pendengaran, sehingga menstimulasi janin dengan sering mengajak berkomunikasi, mendongeng, melantunkan musik, juga baik dilakukan untuk pengenalan terhadap suara-suara di lingkungannya. Stimulasi pada area sentuhan, pendengaran, cahaya dapat dilakukan secara teratur dan tidak berlebihan.

Trimester ketiga : Stimulasi dari berbagai area indera (suara, cahaya, sentuhan, rasa, dsb) perlu dilakukan secara cukup dan tidak berlebihan. Pada trimester ini, ibu dapat mencicipi berbagai aneka rasa dan tekstur makanan yang beragam.


Dalam milestones, (tonggak perkembangan anak berdasarkan usia), ada beberapa hal yang berkembang, yaitu aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosio-emosional. Sejak bayi lahir, yakni usia 0-2 tahun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap orangtua agar tumbuh kembang anak menjadi optimal, yaitu:


Aspek fisik-motorik

Pada area fisik-motorik, bayi terlebih dulu mengembangkan gerakan-gerakan refleks yang sangat berguna untuk tahun-tahun mendatang kehidupannya. Hal ini sebagai bentuk reaksi terhadap rangsangan tertentu sebelum bayi mengalami proses belajar yang lebih banyak. Pada usia 1-4 bulan, dimulai dari proses belajar angka kepala bila ditengkurapkan, mengembangkan kemampuan refleks menggenggam tangan dengan kuat, mampu mengikuti obyek yang dilihatnya, mengekspresikan senyum dan emosi yang dirasakannya, hingga belajar proses berguling dan telentang.


Aspek kognitif

Perkembangan aspek kognitif pada bayi usia 0-2 tahun dikenal sebagai tahap sensori-motorik. Bayi belajar mengenai dirinya dan dunianya melalui aktivitas sensori dan motorik. Bayi belajar mengenai gerakan refleks dari rangsangan yang diterimanya. Bayi mulai mengenal skema. Misalnya; bayi yang suka mengisap jempol sebagai bentuk transisi dari mengisap puting ibunya. Bayi juga belajar untuk meniru apa yang dilihatnya, seperti meniru ekspresi wajah orang dewasa yang mengajaknya mengobrol.


Aspek bahasa

Pada aspek bahasa, ketika bayi lahir hingga usia 4 bulan, ia mengandalkan tangisan sebagai bentuk komunikasi dengan orang di sekitarnya, seperti kondisi lapar, tidak nyaman karena popok penuh, dan sakit. Selanjutnya, bayi mulai belajar untuk membedakan suara ayah dan ibunya ketika usia di 4 minggu, hingga ia pun mulai mengoceh (cooing) dengan gerakan bibir ketika usia 2 bulan.


Memasuki usia 4-6 bulan, ocehan bayi sudah semakin sering terdengar. Selanjutnya tahapan bagi orangtua untuk mendengar suara yang seperti berasal dari bagian belakang lidah, seperti suara “g” dan “k”. Atau suara bibir seperti “m”, “w”, “p”, dan “b”. Ketika berusia 6 bulan, Si Kecil mulai bisa menggabungkan huruf konsonan dan huruf vokal, seperti mengucapkan “Da”, “Ma”, “Pa”, dan “Na” (babbling). Saat ini juga, bayi mungkin dapat mengenal namanya, namun baru pada usia sekitar 6 bulan, bayi dapat memahami bahwa nama yang sering disebut ditujukan untuknya.


Aspek sosio-emosional

Perkembangan sosio-emosional pertama pada bayi dikenal dengan tahapan trust vs mistrust (0-18 bulan). Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah trust (rasa percaya). Pada awal bulan, bayi mengembangkan rasa kepercayaan terhadap orang dan objek. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Mereka perlu mengembangkan keseimbangan antara trust (membentuk hubungan intim) dan mistrust (melindungi diri mereka sendiri). Jika didominasi oleh trust, anak akan mengembangkan hope: kepercayaan bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh keinginan mereka. Sedangkan jika didominasi oleh mistrust, maka anak akan memandang dunia tidak bersahabat, tidak dapat diprediksi dan sulit berhubungan

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Apa saja imunisasi yang penting untuk diberikan kepada anak selama 1000 HPK?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Vincent Aditya

Terima kasih pertanyaannya. Sebagai upaya pencegahan penyakit, dianjurkan pula untuk pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Untuk ibu, pada 1-2 hari pasca bersalin akan diberikan suplementasi kapsul vitamin A.


Berikut adalah urutan imunisasi dasar lengkap dari Kementerian Kesehatan dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yang dapat diikuti oleh masyarakat Indonesia. Pemberian imunisasi anak ini dilakukan sejak anak baru lahir hingga beranjak dewasa.

1. Usia 0–6 Bulan

Jadwal imunisasi dasar lengkap pada anak usia 0–6 bulan adalah sebagai berikut:

Hepatitis B: Vaksin hepatitis B diberikan empat kali, yaitu 24 jam setelah bayi lahir, kemudian di usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster akan diberikan ketika bayi berusia 18 bulan.


DPT: Diberikan sebanyak tiga kali, yaitu di usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster akan diberikan dua kali pada usia 18 bulan dan 5–7 tahun.


BCG: Vaksin BCG hanya diberikan satu kali pada usia 0–1 bulan.


HiB: Diberikan sebanyak tiga kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster akan diberikan satu kali saat usia 18 bulan.


Polio: Vaksin polio oral diberikan ketika bayi lahir sampai berusia 1 bulan. Sementara itu, vaksin polio suntik setidaknya perlu diberikan 2 kali sebelum anak berusia 1 tahun. Kemudian, pemberian vaksin polio oral maupun suntikan juga akan dilakukan secara berulang setiap bulan, yaitu usia 2, 3, dan 4 bulan.


PCV (pneumokokus): Pemberian vaksin PCV dilakukan sebanyak tiga kali pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin booster akan diberikan saat usia 12–15 bulan.


Rotavirus: Vaksin Rotavirus jenis monovalen akan diberikan sebanyak dua kali. Dosis pertama pada usia 6 minggu dan dosis kedua diberikan 4 minggu setelahnya, atau maksimal usia bayi 24 minggu. Sementara itu, vaksin Rotavirus jenis pentavalen akan diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada usia 6–12 minggu, kemudian dosis kedua dan ketiganya diberikan 4–10 minggu setelahnya. Imunisasi ini harus selesai saat anak berusia 32 minggu.


2. Usia 6–12 Bulan

Kemudian, ketika anak sudah mencapai usia 6–12 bulan, beberapa imunisasi yang wajib diberikan adalah:


Influenza: Imunisasi ini akan diberikan kepada anak saat berusia 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian setahun sekali ketika memasuki usia 18 bulan hingga 18 tahun.


Japanese Encephalitis (JE): JE diberikan satu kali ketika anak berusia 9 bulan, dilanjutkan dengan booster saat anak berusia 2–3 tahun.


MMR: Vaksinasi ini diberikan ketika anak memasuki usia 9 bulan, lalu dilanjutkan booster saat usia 18 bulan atau ketika memasuki usia 5–7 tahun.


3. Usia 12–24 Bulan

Ketika memasuki usia satu tahun, sejumlah imunisasi yang tak kalah penting dan perlu diberikan kepada anak di antaranya:


Hepatitis A: Diberikan sebanyak dua kali dimulai pada usia 12 bulan dan dilanjutkan dengan interval 6–12 bulan setelah dosis pertama.


Varisela: Pemberian varisela dilakukan dua kali ketika anak berusia 12–18 bulan dengan jarak untuk dosis keduanya adalah 6 minggu sampai 3 bulan.


4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Bagaimana cara menjaga kesehatan anak agar terhindar dari penyakit selama 1000 HPK?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Richard Ozora

Terima kasih pertanyaannya. Pencegahan terutama pada 1000 HPK sangat diperlukan, yakni mulai dari bayi dalam kandungan hingga usia 23 bulan.

  1. Periode Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan rutin atau antenatal care (ANC) merupakan salah satu usaha pencegahan stunting selama masa kehamilan. Selama hamil ibu disarankan untuk periksa minimal 6 kali. 1 kali pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga. Paling sedikit 2 kali pemeriksaan oleh dokter atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada trimester pertama dan ketiga dengan memakai USG. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kesehatan ibu dan janin salah satunya melalui penimbangan berat badan ibu dan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil dan janin. Pada ibu yang masuk kategori kekurangan energi kronis (KEK) pemberian PMT atau makanan tambahan untuk mengejar kenaikan berat badan selama kehamilan harus dilakukan.

Selain melakukan pemeriksaan rutin, selama kehamilan ibu perlu rutin minum tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan, mengkonsumsi bergam jenis bahan makanan seperti makanan pokok, protein hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur, minum air 8-12 gelas/hari (2-3 liter)/hari, serta menambahkan 1 porsi makanan utama atau makanan selingan dari sebelumnya.


2.Periode Menyusui (Bayi 0-6 Bulan)

Pada periode ini, pencegahan stunting dilakukan dengan cara mendorong ibu pasca melahirkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) terutama memberikan kolostrum dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Selain itu, juga diberikan promosi mengenai pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan disertai pemantauan tumbuh kembang rutin minimal 1 bulan sekali di posyandu atau puskesmas.

Sebagai upaya pencegahan penyakit, dianjurkan pula untuk pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Untuk ibu, pada 1-2 hari pasca bersalin akan diberikan suplementasi kapsul vitamin A.


3.BADUTA (Bawah Dua Tahun) 6-23 Bulan

Intervensi gizi dilakukan dengan mendorong ibu untuk tetap memberikan ASI hingga anak berusia 23 bulan. Selain itu, usaha pencegahan lainnya yakni mendorong pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah anak berusia lebih dari 6 bulan. Intervensi juga pelengkap lainnya dilakukan dengan menyediakan obat cacing, pemberian suplementasi zinc, menyediakan fortifikasi zat besi pada makanan, imunisasi dasar dan lanjutan, pemberian suplementasi vitamin A (kapsul biru/merah) dan melakukan perlindungan pada penyakit seperti malaria dan diare.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Bagaimana cara menjaga kesehatan mental anak selama 1000 HPK?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Rena Andini

Terima kasih pertanyaannya.

Berikut cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Usia Dini

Kesehatan mental atau mental health pada anak tidak hanya berarti mencegah terjadinya gangguan mental, namun juga mencakup kemampuan anak dalam berpikir, mengontrol emosi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan usianya.

Anak dengan kondisi mental yang baik cenderung memiliki karakter yang positif, seperti tidak mudah marah, lebih mudah beradaptasi, mampu berkomunikasi dengan baik, serta bisa bangkit dari keadaan yang sulit. Hal ini menjadi bekal yang penting untuk menjalani kehidupannya ketika ia beranjak dewasa di kemudian hari.


Itulah sebabnya, menjaga kesehatan mental anak adalah salah satu tugas orang tua yang tidak boleh diabaikan. Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Membangun Kepercayaan Diri Anak

Membangun kepercayaan diri merupakan hal utama yang perlu dilakukan untuk mewujudkan mental yang sehat pada anak. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pujian atau apresiasi kepada anak saat mereka berhasil melakukan hal baru atau mencapai prestasi tertentu.

Selain itu, cara membangun kepercayaan diri anak lainnya adalah dengan membantu anak menentukan tujuan hidup, mengajari anak bersikap jujur dan mampu mengakui kesalahan, serta menghindari ucapan atau perilaku yang membuat anak merasa tertekan dan menjadi tidak percaya diri.


2. Memberikan Waktu Bermain yang Cukup

Bagi anak-anak, bermain tidak hanya sekadar bersenang-senang tetapi juga menjadi waktu untuk mempelajari atau mengeksplorasi berbagai hal baru. Ketika bermain, anak cenderung menjadi lebih kreatif serta bisa belajar memecahkan masalah. Memberikan waktu bermain yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan anak baik secara fisik maupun mental.


3. Mendorong Anak Bersosialisasi

Menjaga kesehatan mental anak juga bisa dilakukan dengan mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Pasalnya, hal ini akan membuat anak lebih mudah mengenali serta menghargai kelemahan dan kelebihan dirinya sendiri.

Bersosialisasi juga bisa menjadi ajang bagi anak untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Agar bisa bertemu dengan banyak teman, orang tua bisa mengajak anak mengunjungi lingkungan sekitar, sekolah, atau tempat bermain.


4. Memberikan Perhatian Penuh

Gangguan mental pada anak sering kali dipicu oleh pola asuh orang tua yang tidak tepat, misalnya kurang perhatian terhadap anak. Sehingga, salah satu cara menjaga kesehatan mental anak bisa dilakukan dengan memberikan kasih sayang penuh kepada si kecil.

Tunjukkan bentuk kasih sayang yang dapat diterima dengan baik oleh mereka, seperti menciumnya saat akan tidur, memeluknya ketika pergi berangkat sekolah, atau menanyakan kegiatannya di sekolah.


5. Mendekatkan Diri dengan Anak

Cara menjaga kesehatan mental anak berikutnya adalah menjaga hubungan baik antara orang tua dan anak. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalani aktivitas menyenangkan bersama, misalnya membaca buku, bermain, atau aktivitas lainnya yang dapat mempererat hubungan anak dan orang tua.


Membangun hubungan yang baik juga dapat membangun rasa kepercayaan anak dengan orang tua. Hal ini penting untuk dicapai agar anak selalu merasa aman ketika berada di dekat orang tuanya. Dengan begitu, ia pun akan merasa memiliki tempat bersandar.


6. Mengajarkan Anak Cara Meredakan Stres

Sebagai orang tua, penting untuk memberikan validasi terhadap perasaan anak dan menjelaskan bahwa perasaan sedih, khawatir, dan stres merupakan hal yang wajar. Kemudian, ajarkan anak untuk mengatasi perasaan yang sedang ia alami tersebut.

Misalnya, ketika anak sedang berselisih dengan temannya dan merasa sedih, maka yang bisa dilakukan orang tua adalah memberikan validasi dan saran untuk mengatasi perselisihan tersebut agar rasa sedihnya bisa hilang.


Mengajarkan anak cara mengatasi stres atau coping mechanism dapat membantu anak untuk memecahkan masalah secara efektif. Hal ini, bisa menjadi bekal yang penting bagi kehidupan anak saat beranjak remaja dan dewasa kelak.


7. Memberikan Kritikan yang Membangun

Jika anak melakukan kesalahan, usahakan memberikan kritik yang membangun, sehingga ia bisa menerimanya dengan baik dan memperbaiki atau tidak mengulangi kesalahannya. Hindari menyalahkan atau menghakimi anak, karena hal ini justru dapat menyebabkan kesehatan mentalnya terganggu.


4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Bagaimana cara mendeteksi dan mengatasi keterlambatan perkembangan anak di 1000 hari pertama kehidupan?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Zakiah Nurmala

Terima kasih pertanyaannya.

Ciri-Ciri Keterlambatan Perkembangan pada Anak

Wujud keterlambatan perkembangan pada masing-masing anak dapat berbeda, tergantung pada aspek perkembangan apa yang terpengaruh. Maka agar Bunda bisa mengenali apakah si Kecil mengalami keterlambatan perkembangan umum, segeralah ke dokter untuk dapatkan skrining DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak).

Dengan mendeteksi secara dini, Bunda akan lebih mudah menemukan akar penyebab keterlambatan perkembangan dan bisa segera mengambil langkah-langkah intervensi yang sesuai.

Berikut ini ciri-ciri anak yang mengalami keterlambatan perkembangan atau global development delay sesuai aspek keterampilannya:

1. Tanda Keterlambatan Perkembangan Motorik

Keterampilan motorik halus melibatkan aktivitas-aktivitas kecil seperti memegang mainan dengan jari-jari atau menggunakan krayon. Sedangkan keterampilan motorik kasar membutuhkan gerakan yang lebih besar, seperti merangkak, berjalan, melompat, menaiki tangga, atau melempar bola.

Ciri-ciri keterlambatan perkembangan motorik pada anak termasuk hal-hal berikut:

  • Kesulitan dalam menggerakkan tangan dan kaki.
  • Tidak mampu duduk tanpa dukungan pada usia 9 bulan.
  • Tidak dapat menahan beban pada kaki pada usia 1 tahun.
  • Menunjukkan preferensi tangan tertentu sebelum mencapai usia 1 tahun.
  • Masih sering memasukkan benda ke dalam mulut pada usia 14 bulan.
  • Kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara sisi kanan dan kiri tubuh.
  • Tidak mampu merangkak pada usia 1 tahun.
  • Tidak dapat berdiri dengan dukungan pada usia 1 tahun.
  • Tidak mampu berjalan pada usia 18 bulan.

2. Tanda Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa

Gangguan perkembangan keterampilan bahasa dan bicara merupakan salah satu keterlambatan yang paling umum terjadi.

Keterampilan bicara mengacu pada ekspresi verbal, termasuk bagaimana kata-kata dirangkai. Sedangkan kemampuan bahasa melibatkan sistem yang lebih luas dalam menyampaikan dan memahami informasi, termasuk kemampuan untuk mengerti gerakan tubuh.

Ciri-ciri anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa termasuk hal-hal berikut:

  • Tidak merespons suara keras pada usia 3 - 4 bulan.
  • Tidak mampu mengoceh pada usia 3 - 4 bulan.
  • Tidak bisa merespons suara pada usia 7 bulan.
  • Tidak mampu mengatakan kata tunggal dengan arti, seperti "Mama," pada usia 1 tahun.
  • Tidak mengerti makna kata-kata seperti "dadah" atau "tidak" pada usia 1 tahun.
  • Tidak memberikan respon ketika dipanggil dengan namanya. Biasanya, bayi pada usia 9 bulan sudah bisa memahami nama mereka dan merespon saat dipanggil.
  • Sering mengikuti ucapan orang lain setelah mencapai usia 30 bulan.
  • Tidak bisa bicara minimal 15 kata pada usia 2 tahun.
4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Bagaimana cara mengatasi masalah makan pada anak selama 1000 HPK?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Yuliana Pratiwi

Terima kasih pertanyaannya.

Berikut ini langkah-langkah yang bisa Anda ikuti untuk mengatasi susah makan pada anak agar Anda tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak:


1. Kenali Alasan Mengapa Anak Susah Makan

Komunikasikan dengan anak mengapa ia menolak makanan tertentu atau sulit untuk diajak makan. Jangan sampai Anda keliru dalam menanggapi penolakan anak terhadap makanan. Jika Anda tahu penyebabnya, solusi yang diterapkan akan lebih tepat. Hal ini penting agar tidak memicu suasana tidak menyenangkan dan penuh tekanan bagi anak, terutama saat hendak makan.


2. Buat Suasana Makan yang Menyenangkan

Buat suasana makan yang menyenangkan untuk anak, sehingga mood anak lebih baik saat makan dan menambah selera makannya. Salah satu cara yang bisa dicoba adalah mengadakan acara makan keluarga yang rutin.


3. Atur Waktu Makan Secara Konsisten

Terbiasa disiplin dengan jadwal makan tiga kali sehari yang diselingi snack dua kali akan membangun pola makan yang baik bagi anak. Anak juga jadi terbiasa untuk makan tepat waktu dan tidak menolak.


4. Variasikan dengan Makanan Favorit

Agar anak lebih tertarik untuk makan, coba untuk variasikan menu makan sehari-hari dengan makanan favoritnya. Cara ini akan memancing nafsu makan anak sekaligus tetap memperhatikan asupan nutrisinya.


5. Menjadi Panutan yang Baik untuk Anak

Pastikan Anda sebagai orang tua juga memberikan contoh yang baik kepada anak, dengan tidak memilih-milih atau menolak makanan tertentu di depan anak, serta coba untuk makan terlebih dulu apa yang sudah disajikan. Biasanya anak cenderung akan ikut mencoba.


Selain lima tips di atas, Anda juga bisa mengajak anak dalam kegiatan menyiapkan dan menghidangkan makanan. Anak yang ikut terlibat dalam proses memasak biasanya lebih tertarik untuk mencicipinya di akhir. Jika semua tips sudah coba dilakukan, tapi anak tetap susah makan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Biasanya anak akan diberi suplemen sesuai anjuran untuk menambah nafsu makan anak.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Apakah ada program atau intervensi khusus untuk mendukung 1000 hari pertama kehidupan anak?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Lea Nabila

Terima kasih pertanyaannya. Pemerintah Indonesia melakukan intervensi spesifik ini didasarkan pada target penurunan stunting.

Ada 11 intervensi spesifik yang dirancang yaitu, skrining anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) remaja putri, pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik (KEK), pemantauan pertumbuhan balita, ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi Baduta, tata laksana Balita dengan masalah gizi, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, edukasi remaja ibu hamil dan keluarga termasuk pemicuan bebas buang air besar sembarangan (BABS).

Pada triwulan pertama, dari 11 intervensi spesifik baru 2 intervensi yang pelaksanaannya sudah mencapai bahkan melebihi target, yakni remaja putri mengkonsumsi TTD target nasional triwulan pertama 12,5% dengan capaian 57,7%, dan ibu hamil mengkonsumsi TTD target nasional triwulan pertama 20% dengan capaian 66%.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Bagaimana cara memastikan anak mendapatkan stimulasi yang tepat selama 1000 hari pertama kehidupan anak?

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
@Stella Margareta

Terima kasih pertanyaannya. Stimulasi anak sejak masa kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupannya sangatlah penting, yang mana untuk perkebangan area otaknya hingga menjaga kesehatan fisiknya. Pemberian stimulasi yang kurang optimal atau bahkan stimulasi yang berlebihan tentu dapat berdampak pada kehidupannya secara permanen seumur hidup.

Oleh karena itu, dibutuhkan nutrisi yang adekuat dengan makan makanan bergizi, pola asuh dari orangtua yang mendukung asah, asih, asuh sehingga anak mendapatkan stimulasi yang dibutuhkan.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas
Lihat 16 komentar lain
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan