Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Obesitas adalah penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan dalam tubuh. Jika dibiarkan, ada berbagai risiko penyakit yang mengintai Anda, seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Obesitas termasuk masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain menyebabkan masalah kesehatan, kondisi ini juga dapat memicu gangguan psikologis, seperti stres dan depresi.
Obesitas berbeda dengan kelebihan berat badan (overweight). Overweight yaitu kondisi kenaikan berat badan berlebih. Kondisi ini tidak hanya disebabkan lemak berlebih, melainkan juga massa otot atau cairan dalam tubuh.
Kabar baiknya, masalah obesitas dapat diatasi dengan perubahan pola makan, rutin berolahraga, dan perilaku hidup sehat. Selain pola makan, obat-obatan dan prosedur medis juga bisa menjadi cara mengobati obesitas.
Obesitas termasuk masalah kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Melansir WHO, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa (di atas 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan.
Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 650 juta orang dewasa yang mengalami obesitas. Artinya, sekitar 13% dari populasi orang dewasa di dunia (11% pria dan 15% wanita) yang mengalami obesitas pada 2016 secara keseluruhan.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, terdapat peningkatan prevalensi obesitas pada masyarakat di Indonesia berusia di atas 18 tahun meningkat dari 11,7% menjadi 15,4%.
Tingginya persentase tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Itu sebabnya, sebaiknya Anda diskusikan dengan dokter untuk penjelasan lebih lengkap.
Obesitas tidak memiliki gejala yang pasti. Namun, dokter akan mendiagnosis kondisi ini ketika indeks massa tubuh (IMT) Anda 30 atau lebih.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah seseorang termasuk obesitas atau tidak, yakni dengan mengukur:
Bagi kebanyakan orang, mengukur BMI adalah cara yang paling mudah untuk memperkirakan lemak dalam tubuh. Namun, cara ini tidak langsung mengukur lemak.
Hal ini yang membuat sebagian orang yang berotot mungkin saja memiliki BMI yang termasuk jenis obesitas. Akan tetapi, mereka tidak memiliki lemak tubuh berlebih.
Rumus dari perhitungan BMI meliputi:
BMI = berat badan (kg) / (tinggi (m) x tinggi (m))
Bila angka BMI lebih besar dari 25, Anda mungkin termasuk kelebihan berat badan. Jika angkanya mencapai 30 atau lebih, artinya Anda termasuk ke dalam kategori obesitas.
Jika cara manual terasa sulit, cek BMI secara otomatis melalui kalkulator BMI. Pasalnya, Anda tidak akan mendapatkan angka yang akurat, sehingga bisa meningkatkan risiko penyakit berbahaya.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar gejala obesitas, silakan konsultasikan dengan dokter untuk memahami solusi yang tepat.
Bila Anda khawatir terkait masalah kesehatan yang terkait dengan berat badan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Dengan begitu, Anda bisa mengetahui apa saja risiko yang dapat terjadi dan berdiskusi cara menurunkan berat badan sesuai kondisi Anda.
Penyebab utama dari obesitas yaitu energi yang tidak seimbang antara kalori yang masuk dan kalori yang dikeluarkan. Penumpukan kadar yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor.
Faktor-faktor tersebut yang nantinya dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan.
Umumnya, obesitas merupakan hasil dari kombinasi penyebab dan faktor risiko. Berikut ini sederet faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan.
Genetik atau faktor keturunan termasuk faktor terbesar yang dapat memicu obesitas. Anak dari orangtua yang mengalami kondisi ini lebih berisiko dibandingkan anak dengan orangtua yang memiliki berat badan ideal.
Hal ini dikarenakan gen yang diwarisi dari orangtua dapat memengaruhi jumlah lemak tubuh yang bisa disimpan dan tempat lemak didistribusikan. Faktor ini juga berperan dalam cara kerja tubuh ketika:
Selain gen, anggota keluarga juga cenderung mempunyai kebiasaan makan dan aktivitas yang mirip. Itu sebabnya, tidak jarang penderita obesitas memiliki anggota keluarga yang juga mengalami hal yang sama.
Tidak hanya dari keluarga, faktor lainnya yang bisa menjadi pemicu obesitas juga bisa berasal dari sendiri, yakni gaya hidup yang tidak sehat, seperti:
Banyak obat, baik dengan maupun tanpa resep dokter, bisa memicu efek samping berupa kenaikan berat badan. Beberapa obat-obatan dengan efek samping tersebut meliputi:
Beberapa obat tersebut dapat mengubah fungsi tubuh dan otak, sehingga nafsu makan pun meningkat. Peningkatan nafsu makan ini ternyata disertai dengan menurunnya tingkat metabolisme yang bisa memicu berat badan naik.
Siapa saja dapat mengalami obesitas, terlepas dari berapa pun usia penderitanya. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, perubahan hormon dan gaya hidup yang kurang aktif dapat berisiko terhadap penyakit ini.
Selain itu, jumlah otot pada tubuh juga cenderung menurun yang bisa menyebabkan penurunan metabolisme. Perubahan ini juga mengurangi kebutuhan kalori dan membuat Anda sulit untuk menurunkan berat badan.
Oleh sebab itu, para orang dewasa, termasuk lansia, perlu mulai mengontrol pola makan dan menjadi lebih aktif. Hal ini dilakukan agar Anda bisa menjaga berat badan meskipun sudah berumur lebih dari 50-60 tahun.
Bagi Anda yang sering mengalami stres mungkin perlu berhati-hati. Pasalnya, Anda cenderung lebih banyak makan ketika stres untuk memperbaiki suasana hati, terutama makanan manis.
Tanpa Anda sadari, konsumsi makanan pada saat seperti itu dapat membuat Anda makan lebih banyak. Akibatnya, penumpukan kalori, gula, dan lemak dalam tubuh pun tidak dapat dihindari. Alhasil, berat badan pun naik.
Banyak orang yang berhenti merokok mengeluhkan kenaikan berat badan yang sangat mungkin berisiko terhadap obesitas. Hal ini mungkin terjadi karena ketika berhenti merokok, makan menjadi cara mengalihkan keinginan untuk merokok.
Meski begitu, menghentikan kebiasaan merokok tentu memberikan manfaat yang lebih besar. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter guna mencegah kenaikan berat badan setelah berhenti merokok.
Bila obesitas tidak segera ditangani, ada sejumlah penyakit serius yang mengintai para penderitanya. Berikut bahaya obesitas yang perlu Anda waspadai.
Orang yang mengalami obesitas berisiko terhadap diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan penumpukan lemak tersebut dapat memengaruhi fungsi insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Selain diabetes, kegemukan juga dapat menyebabkan osteoarthritis. Pasalnya, obesitas meningkatkan tekanan pada tulang dan sendi yang menahan beban. Faktor ini yang nantinya memicu komplikasi seperti osteoartritis.
Tekanan darah dan kadar kolesterol yang tinggi juga kerap dialami oleh orang yang mengalami kegemukan. Kedua hal tersebut menjadi faktor risiko penyakit jantung dan stroke.
Selain ketiga penyakit di atas, ada beberapa masalah kesehatan lainnya yang bisa terjadi akibat seseorang mengalami obesitas, seperti:
Selain mengukur indeks massa tubuh (IMT), dokter juga akan menggunakan cara lainnya untuk mendiagnosis obesitas, seperti:
Tujuan dari pengobatan obesitas adalah menurunkan berat badan hingga mencapai kategori ideal dan mempertahankannya. Berat badan ideal dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi.
Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli diet atau dokter spesialis gizi untuk memahami bagaimana mengubah kebiasaan makan.
Di bawah ini ada sejumlah cara yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi obesitas.
Salah satu cara mengatasi obesitas yang penting yakni mengubah kebiasaan makan. Anda mungkin perlu bantuan dari dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa banyak kadar kalori yang dibutuhkan sesuai kondisi.
Begini, perubahan pola makan yang drastis, seperti diet ketat, tidak dapat membantu Anda menjaga berat badan berlebih dalam jangka panjang. Itu sebabnya, Anda perlu program penurunan berat badan khusus untuk meningkatkan peluang tersebut.
Perlu diingat bahwa tidak ada diet untuk obesitas yang terbaik. Anda bisa memilih salah satu yang menurut Anda akan berhasil sesuai kondisi yang dialami.
Meski begitu, perubahan pola makan untuk mengatasi kegemukan umumnya meliputi:
Selain pola makan, Anda juga perlu lebih banyak bergerak untuk membakar kalori yang masuk ke dalam tubuh. Para penderita obesitas disarankan untuk berolahraga intensitas sedang setidaknya 150 menit.
Bila ingin menurunkan berat badan secara signifikan, Anda mungkin bisa beraktivitas fisik selama 300 menit atau lebih dalam seminggu. Jika sudah terbiasa, Anda bisa meningkatkan durasi waktu ketika daya tahan tubuh ikut meningkat.
Ada banyak jenis aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk penderita obesitas, seperti:
Pada dasarnya, menurunkan berat badan yang paling baik adalah perubahan pola makan dan berolahraga. Namun, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun berat badan pada situasi tertentu.
Obat penurun berat badan biasanya digunakan bersama dengan pola makan, olahraga, dan terapi perilaku. Tujuan penggunaannya adalah membantu pasien menjalani diet rendah kalori dengan menghentikan rasa lapar.
Beberapa obat yang disebut anti obesitas ini antara lain:
Jika berat badan 100% di atas berat badan ideal atau BMI melebihi 40 dan gagal menerapkan metode yang disarankan, operasi mungkin akan dilakukan. Ada sejumlah jenis operasi yang ditujukan untuk mengatasi kegemukan, seperti:
Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter demi mendapatkan solusi yang tepat untuk Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar