Hipertensi yang tidak terkendali bisa meningkatkan risiko penyakit jantung pada lansia. Apalagi penerapan gaya hidup yang buruk sedari muda, juga bisa membuat penumpukan plak pada pembuluh darah sehingga menggaggu sirkulasi darah ke jantung.
Lansia dengan penyakit jantung perlu minum obat, agar kondisi jantung dan pembuluh darah di sekitarnya tidak semakin memburuk. Jika Anda tidak, penyakit jantung bisa menimbulkan komplikasi seperti serangan jantung.
Penggunaan obat pada lansia dengan penyakit jantung tidak berbeda jauh dengan pasien hipertensi. Hanya saja, ada beberapa obat penyakit jantung tambahan, seperti:
- Antikoagulan. Obat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah, contohnya obat heparin atau warfarin.
- Antiplatelet. Obat ini bertugas untuk mencegah trombosit darah saling menempel, contohnya clopidogrel, dipyridamole, dan prasugrel.
- Beta-blocker. Obat yang dapat mengatur ritme jantung kembali normal, contoh bisoprolol atau acebutolol.
- Obat penurun kolesterol. Kolesterol tinggi menyebabkan plak pada jantung terus terbentuk, sehingga dokter akan meresepkan obat ini pada pasien penyakit jantung. Contoh obatnya adalah simvastatin atau fluvastatin.
5. Stroke
Hipertensi dan penyakit jantung yang terus bertambah buruk bisa menyebabkan penyakit stroke. Kondisi ini menyebabkan sel-sel otak tertentu mati, sehingga fungsi tubuh tertentu akan mengalami gangguan.
Saat serangan stroke terjadi, pasien akan menerima perawatan darurat dengan penyuntikkan obat ateplase dalam kurun waktu 4,5 jam setelah gejala pertama muncul. Pada beberapa kasus dokter mungkin akan melakukan proses pengobatan lewat teknik pembedahan lebih lanjut.
Setelahnya, lansia akan menjalani rawat jalan dan perlu meminum obat yang sama dengan pasien pengidap hipertensi dan penyakit jantung
Panduan penggunaan obat pada lansia

Agar efektivitas obat dapat lansia dapatkan, penggunaan obat harus berhati-hati. Penting memerhatikan lansia tidak boleh melewatkan atau mengonsumsi lebih dari dosis yang dokter anjurkan. Namun, aturannya tidak hanya itu saja. Agar lebih jelas, berikut panduannya.
1. Awasi lansia ketika minum obat
Jangan biarkan lansia minum obat sendiri karena tindakan ini bisa sangat berisiko. Sebagai contoh, lansia salah membaca dosis obat sehingga takarannya tidak sesuai atau lupa minum obat karena sudah pikun.
Kelebihan atau kekurangan dosis dapat membuat obat tidak bekerja efektif, bisa jadi menimbulkan efek samping yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, keberadaan Anda sebagai anggota keluarga dalam merawat lansia atau perawat lansia sangat dibutuhkan.
Agar tidak lupa, Anda bisa mengandalkan aplikasi ponsel untuk membuat jadwal minum obat sekaligus pengingat. Selain itu, keberadaan Anda sebagai pengawas juga dapat mencegah lansia berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter atau membaginya dengan orang lain.
Jika Anda menghadapi masalah, seperti lansia menolak untuk minum obat, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter. Jangan menuruti keinginannya ini, karena bisa berdampak buruk bagi kesehatannya kelak.
2. Pindahkan dalam wadah bersih
Wadah plastik yang umum memiliki aturan pemakaiannya tertera pada permukaan plastik. Nah, gesekan pada plastik bisa membuat label obat menjadi pudar, sehingga nantinya akan menyulitkan untuk mengetahui informasi dari obat tersebut.
Jadi, akan lebih baik jika obat tersebut Anda pindahkan dalam wadah bersih. Kemudian, buat kembali informasi obat pada bagian depan wadah dengan kertas label dan lapisi dengan selotip agar tidak hilang terkena gesekan atau air. Simpan obat di tempat yang bersih dan jauh dari jangkauan anak-anak.
Agar tidak lupa, buat catatan ulang mengenai informasi obat yang dokter resepkan. Sewaktu-waktu catatan ini bisa membantu Anda ketika wadah obat rusak.
3. Perhatikan efek samping
Penggunaan obat pada lansia tidak lepas dengan efek samping, baik itu ringan atau parah. Untuk mengetahuinya, Anda bisa menanyakan langsung pada dokter. Lalu, perhatikan juga bagaimana kondisi lansia, kakek, nenek atau anggota keluarga setelah mengonsumsi obat.
Jika menimbulkan efek samping yang mengkhawatirkan, jangan ragu konsultasi ke dokter. Dokter mungkin akan mempertimbangkan obat lain dengan khasiat sama tapi efek samping lebih rendah pada lansia.