Apakah obat klortalidon aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Berdasarkan data US Food and Drug Administration (FDA), obat ini masuk dalam kategori B. Ini berarti, belum ada temuan yang menunjukkan risiko penggunaannya pada ibu hamil.
Namun, penggunaan diuretik untuk mengatasi hipertensi dan edema pada ibu hamil sebaiknya dihindari.
Penggunaannya disebut meningkatkan risiko hipovolemia, yakni kondisi ketika volume darah dan cairan dalam tubuh berkurang secara drastis.
Selain itu, beberapa laporan juga menyebut bahwa penggunaan obat ini berkaitan dengan risiko:
- masalah pada sumsum tulang janin,
- trombositopenia (jumlah keping darah rendah), dan
- jaundice pada janin atau bayi baru lahir.
Obat klortalidon juga dapat masuk ke dalam ASI. Kondisi tersebut bisa memengaruhi kesehatan bayi yang mendapatkan ASI.
Oleh sebab itu, saat sedang menyusui, Anda harus memilih antara meminum obat atau tetap memberikan ASI. Konsultasikan ke dokter untuk menentukan pilihan yang tepat.
Interaksi klortalidon dengan obat lain
Chlorthalidone dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain. Sampaikan pada dokter apabila Anda mengonsumsi obat-obatan seperti:
- obat hipertensi lain seperti ACE inhibitor, ARBs, dan beta blocker,
- obat diabetes,
- digoksin, dan
- litium.
Daftar di atas mungkin tidak mencakup semua obat yang dapat berinteraksi dengan chlorthalidone. Maka dari itu, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum memakai obat ini.
Fakta seputar klortalidon
- Merupakan obat untuk mengatasi hipertensi, edema, dan diabetes insipidus.
- Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan dan garam yang tidak diperlukan tubuh lewat urine.
- Dosis penggunaan berbeda pada setiap orang, tergantung penyakit dan usianya.
- Tidak boleh digunakan dengan obat seperti obat diabetes, digoksin, dan lithium karena bisa memicu interaksi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar