Tekanan darah tinggi juga bisa berisiko memengaruhi kemampuan untuk berpikir dan mengingat. Salah satu hal yang mungkin terjadi pada kondisi ini, yaitu demensia. Demensia menyebabkan seseorang kehilangan memori, merasa kebingungan, perubahan suasana hati dan kepribadian, cacat fisik, dan kesulitan menjalankan kehidupan yang normal dalam kesehariannya.
Hipertensi pada lansia pun bisa berakibat fatal bila mengonsumsi obat darah tinggi tanpa hati-hati. Dokter umumnya meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah lansia secara perlahan. Ini dilakukan untuk menghindari reaksi penurunan tekanan darah mendadak (hipotensi).
Penurunan tekanan darah drastis bisa sangat berbahaya bagi lansia. Kondisi ini bisa membuat lansia sering mengalami pusing, tubuh goyah, dan sensasi ingin pingsan, hingga rentan jatuh. Adapun jatuh bisa menyebabkan patah tulang atau cedera serius lainnya, sebab tulang lansia sudah mengalami pengeroposan dan penipisan.
Berbagai cara mengontrol hipertensi pada lansia

Tidak seperti orang dewasa muda, para ahli menetapkan tekanan darah normal untuk lansia perlu dijaga di bawah 140/90 mmHg. Adapun tekanan darah di atas 140/90 mmHg sudah tergolong mengalami hipertensi.
Untuk dapat mencapai target tersebut, lansia perlu melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Selain untuk menurunkan tekanan darah, penerapan gaya hidup ini juga dapat mencegah tekanan darah tinggi lebih parah.
1. Olahraga teratur
Olahraga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan mempertahankan berat badan yang sehat. Untuk lansia, Anda disarankan rutin berolahraga, setidaknya selama 30 menit setiap hari. Lakukanlah olahraga yang ringan, seperti berjalan kaki.
2. Perhatikan asupan makanan
Mulailah membatasi asupan makanan berlemak dan tinggi garam agar hipertensi dapat dicegah pada lansia. Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh dengan mengikuti pedoman diet DASH yang dibuat khusus untuk orang-orang hipertensi, termasuk pada lansia.
3. Konsumsi obat hipertensi
Bila menerapkan gaya hidup dirasa belum cukup, dokter mungkin saja meresepkan obat hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Namun, pemberian obat hipertensi pada lansia harus berhati-hati.
Obat penurun tekanan darah yang biasa diberikan pada orang yang lebih muda justru bisa berbahaya bagi lansia. Pasalnya, obat darah tinggi memiliki efek samping yang mungkin akan berdampak lebih besar pada lansia.
Obat hipertensi beta blocker, seperti inderal atau toprol Xl (metoprolol), bisa semakin memperlambat detak jantung lansia.
Selain iu, menggabungkan obat hipertensi ACE inhibitor, seperti lotensin atau vasotec (enalapril), dengan angiotensin II receptor blocker (ARB), seperti diovan atau benicar, juga dapat meningkatkan risiko gagal ginjal dan kematian pada lansia. Umumnya, obat ini hanya digunakan bersamaan untuk tekanan darah tinggi sistolik tertentu yang terkait dengan penyakit katup jantung.
Adapun obat hipertensi yang umumnya aman untuk lansia, yaitu diuretik. Diuretik terbukti aman untuk digunakan berulang kali dan efektif untuk sebagian besar penderita hipertensi.
Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan dokter mengenai konsumsi obat hipertensi. Dokter akan meresepkan obat yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.
4. Rutin cek tekanan darah
Mengecek tekanan darah secara rutin juga merupakan salah satu langkah mencegah dan mengatasi hipertensi pada lansia. Sebaiknya, pengecekan darah tidak hanya dilakukan di dokter atau pusat layanan kesehatan.
Risiko terkena hipertensi dapat dikurangi apabila melakukan cek tekanan darah di rumah secara mandiri, tidak terkecuali pada lansia. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter mengenai alat tensimeter yang sesuai dengan kondisi hipertensi pada lansia.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar