Kata orang, memiliki panggul besar bagi seorang wanita merupakan suatu keberuntungan. Sebab tandanya, Anda akan lebih mudah melahirkan. Sebaliknya, bagi ibu dengan pinggul kecil biasanya akan mengalami kesulitan saat melahirkan normal, terlebih jika ukuran tubuh bayi sangat besar. Kondisi di mana ukuran kepala atau badan bayi lebih besar daripada ukuran panggul ibu adalah cephalopelvic disproportion (CPD).
Apa itu CPD? Jika ingin tau lebih dalam seputar cephalopelvic disproportion (CPD), berikut ulasannya.
Apa itu cephalopelvic disproportion (CPD)?
Bila ibu belum pernah mendengar kondisi ini, cephalopelvic disproportion terdengar cukup asing. Itu sebabnya ibu mungkin bertanya-tanya apa itu CPD?
Pengertian cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang terjadi ketika ukuran tubuh bayi terlalu besar untuk masuk melewati panggul ibu.
Dengan kata lain, pengertian CPD atau cephalopelvic disproportion adalah kondisi yang bisa dipicu karena ketidakcocokan antara ukuran panggul ibu hamil dengan ukuran kepala bayi.
Cephalopelvic disproportion atau CPD adalah satu dari berbagai komplikasi yang bisa terjadi saat persalinan.
Komplikasi persalinan ini bisa terjadi entah karena ukuran kepala bayi yang terlalu besar atau ukuran panggul ibu yang terlalu kecil.
Meski ukuran panggul ibu dapat memengaruhi proses kelahiran bayi, cephalopelvic disproportion tidak selalu berarti ukuran panggul ibu kurang memadai untuk melahirkan.
Di sisi lain, posisi janin yang tidak tepat menjelang proses persalinan adalah salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya cephalopelvic disproportion atau CPD.
Sebab ini artinya, bayi di dalam kandungan tidak berada pada posisi yang sesuai untuk dilahirkan sehingga sulit melalui panggul ibu.
Mengingat persalinan merupakan proses yang bisa datang secara tiba-tiba, pastikan ibu sudah menyediakan persiapan persalinan dan perlengkapan melahirkan sebelumnya.
Apa penyebab CPD?
CPD atau cephalopelvic disproportion adalah kondisi yang tidak terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba.
Ada banyak hal yang menjadi alasan di balik CPD pada ibu hamil sampai akhirnya melahirkan.
Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab cephalopelvic disproportion atau CPD adalah sebagai berikut:
- Ukuran bayi terlalu besar karena faktor keturunan, ibu menderita diabetes gestasional, postmaturity (belum melahirkan saat usia kehamilan sudah matang), dan multiparitas (bukan kehamilan yang pertama).
- Posisi bayi dalam kandungan yang tidak normal atau bayi sungsang.
- Ukuran panggul ibu yang cenderung lebih kecil ketimbang ukuran panggul normal pada umumnya.
- Bentuk panggul ibu tidak normal.
- Ada pertumbuhan tulang yang tidak normal pada panggul ibu.
- Ibu mengalami spondylolisthesis atau salah satu tulang belakang berpindah posisi.
Apa gejala cephalopelvic disproportion?
Cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang bisa terjadi selama proses persalinan sehingga akhirnya menimbulkan gejala tertentu.
Gejala CPD adalah sebagai berikut:
- Kemungkinan CPD semakin besar jika bayi di dalam kandungan terus berada di posisi yang sama tanpa perubahan meski ibu telah mengalami kontraksi melahirkan berkali-kali.
- Ibu yang mengalami CPD atau cephalopelvic disproportion tetap menunjukkan berbagai tanda-tanda melahirkan, termasuk pembukaan lahiran dan air ketuban pecah.
Kondisi tersebut dapat menjadi tanda bahwa bayi sulit melewati panggul ibu sehingga proses melahirkan normal memakan waktu lama.
Namun, masih ada gejala cephalopelvic disproportion atau CPD lainnya yang bisa menjadi pertanda.
Dokter dan tim medis akan mencari tahu berbagai penyebab bayi sulit dilahirkan melalui vagina selama proses melahirkan di rumah sakit.
Selanjutnya dapat dicari tahu apakah kondisi yang Anda alami adalah salah satu gejala cephalopelvic disproportion (CPD) atau bukan.
Sementara bila ibu melahirkan di rumah, penanganan terkait komplikasi melahirkan mungkin tidak secepat saat di rumah sakit.
Melahirkan di rumah sakit maupun di rumah punya proses yang sama yakni ibu diminta untuk menerapkan teknik pernapasan saat melahirkan dan cara mengejan saat melahirkan.
Apa faktor risiko cephalopelvic disproportion?
Selain penyebab, cephalopelvic disproportion juga memiliki berbagai faktor risiko.
Beragam faktor risiko yang dapat memperbesar peluang terjadinya cephalopelvic disproportion atau CPD adalah sebagai berikut:
- Ibu mengalami obesitas saat hamil
- Pernah menjalani persalinan dengan operasi caesar sebelumnya
- Ada penumpukan air ketuban yang terlalu banyak selama kehamilan (polihidramnion)
- Usia kehamilan lebih dari 41 minggu
- Ibu sudah pernah hamil sebelumnya
- Hamil usia tua misalnya ibu berusia 35 tahun atau lebih
- Ibu bertubuh pendek
- Ukuran diameter panggul ibu kurang dari 9,5 sentimeter (cm)
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko cephalopelvic disproportion atau CPD adalah tinggi badan ibu yang rendah.
Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm berisiko tinggi mengalami masalah saat melahirkan normal.
Ini karena ibu dengan tinggi badan pendek atau di bawah 145 cm biasanya mempunyai ukuran panggul yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran kepala bayi.
Kondisi ini adalah salah satu hal yang membuat ibu bertubuh pendek berisiko mengalami CPD sehingga sulit melahirkan normal melalui vagina.
Bagaimana cara mendiagnosis cephalopelvic disproportion?
Berdasarkan American Pregnancy Association, cephalopelvic disproportion biasanya baru bisa didiagnosis dengan jelas saat persalinan normal berlangsung.
CPD adalah kasus yang jarang terlihat sebelum persalinan dimulai. Akan tetapi, ada berbagai pemeriksaan medis yang bisa dilakukan dokter untuk membantu mengetahui ukuran panggul ibu dan kepala bayi.
Beragam pilihan pemeriksan untuk mengetahui kemungkinan adanya cephalopelvic disproportion atau CPD adalah sebagai berikut:
- Pemeriksaan fisik pada panggul dengan mengukur langsung untuk mengetahui berapa diameternya
- Ultrasonografi (USG) dapat membantu mengukur panggul ibu dan kepala bayi
- MRI (magnetic resonance imaging) pelvis untuk menilai ukuran panggul ibu serta posisi bayi di dalam kandungan
Lagi-lagi, cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang baru benar-benar dapat dipastikan terjadi saat proses persalinan normal.
Jika selama melakukan pemeriksaan kehamilan dokter menduga adanya cephalopelvic disproportion, persalinan normal mungkin masih bisa diusahakan.
Hanya saja, dokter dan tim medis harus siap untuk segera beralih ke operasi caesar jika persalinan normal dirasa tidak memungkinkan.
Bagaimana penanganan cephalopelvic disproportion?
Sama seperti kondisi medis lainnya, salah satu upaya untuk memulihkan CPD adalah dengan menjalani pengobatan.
Perawatan untuk kondisi cephalopelvic disproportion dapat berbeda-beda.
Perbedaan perawatan masing-masing kondisi cephalopelvic disproportion atau CPD adalah dari tingkat keparahan dan waktu diagnosisnya.
Jika dokter mendiagnosis Anda mengalami cephalopelvic disproportion saat dilakukan pemeriksaan kehamilan, operasi caesar mungkin sudah mulai direncanakan.
Dalam kasus lain, CPD adalah kondisi yang dapat ditangani dengan cara lain apabila baru terlihat saat persalinan normal berlangsung.
Kondisi ini biasanya mau tidak mau membuat persalinan normal tidak dilanjutkan dan dokter melakukan tindakan operasi caesar segera.
Cara lain untuk menangani cephalopelvic disproportion atau CPD saat persalinan adalah dengan symphysiotomy atau pembedahan tulang rawan pada kemaluan.
Apa risiko komplikasi dari CPD?
Cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang tidak bisa dipaksakan untuk tetap menjalani proses melahirkan normal.
Ketika Anda mengalami CPD tetapi tetap memaksa melahirkan normal, ini justru berisiko menimbulkan komplikasi lainnya.
Beberapa kemungkinan komplikasi yang muncul karena cephalopelvic disproportion atau CPD adalah sebagai berikut:
- Persalinan macet atau distosia (prolonged labor). Proses persalinan yang berlangsung terlalu lama karena bayi sulit dikeluarkan berisiko membuatnya kekurangan asupan oksigen.
- Distosia bahu. Ketika salah satu bahu bayi masih berada atau tersangkut di dalam vagina, padahal kepalanya sudah berhasil berada di luar.
- Peningkatan tekanan pada tali pusar (prolaps tali pusat). Pengaruh ukuran panggul yang kecil dan sulit saat melahirkan, berisiko membuat bayi terlilit tali pusar sehingga kekurangan oksigen.
Bukan itu saja, cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang juga dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi akibat cephalopelvic disproportion atau CPD adalah cedera permanen pada kepala bayi dan perdarahan di otak.
Jadi, apa benar wanita berpanggul kecil lebih sulit melahirkan normal?
Mungkin Anda bertanya-tanya mengenai kemungkinan melahirkan normal jika memiliki ukuran panggul kecil. Begini, rongga panggul memang merupakan jalan keluarnya bayi saat dilahirkan.
Namun, ukuran rongga panggul tidak dapat dijadikan patokan apakah akan terjadi masalah saat melahirkan bayi.
Jika ukuran panggul kecil dan ukuran bayi juga kecil, mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah saat ibu ingin melahirkan normal.
Masalahnya biasanya datang saat ukuran panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala bayi. Di mana ukuran panggul ibu kecil dan ukuran bayi lebih besar daripada panggul ibu.
Hal inilah yang membuat bayi tidak memungkinkan untuk lahir dengan cara normal. Artinya, kondisi yang Anda alami adalah CPD.
Di sinilah Anda membutuhkan operasi caesar, bahkan di tengah-tengah proses melahirkan normal yang tidak lagi memungkinkan.
Hal ini juga dijelaskan dalam Scandinavian Association of Obstetricians and Gynaecologists.
Ini karena panggul kecil membuat proses melahirkan normal lebih lambat dan ini sangat berisiko bagi ibu dan bayinya.
Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kasus yang terbilang jarang dan sulit untuk didiagnosis sebelum waktu kelahiran.
Maka itu, jangan langsung berasumsi Anda memiliki panggul kecil sehingga tidak dapat melahirkan normal.
Sebab, kondisi ini bisa tergantung dari kesesuaian ukuran antara panggul ibu dan kepala bayi.
[embed-health-tool-due-date]