backup og meta

11 Manfaat Tahu, Cegah Sembelit hingga Kurangi Risiko Kanker

11 Manfaat Tahu, Cegah Sembelit hingga Kurangi Risiko Kanker

Bagi orang Indonesia, makan tahu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tahu dikenal sebagai sumber protein nabati yang baik bagi tubuh. Rasanya yang gurih membuatnya disukai banyak orang. Selain rasa yang nikmat, tahu memiliki kandungan gizi yang memiliki manfaat melimpah.

Kandungan gizi dalam tahu

Tahu adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar kacang kedelai.

Di Indonesia, terdapat berbagai jenis tahu. Ada yang berwarna putih, kuning, atau coklat. Ada pula tahu bertekstur padat, lembut, dan sangat lembut seperti sutra.

Tahu memiliki ragam kandungan gizi yang baik untuk kesehatan Anda. Berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia berikut kandungan gizi 100 gram tahu.

  • Air: 82,2 gram (g).
  • Kalori: 80 kkal.
  • Protein: 10,9 g.
  • Lemak: 4,7 g.
  • Karbohidrat: 0,8 g.
  • Serat: 0,1 g.
  • Kalsium: 223 miligram (mg).
  • Fosfor: 183 mg.
  • Zat besi: 3,4 mg.
  • Natrium: 2 mg.
  • Kalium: 50,6 mg.
  • Thiamin (vitamin B1): 0,01 mg.
  • Tembaga: 0,19 mg.
  • Seng (zinc): 0,8 mg.
  • Beta Karoten: 118 microgram (mcg).
  • Riboflavin (vitamin B2): 0,08 mg.
  • Niasin: 0,1 mg.

Tahu merupakan sumber protein bagi vegetarian karena bisa menggantikan kebutuhan gizi yang didapat dari daging.

Selain kandungan di atas, tahu juga memiliki fitoestrogen yaitu isoflavon, serta mineral magnesium, selenium, dan mangan.

Ragam manfaat tahu untuk kesehatan Anda

Berdasarkan kandungan gizi tersebut, berikut adalah khasiat tahu yang bisa Anda nikmati:

1. Mengurangi risiko penyakit jantung

Kandungan isoflavon di dalam tahu memiliki sifat antioksidan yang dapat mengurangi peradangan pada pembuluh darah.

Tak hanya itu, kandungan serat dalam tahu bisa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) serta meningkatkan kolesterol baik (HDL).

Oleh karena itu, seseorang yang secara rutin mengonsumsi tahu dan membatasi konsumsi daging memiliki risiko hipertensi dan penyakit jantung yang lebih rendah.

2. Menurunkan risiko kanker payudara

Fitoestrogen dan kanker seringkali dikaitkan. Kandungan ini disebut mirip dengan hormon estrogen pada wanita.

Meski demikian, efek kandungan ini tidak selalu sama dengan estrogen.

Fitoestrogen pada kacang kedelai dan produknya justru memiliki efek antiestrogenik pada jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan risiko kanker payudara.

3. Mengurangi risiko kanker prostat

Tidak hanya kanker payudara, mengonsumsi tahu secara rutin juga dapat membantu mengurangi risiko kanker prostat.

Sama seperti kanker payudara, manfaat ini dapat Anda peroleh karena kandungan fitoestrogen (isoflavon) dalam tahu.

Namun, tak hanya itu, kandungan selenium pada tahu juga memiliki sifat antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel penyebab kanker prostat.

4. Menurunkan risiko kanker saluran pencernaan

Kandungan isoflavon juga diyakini dapat menurunkan risiko kanker di saluran pencernaan, seperti kanker lambung dan kanker kolorektal.

Khasiat ini ditemukan dalam penelitian tahun 2016 pada European Journal of Nutrition.

Berdasarkan studi tersebut, asupan kedelai dan produknya yang lebih tinggi terkait dengan penurunan risiko kanker sistem pencernaan sebesar 7 persen.

5. Mencegah obesitas

Tahu rebus berkalori rendah. Oleh karena itu, olahan kedelai ini cocok dikonsumsi bagi Anda yang sedang menurunkan berat badan.

Selain itu, tahu cukup mengenyangkan sehingga mengonsumsi makanan ini dapat membantu mencegah makan secara berlebihan.

Ada pun hal tersebut dapat membantu mencegah obesitas dan masalah terkait berat badan lainnya.

6. Melancarkan sistem pencernaan

Kacang kedelai beserta produknya, termasuk tahu, kaya akan serat yang dapat membantu melancarkan sistem pencernaan Anda.

Dikutip dari Mayo Clinic, makanan berserat tinggi dapat membantu mengontrol gerak usus, sehingga terhindar dari penyakit pada sistem pencernaan, terutama sembelit.

Tak hanya itu, kandungan serat dalam tahu juga memiliki khasiat untuk meredakan gejala sindrom iritasi usus besar (IBS).

7. Mengurangi risiko diabetes tipe 2

Serat di dalam kacang kedelai dan tahu juga dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2.

Selain itu, beberapa penelitian menemukan bahwa isoflavon dalam tahu dapat mengontrol kadar gula darah dan mencegah resistensi insulin.

Meski demikian, masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya.

8. Meredakan gejala menopause

Pada wanita, manfaat makan tahu tidak hanya dapat mengurangi risiko kanker payudara, tetapi juga bisa membantu meredakan gejala menopause, seperti hot flashes.

Kemungkinan potensi ini berasal dari kandungan fitoestrogen yang ada dalam tahu.

Bahkan, efek fitoestrogen ini mirip dengan terapi pengganti hormon meski membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendapatkan manfaatnya.

9. Menurunkan risiko osteoporosis

meningkatkan kepadatan tulang

Tahu juga kaya akan kalsium. Bahkan, faktanya, kalsium dalam satu porsi tahu atau sebanyak 4 ons sama dengan kandungan kalsium dalam 8 ons susu sapi.

Oleh karena itu, mengonsumsi tahu dapat membantu meningkatkan kesehatan tulang.

Bahkan, kandungan kalsium beserta dengan isoflavon dalam tahu juga bisa mengurangi risiko osteoporosis pada wanita menopause.

10. Menjaga fungsi otak

Kandungan isoflavon dalam kacang kedelai dan produknya, termasuk tahu, juga memiliki efek positif pada otak, terutama pada fungsi kognitif atau daya ingat.

Berdasarkan studi tahun 2014 pada jurnal Maturitas, efek neuroprotektif dari senyawa fitoestrogen membantu memengaruhi fungsi kognitif pada hewan.

Namun, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitasnya pada manusia.

11. Meningkatkan elastisitas kulit

Khasiat isoflavon atau fitoestrogen dalam tahu juga bisa terlihat pada kulit Anda.

Beberapa penelitian menemukan bahwa kandungan isoflavon dapat mengurangi tanda penuaan kulit, seperti keriput dan perubahan warna kulit.

Selain itu, kandungan ini dapat membantu menjaga elastisitas kulit Anda.

Tips menyimpan tahu agar terjaga nutrisinya

Tahu yang Anda beli dari supermarket atau pasar sebenarnya sudah berada dalam kondisi matang karena telah melalui proses perebusan. Sebenarnya, Anda bisa langsung mengonsumsi tahu tersebut.

Hanya saja, Anda harus membuang terlebih dahulu air dalam bungkus tahu, serta membersihkan tahu dengan air matang.

Bila tidak langsung Anda makan setelah membeli, Anda bisa menyimpan tahu kemasan di kulkas.

Jika disimpan dalam kulkas, tahu bisa bertahan hingga satu minggu, sehingga masih bisa Anda makan pada kemudian hari.

Agar lebih awet, tahu juga bisa Anda bekukan dalam freezer dan bisa bertahan hingga lima bulan.

Dengan cara penyimpanan ini, Anda bisa memasak tahu kapan pun Anda mau dengan berbagai resep masakan tahu yang nikmat dan juga sehat.

Ringkasan

Konsumsi tahu bisa mencegah penyaki jantung, melancarkan sistem pencernaan, mengurangi risko diabetes, hingga meredakan gejala menopause. Namun, makanan ini tidak dapat disimpan lama meski dalam kulkas, kecuali di freezer. Segera konsumsi setelah Anda membelinya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Liu, Z., Chen, Y., & Ho, S. (2011). Effects of soy intake on glycemic control: a meta-analysis of randomized controlled trials. The American Journal Of Clinical Nutrition, 93(5), 1092-1101. doi: 10.3945/ajcn.110.007187.

Rekha, C., & Vijayalakshmi, G. (2011). Influence of processing parameters on the quality of soycurd (tofu). Journal Of Food Science And Technology, 50(1), 176-180. doi: 10.1007/s13197-011-0245-z.

How to add more fiber to your diet. (2023). Retrieved 18 August 2023, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/fiber/art-20043983#:~:text=Dietary%20fiber%20increases%20the%20weight,Helps%20maintain%20bowel%20health

Soy-rich foods like tofu may help lower heart disease risk. (2023). Retrieved 18 August 2023, from https://www.heart.org/en/news/2020/03/23/soy-rich-foods-like-tofu-may-help-lower-heart-disease-risk 

Tofu and Nutrition: The Latest Research | NutritionFacts.org. (2023). Retrieved 18 August 2023, from https://nutritionfacts.org/topics/tofu/ 

Kweon, S., Shu, X., Xiang, Y., Cai, H., Yang, G., & Ji, B. et al. (2013). Intake of Specific Nonfermented Soy Foods May Be Inversely Associated with Risk of Distal Gastric Cancer in a Chinese Population. The Journal Of Nutrition, 143(11), 1736-1742. doi: 10.3945/jn.113.177675.

Ko, K., Park, S., Yang, J., Ma, S., Gwack, J., & Shin, A. et al. (2013). Intake of Soy Products and Other Foods and Gastric Cancer Risk: A Prospective Study. Journal Of Epidemiology, 23(5), 337-343. doi: 10.2188/jea.je20120232.

Tse, G., & Eslick, G. (2014). Soy and isoflavone consumption and risk of gastrointestinal cancer: a systematic review and meta-analysis. European Journal Of Nutrition, 55(1), 63-73. doi: 10.1007/s00394-014-0824-7.

Curtis, P., Sampson, M., Potter, J., Dhatariya, K., Kroon, P., & Cassidy, A. (2012). Chronic Ingestion of Flavan-3-ols and Isoflavones Improves Insulin Sensitivity and Lipoprotein Status and Attenuates Estimated 10-Year CVD Risk in Medicated Postmenopausal Women With Type 2 Diabetes. Diabetes Care, 35(2), 226-232. doi: 10.2337/dc11-1443.

Beavers, D. P., Beavers, K. M., Miller, M., Stamey, J., & Messina, M. J. (2012). Exposure to isoflavone-containing soy products and endothelial function: a Bayesian meta-analysis of randomized controlled trials. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases, 22(3), 182-191.

Soni, M., Rahardjo, T. B. W., Soekardi, R., Sulistyowati, Y., Yesufu-Udechuku, A., Irsan, A., & Hogervorst, E. (2014). Phytoestrogens and cognitive function: a review. Maturitas, 77(3), 209-220.

Versi Terbaru

24/08/2023

Ditulis oleh Ihda Fadila

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

4 Manfaat Makan Kedelai pada Saat Sahur

Tahu untuk Bayi: Manfaat, Jenis, dan Cara Menyajikannya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 24/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan