backup og meta

6 Manfaat Penting Mineral Selenium untuk Tubuh

6 Manfaat Penting Mineral Selenium untuk Tubuh

Tubuh manusia membutuhkan berbagai jenis mineral untuk menjalankan fungsinya, termasuk mineral dalam jumlah sedikit seperti selenium. Apa manfaat mineral selenium bagi kesehatan dan apa saja sumber makanannya?

Apa itu selenium?

Selenium adalah mineral yang ditemukan pada tanah, air, dan beberapa jenis makanan.

Mineral ini memiliki dua bentuk, yaitu organik (selenomethionine dan selenocysteine) dan anorganik (selenate dan selenite).

Sebagian besar selenium yang Anda dapat dari makanan akan tersimpan pada tulang.

Selenium juga berikatan dengan asam amino yang disebut metionin sehingga mineral ini banyak ditemukan dalam bentuk selenomethionine.

Mengacu angka kecukupan gizi yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, kebutuhan selenium bagi laki-laki dewasa yakni 30 mikrogram per hari.

Sementara itu, kebutuhan perempuan berkisar antara 24 – 25 mcg per hari.

Selenium membantu menjalankan berbagai fungsi tubuh, seperti sistem imun, hormon, dan peredaran darah.

Apabila seseorang mengalami kekurangan mineral ini, ia dapat mengalami masalah berupa:

  • penurunan daya tahan tubuh,
  • melemahnya otot,
  • kesulitan berkonsentrasi,
  • rambut rontok, serta
  • masalah kesuburan pada laki-laki maupun perempuan.

Makanan sehari-hari sebenarnya bisa membantu Anda memenuhi kebutuhan selenium.

Namun, kandungan selenium pada buah dan sayuran bisa berbeda-beda, tergantung kondisi tanah yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman-tanaman ini.

Manfaat selenium bagi kesehatan

penyebab demensia pikun

Selenium merupakan mineral penting bagi sistem kekebalan tubuh, peredaran darah, otak dan saraf, serta DNA.

Dengan memenuhi kebutuhan selenium setiap hari, Anda bisa mendapatkan manfaat di bawah ini.

1. Membantu fungsi kognitif otak

Fungsi kognitif meliputi kemampuan otak dalam menyimpan dan memproses informasi dari luar.

Beragam faktor dapat menurunkan fungsi ini, termasuk kerusakan sel otak akibat zat buangan yang berasal dari reaksi kimia tertentu di dalam tubuh.

Tubuh menggunakan selenium untuk membuat enzim yang disebut selenoprotein.

Selain menjadi enzim, zat ini berperan sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan pada sel dengan mengubah zat kimia buangan tersebut menjadi bahan lain.

2. Mengurangi risiko penyakit Alzheimer

Risiko seseorang untuk mengalami penyakit Alzheimer dapat meningkat akibat dampak radikal bebas.

Molekul berbahaya ini merusak sel otak sehingga kemampuan memori dan berpikir seseorang menurun dari waktu ke waktu.

Namun, sebuah penelitian dalam European Journal of Nutrition mengungkap bahwa asupan selenium dapat meningkatkan kemampuan ingatan penderita.

Dengan kata lain, kecukupan mineral ini mungkin dapat mengurangi risiko pikun dan penyakit Alzheimer.

3. Memperkuat kekebalan tubuh

Selenium memberikan manfaat besar bagi kekebalan tubuh Anda.

Sifat antioksidannya membantu menangkal radikal bebas dan peradangan di dalam tubuh. Hasilnya, sel-sel kekebalan mampu bekerja lebih kuat untuk melawan penyakit.

Penelitian pun telah membuktikan bahwa pemberian suplemen membantu meringankan gejala pada orang-orang dengan HIV.

Bahkan, suplemen bisa memperkuat sistem imun penderita flu, tuberkulosis (TBC), hingga penyakit hepatitis C.

4. Memelihara kesehatan kelenjar tiroid

Tiroid merupakan kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terdapat pada leher. Kelenjar ini memproduksi hormon yang mengontrol berbagai fungsi tubuh.

Asupan selenium punya manfaat agar kelenjar tiroid tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Kekurangan selenium dapat meningkatkan risiko gangguan tiroid, seperti rendahnya produksi hormon tiroid (hipotiroidisme) dan penyakit Hashimoto.

Konsumsi suplemen mungkin bisa mengatasinya, tapi para ahli masih perlu menelitinya lebih lanjut.

5. Menjaga kesehatan jantung

Asupan selenium yang cukup memberikan manfaat bagi kesehatan jantung. Mineral ini meningkatkan kadar zat disebut glutathione peroxidase.

Sebagai antioksidan kuat, zat ini membantu mengurangi peradangan yang dapat merusak sel tubuh dan jantung.

Sebaliknya, defisiensi dapat meningkatkan risiko pembentukan plak yang menyumbat pembuluh arteri.

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berujung menyebabkan stroke, penyakit jantung, hingga gagal jantung yang berakibat fatal.

6. Menurunkan risiko kanker

Berkat fungsinya sebagai antioksidan serta perannya dalam sistem imun, selenium mungkin bisa membantu mencegah kanker.

Berbagai penelitian pun menunjukkan kaitan mineral ini dengan penurunan risiko kanker prostat, paru, kulit, dan lambung.

Asupan suplemen selenium berkaitan dengan penurunan risiko kanker prostat sebesar 22% dan kanker kandung kemih sebesar 33 persen.

Meski demikian, perlu diketahui bahwa penelitian terkait hal ini masih menunjukkan hasil yang beragam.

Selenium merupakan mineral penting bagi tubuh, terutama untuk sistem imun, fungsi otak, dan peredaran darah.

Guna mencegah dampak negatif akibat kekurangan selenium, pastikan Anda memenuhi kebutuhannya lewat asupan bergizi seimbang.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. (2019). Retrieved 29 March 2021, from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/129886/Permenkes%20Nomor%2028%20Tahun%202019.pdf

Selenium. (2021). Retrieved 29 March 2021, from https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/selenium/

Selenium in diet. (2020). Retrieved 29 March 2021, from https://medlineplus.gov/ency/article/002414.htm

Selenium. (2021). Retrieved 29 March 2021, from https://ods.od.nih.gov/factsheets/Selenium-HealthProfessional/

Shreenath AP, Ameer MA, Dooley J. Selenium Deficiency. [Updated 2021 Feb 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482260/

González-Domínguez, R., García-Barrera, T., & Gómez-Ariza, J. L. (2014). Homeostasis of metals in the progression of Alzheimer’s disease. Biometals : an international journal on the role of metal ions in biology, biochemistry, and medicine, 27(3), 539–549. https://doi.org/10.1007/s10534-014-9728-5

Rita Cardoso, B., Apolinário, D., da Silva Bandeira, V., Busse, A., Magaldi, R., Jacob-Filho, W. and Cozzolino, S., 2015. Effects of Brazil nut consumption on selenium status and cognitive performance in older adults with mild cognitive impairment: a randomized controlled pilot trial. European Journal of Nutrition, 55(1), pp.107-116.

Dennert, G., Zwahlen, M., Brinkman, M., Vinceti, M., Zeegers, M. P., & Horneber, M. (2011). Selenium for preventing cancer. The Cochrane database of systematic reviews, (5), CD005195. https://doi.org/10.1002/14651858.CD005195.pub2

Versi Terbaru

27/01/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Bantu Cegah Penyakit, Ini Peran Vitamin C, D, dan Kalsium di Sistem Imun

Suplemen Vitamin & Mineral yang Penting untuk Vegetarian


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 27/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan