Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes melitus yang menyebabkan kadar gula darah tinggi yang umumnya disebabkan pola hidup yang tidak sehat.
Ditinjau secara medis oleh dr. Jimmy Tandradynata, Sp.PD · Penyakit Dalam · RS Siloam Karawaci (Siloam Hospital Lippo Village)
Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes melitus yang menyebabkan kadar gula darah tinggi yang umumnya disebabkan pola hidup yang tidak sehat.
Penyakit ini juga disebut adult-onset diabetes karena biasanya menyerang orang dewasa atau lansia.
Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menyerang orang yang berusia muda karena sejumlah faktor risikonya.
Ketahui gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan diabetes tipe 2 dalam ulasan berikut.
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah kondisi yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
Pada diabetes tipe 1, tingginya kadar gula darah disebabkan oleh organ pankreas yang tidak dapat memproduksi hormon insulin secara optimal.
Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi karena sel-sel tubuh yang tak lagi peka terhadap insulin sehingga kesulitan mengubah glukosa menjadi energi.
Dengan kata lain, pankreas tetap memproduksi insulin pada orang yang memiliki DM tipe 2, tapi tubuh tak lagi sensitif terhadap keberadaannya.
Jika gula darah dibiarkan terus tinggi, penderita berisiko mengalami komplikasi diabetes yang memengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah, serta gusi dan gigi.
Diabetes melitus tipe 2 sering tidak bergejala.
Banyak orang yang malah tidak menyadari kalau dirinya terkena penyakit ini selama bertahun-tahun sekalipun gejalanya sudah muncul.
Berikut ini ciri-ciri diabetes tipe 2 yang harus Anda waspadai.
Jika memiliki tanda atau ciri-ciri diabetes tipe 2 yang disebutkan di atas, segeralah berkonsultasi ke dokter Anda.
Tubuh setiap orang bisa menunjukan reaksi yang berbeda-beda sehingga gejala yang muncul bisa berbeda.
Konsultasikan dengan dokter Anda untuk menentukan tindakan terbaik untuk mengatasinya.
Menurut studi American Diabetes Association, diabetes melitus tipe 2 umumnya disebabkan oleh resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel kebal terhadap hormon insulin.
Ketika resistensi insulin terjadi, semakin banyak insulin yang Anda butuhkan agar kadar gula (glukosa) dalam tubuh bisa tetap stabil.
Untuk mengimbangi kadar glukosa yang melimpah dalam aliran darah, sel-sel penghasil insulin di pankreas (sel beta) akan menghasilkan insulin yang lebih banyak.
Hal ini bertujuan agar semakin banyak insulin yang dihasilkan, semakin banyak pula glukosa yang diproses menjadi energi.
Sayangnya, kemampuan sel beta lama-lama akan menurun karena terus-menerus “dipaksa” menghasilkan insulin.
Akibatnya, kadar gula darah yang tinggi semakin tidak terkendali sehingga menyebabkan diabetes.
Umumnya, kondisi resistensi insulin ini bisa terjadi akibat beberapa hal, termasuk kelebihan berat badan (obesitas) dan faktor genetik.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit diabetes melitus tipe 2 seperti berikut ini.
Risiko mengalami penyakit ini semakin besar jika orang tua atau saudara kandung Anda juga memiliki diabetes tipe 2.
Dibandingkan dengan diabetes tipe 1, diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan yang lebih kuat dengan riwayat dan keturunan keluarga.
Bertambahnya usia akan meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit ini, khususnya setelah umur 45 tahun.
Hal ini kemungkinan bisa terjadi akibat orang-orang pada usia ini yang cenderung kurang bergerak, kehilangan massa otot, dan mengalami pertambahan berat badan.
Selain itu, proses penuaan dapat mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas sebagai penghasil hormon insulin untuk mengatur kadar gula darah.
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berisiko 80 kali lebih mungkin terkena penyakit ini ketimbang orang yang memiliki berat badan ideal.
Sedentari adalah pola perilaku minim aktivitas atau gerakan fisik. Anda mungkin lebih akrab mengenalnya dengan istilah mager alias malas gerak.
Padahal, aktivitas fisik membantu Anda mengontrol berat badan, menggunakan glukosa sebagai energi, dan membuat sel-sel tubuh semakin sensitif terhadap insulin.
Alhasil semakin pasif aktivitas Anda, maka semakin besar risiko untuk mengalami diabetes tipe 2.
Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula darah Anda lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala yang berarti sehingga sulit untuk Anda deteksi.
Ibu hamil yang pernah mengalami diabetes saat hamil (diabetes gestasional) dan sembuh memiliki kemungkinan tinggi terkena penyakit ini di kemudian hari.
PCOS erat kaitannya dengan resistensi insulin. Sejumlah kondisi medis lain juga berisiko menyebabkan penyakit ini, seperti pankreatitis, sindrom Cushing, dan glukagonoma.
Obat steroid, statin, diuretik, dan beta-blocker merupakan beberapa jenis obat yang dapat memengaruhi kadar gula dalam darah dan berisiko menyebabkan diabetes tipe 2.
Apabila penyakit ini tidak segera Anda tangani, ada sejumlah komplikasi diabetes tipe 2 yang mungkin terjadi seperti berikut ini.
Selain itu, diabetes tipe 2 dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di seluruh bagian tubuh, termasuk pembuluh darah arteri kaki.
Apabila terjadi penyumbatan berat dan serius pada arteri kaki, hal ini dapat menyebabkan kematian jaringan pada kaki yang berujung pada gangren diabetik.
Dokter dapat mendiagnosis penyakit diabetes tipe 2 melalui pemeriksaan kadar gula darah. Hasil pemeriksaan gula darah nantinya akan dokter analisis di laboratorium.
Meskipun cek gula darah dapat Anda lakukan secara mandiri di rumah, untuk hasil yang lebih akurat sebaiknya pemeriksaan dilakukan di rumah sakit atau klinik.
Berikut ini adalah sejumlah tes gula darah untuk mendiagnosis penyakit diabetes tipe 2.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan insulin C-peptida untuk mengukur insulin, tekanan darah, serta kolesterol dan trigliserida.
Sebelum melakukan berbagai pengobatan, Anda perlu memahami bahwa diabetes tipe 2 merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa disembuhkan.
Meski begitu, Anda masih bisa mengelolanya agar tetap hidup sehat dan normal. Pengobatan diabetes ini lebih berfokus pada perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
Beberapa hal di bawah ini umumnya akan dokter anjurkan untuk mengendalikan gula darah pada pasien penyakit kencing manis tipe 2.
Dokter akan memberikan rekomendasi pola makan sehat. Pasien diabetes perlu menghindari makanan tinggi gula dan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah.
Makanan dengan indeks glikemik rendah ini membutuhkan proses pemecahan karbohidrat menjadi glukosa lebih lama, sehingga tidak menimbulkan lonjakan kadar gula darah.
Selain mengatur pola makan, pengobatan diabetes tipe 2 bisa Anda lakukan dengan memperbanyak aktivitas fisik, salah satunya dengan berolahraga rutin.
Anda sebaiknya melakukan olahraga secara teratur, minimal 30 menit sebanyak 5 kali dalam seminggu atau total 150 menit dalam seminggu.
Jika kedua cara di atas tidak bekerja efektif dalam menjaga kadar gula darah, dokter biasanya akan meresepkan obat diabetes untuk membantu mengendalikan kadar gula darah.
Dokter mungkin akan memberikan satu jenis obat saja atau kombinasi obat, sesuai dengan kondisi tubuh Anda.
Tidak semua penderita diabetes memerlukan terapi insulin. Dokter akan meminta Anda melakukan suntik insulin jika obat diabetes tidak memberikan perbaikan yang signifikan.
Terapi insulin bisa hanya dokter berikan dalam jangka pendek, terutama ketika diabetesi sedang mengalami stres.
Walaupun tidak bisa disembuhkan, diabetes merupakan kondisi yang bisa Anda rawat dan kendalikan dengan melakukan perubahan gaya hidup secara disiplin.
Selain cara pengobatan yang telah disebutkan di atas, perawatan diabetes rumahan berikut ini juga perlu Anda lakukan agar kadar gula darah tetap normal.
Di samping itu juga, dokter menyarankan pasien diabetes untuk melakukan konsultasi setidaknya setiap 3 bulan sekali.
Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan, meliputi:
Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan ke dokter untuk pemahaman dan solusi terbaik sesuai kebutuhan Anda.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Jimmy Tandradynata, Sp.PD
Penyakit Dalam · RS Siloam Karawaci (Siloam Hospital Lippo Village)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar