Tentang kekeluargaan
Ketika sekolah di SMA Katolik dulu, ibu asrama biarawati mendidik dengan keras, sebulan tidak boleh dikunjungi keluarga, setelah itu hanya boleh 2 minggu sekali itupun kalau dikasih ijin tergantung sikon yang ada. Tulis surat juga disensor krn hrs konsentrasi studi. Selain itu jika ingin jadi biarawati selama pendidikan tidak boleh bertemu keluarga dan setelah itu tidak selalu bertemu keluarga tergantung jadwal dan waktu luang. Sehingga keluarganya berkata sudah hilang. Boleh cuti ke rumah keluarga setahun sekali. Mereka juga tidak takut mati dlm menjalankan tugas misionaris toh tdk punya keluarga dan tidak punya tanggungan apa2. Akhirnya setelah lulus SMA saya jarang ikut acara keluarga dan jarang datang ke pesta pernikahan saudara apalagi kalo lagi ujian S-2. Jadi bagi saya mati adalah keuntungan krn tdk punya suami dan anak shg tdk ada tanggungan. Kecuali kalo sdh punya suami anak tentu lbh sayang nyawa krn ada tanggungan. Ibu biarawati juga berkata nikah boleh asal bahagia tdk p
... Lihat Lainnya