Setiap wanita memiliki aroma vagina yang unik dan berbeda. Aroma vagina yang sehat dan normal umumnya sedikit asam seperti cuka, tetapi tidak menyengat. Namun, kalau sampai berbau amis atau busuk dan bertahan lama, kemungkinan ada masalah pada vagina Anda. Apa saja kondisi dan penyakit yang menjadi penyebab bau vagina tidak normal?
Penyebab bau vagina yang paling sering terjadi
Bau vagina yang sedikit asam mirip cuka itu wajar. Aroma asam tersebut berasal dari bakteri baik yang secara alami hidup dalam vagina Anda serta cairan yang diproduksi vagina.
Area vagina yang ber-pH asam ini penting untuk mencegah infeksi pada vagina.
Justru, ketika kadar pH vagina terganggu, infeksi akan lebih rentan menyerang dan menyebabkan bau abnormal pada vagina.
Adapun kondisi tersebut sering terjadi karena kebiasaan buruk yang wanita lakukan, kondisi tertentu pada wanita, serta penyakit yang memengaruhi vagina.
Apa saja itu? Berikut berbagai kondisi, kebiasaan buruk, serta penyakit yang menyebabkan vagina Anda berbau abnormal.
1. Menstruasi
Bau vagina terus berubah sepanjang siklus menstruasi. Nah, pada saat menstruasi, vagina Anda bisa lebih bau dari biasanya.
Bau yang tidak sedap ini berasal dari aliran darah yang bercampur dengan bakteri di saluran vagina.
Meski terasa menyengat untuk Anda, bau vagina saat menstruasi umumnya tidak tercium oleh orang lain. Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika ini terjadi.
Untuk mengurangi baunya, Anda perlu menjaga kebersihan vagina saat menstruasi, seperti mengganti pembalut atau tampon secara rutin.
Jarang mengganti pembalut justru bisa meningkatkan risiko infeksi dan menjadi penyebab vagina bau.
Selain itu, Anda bisa memilih pembalut dan pantyliner yang mengandung ekstrak daun sirih dengan antiseptik alami untuk cegah bau dan gatal, serta vitamin E menjaga kesehatan area kewanitaan & cegah iritasi.
Hati-hati juga dalam memilih pembalut! Pastikan Anda memilih pembalut dan pantyliner yang memiliki bahan ekstrak daun sirih + vitamin E pada komposisi di kemasannya.
2. Jarang ganti celana dalam
Kebiasaan jarang mengganti celana dalam dapat membuat vagina terus lembap sehingga terjadi penumpukan bakteri.
Apalagi jika seharian tadi Anda beraktivitas yang membuat keringat mengalir deras, bakteri bisa menumpuk lebih banyak.
Jika kebiasaan ini tidak Anda ubah, jangan heran jika vagina jadi mengeluarkan bau yang lebih menyengat dari biasanya.
Oleh karena itu, biasakan untuk rutin mengganti celana dalam setidaknya dua kali sehari atau mungkin lebih jika Anda rentan berkeringat.
3. Salah pakai celana dalam
Bukan cuma jarang mengganti, salah pakai celana dalam juga bisa menjadi penyebab vagina bau.
Ini sering terjadi jika Anda pakai celana dalam terlalu ketat atau yang berbahan tidak menyerap keringat.
Tak hanya itu, memakai celana dalam model thong (g-string) juga bisa membuat area vagina Anda iritasi dan memungkinkan penumpukan bakteri di sekitarnya.
Untuk menghindari hal tersebut, lebih baik Anda memilih celana dalam wanita yang tepat, yaitu yang berbahan katun dan menyerap keringat serta nyaman Anda gunakan.
4. Makanan yang Anda konsumsi
Terkadang, apa yang Anda makan sehari-hari bisa menjadi penyebab bau badan dan vagina juga, lho!
Beberapa makanan yang sudah terbukti dapat membuat vagina beraroma tidak sedap antara lain bawang putih, asparagus, kopi, atau ikan.
Makanan-makanan ini disebut dapat menyebabkan penumpukan bakteri, mengubah pH vagina, serta meningkatkan risiko infeksi jamur pada vagina. Alhasil, vagina Anda menjadi berbau tidak sedap.
5. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Alasan lain mengapa vagina Anda bau tidak sedap adalah efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti obat antibiotik dan antihistamin.
Obat antibiotik yang Anda minum dapat mengacaukan keseimbangan bakteri dalam vagina sehingga bau kadang bisa muncul.
Sementara obat antihistamin dapat menyebabkan produksi cairan alami vagina berkurang. Akibatnya, vagina menjadi kering dan rentan terhadap infeksi yang jadi penyebab bau.
6. Perubahan hormon
Perubahan hormon juga bisa menjadi penyebab perubahan bau pada vagina Anda. Biasanya, ini terjadi karena melakukan terapi hormon atau penggunaan pil KB.
Adapun kedua hal tersebut dapat memengaruhi pH vagina sehingga bisa menyebabkan vagina berbau.
Selain itu, menurunnya kadar hormon estrogen saat menopause juga bisa meningkatkan risiko infeksi jamur dan vaginosis bakterialis. Adapun kedua hal tersebut bisa menimbulkan bau pada vagina.