Akan tetapi, ada banyak hal yang membuat cairan tersebut tidak diproduksi dalam jumlah yang cukup sehingga menyebabkan vagina kering.
Salah satu contoh cairan vagina sedikit yakni karena menopause atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Jika ini yang Anda alami, sebaiknya gunakan pelumas tambahan sebelum berhubungan seks.
Namun ingat, jangan sembarangan menggunakan pelumas seks.
Sebaiknya gunakan pelumas yang berbahan dasar air atau silikon untuk membantu mencegah perdarahan vagina setelah berhubungan seks.
3. Pakai kondom

Terkadang, vagina juga rentan mengalami perdarahan jika Anda berhubungan seks tanpa menggunakan kondom.
Gesekan antara penis dan vagina sering kali memicu luka dan infeksi pada vagina sehingga darah bisa keluar setelah berhubungan seks.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memasang kondom terlebih dahulu sebelum berhubungan seksual.
Supaya lebih licin, jangan lupa oleskan pelumas tipis-tipis di sepanjang permukaan kondom.
Lagi-lagi, perhatikan kandungan pada pelumas seks yang Anda pilih. Hindari menggunakan pelumas berbahan dasar minyak karena dapat merusak kondom jenis lateks.
Pilihlah pelumas air atau silikon dengan bahan-bahan yang lebih aman untuk vagina Anda.
4. Bicarakan dengan pasangan

Jangan malu untuk membicarakan soal seks dengan pasangan Anda.
Mungkin saja Anda berdua kurang pemanasan, seks terlalu cepat, atau melakukan posisi seks yang tidak nyaman sehingga menyebabkan vagina berdarah.
Cobalah bicara dari hati ke hati dengan pasangan Anda.
Diskusikan mengenai seberapa lama pemanasan atau foreplay yang diinginkan, posisi bercinta yang disukai dan terasa nyaman, serta bagian tubuh mana yang ingin dan tidak ingin disentuh.
Dengan memahami kebutuhan dan keinginan satu sama lain, aktivitas di ranjang bisa lebih dinikmati dan terasa bergairah.
Semakin Anda dibuat nyaman oleh pasangan, maka risiko vagina berdarah bisa dicegah sedini mungkin.
5. Konsultasi ke dokter

Jika keluar darah setelah berhubungan seks kemungkinan disebabkan oleh penyakit tertentu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Dokter akan memastikan dulu penyebabnya, apakah karena infeksi, polip, fibroid, atau endometriosis yang umum dialami oleh wanita.
Bila ditemukan adanya infeksi pada vagina, dokter biasanya akan memberikan krim dan obat-obatan anti-inflamasi sebagai pengobatannya.
Namun, bila disebabkan oleh polip, fibroid, atau endometriosis, dokter biasanya akan menganjurkan prosedur operasi.
Hal ini bertujuan untuk mengangkat kelebihan jaringan atau kelainan yang menyebabkan vagina berdarah.
Kapan harus periksa ke dokter?

Pada dasarnya, perdarahan ringan dan berat yang bersifat tidak wajar harus segera diperiksakan ke dokter.
Hal tersebut bukan berarti pertanda bahwa ada masalah yang sangat serius pada tubuh Anda. Namun, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, jika setiap berhubungan keluar darah dari vagina yang diperkirakan karena penyakit, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.
Selama pemeriksaan, dokter mungkin akan menanyakan riwayat kesehatan Anda serta beberapa hal, seperti:
- Adannya perdarahan lainnya yang tidak wajar.
- Menstruasi dengan perdarahan yang berat.
- Siklus menstruasi yang tidak teratur.
- Rasa sakit yang tidak biasa dan tak berkaitan dengan perdarahan.
- Pergantian pasangan seksual.
- Perubahan pada cairan vagina.
- Terakhir kali Anda menjalani tes pap smear.
Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek adanya gejala-gejala infeksi.
Jika hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya masalah tetapi darah masih keluar setelah berhubungan seks, dokter mungkin menganjurkan Anda melakukan pemeriksaan biopsi serviks.
Biopsi serviks bertujuan agar dokter dapat mengetahui adanya kondisi lain yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan fisik biasa dan pap smear.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar