Seseorang dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) sering kali membutuhkan obat agar bisa tetap berkonsentrasi dan tidak bertindak impulsif. Salah satu obat yang bisa diberikan adalah amfetamin.
Namun, obat ini bukan hanya bekerja untuk pasien ADHD, tetapi juga berbagai masalah kesehatan lain.
Lantas bagaimana cara kerja amfetamin? Berapa dosis yang bisa dikonsumsi? Simak ulasan berikut untuk mendapatkan jawabannya.
Golongan amphetamine: stimulan sistem saraf pusat (SSP).
Merk dagang amfetamin: Adderall, Dexedrine, Ritalin, Focalin, Concerta, dn Vyvanse. Semuanya belum terdaftar di Indonesia. Amfetamin di Indonesia tersedia sebagai obat generik.
Apa itu amfetamin?
Amfetamin atau amphetamine adalah obat yang memiliki fungsi meningkatkan aktivitas sejumlah neurotransmiter pada sistem saraf pusat.
Dengan begitu, jumlah hormon dopamin, norepinefrin, dan serotonin akan meningkat. Ketika jumlahnya meningkat, pasien ADHD akan menjadi lebih fokus, tenang, dan bahagia.
Selain untuk ADHD, amphetamine juga digunakan untuk mengatasi narkolepsi, mengendalikan nafsu makan, serta mengontrol berat badan untuk mencegah dan mengatasi obesitas.
Perlu diingat bahwa amphetamine termasuk dalam obat keras sehingga hanya bisa diminum sesuai resep dokter.
Dosis amfetamin
Setiap orang bisa memiliki dosis amfetamin yang berbeda, sesuai hasil pemeriksaan oleh dokter.
Dosis amfetamin menurut laman Mayo Clinic berikut hanyalah gambaran secara umum. Selalu ikuti dosis amphetamine yang diberikan oleh dokter.
1. ADHD
- Di atas 6 tahun: 2,5–5 mg, satu kali sehari pada pagi hari. Dosis maksimal 20 mg per hari.
2. Narkolepsi
- Anak-anak 6–11 tahun: 5 mg, satu kali sehari pada pagi hari.
- Di atas 12 tahun: 10 mg, satu kali sehari pada pagi hari. Dosis maksimal 60 mg per hari.
3. Obesitas
- Di atas usia 12 tahun: 5–10 mg, satu kali sehari. Dosis maksimal 30 mg hari, diminum 30–60 menit sebelum makan.
Penggunaan obat-obatan untuk anak-anak di bawah enam tahun membutuhkan pertimbangan khusus dari dokter.
Aturan pakai amfetamin
Selalu ikuti aturan pakai amfetamin yang diberikan dokter atau apoteker. Jangan menambah atau mengurangi dosis yang sudah diberikan.
Selain untuk obesitas, amfetamin bisa diminum sebelum maupun setelah makan. Anda disarankan untuk meminumnya segera setelah bangun tidur. Minum amphetamine pada malam hari dikhawatirkan menyebabkan insomnia.
Selain kapsul dan blister, amfetamin tersedia dalam bentuk suspensi atau cair. Kocok terlebih dahulu sebelum diminum dan gunakan sendok takar supaya dosisnya akurat.
Selama minum amphetamine, dokter mungkin meminta Anda untuk kontrol. Ikuti jadwal kontrol yang sudah diberikan supaya kondisi Anda terpantau.
Amphetamine umumnya tidak diresepkan untuk jangka panjang karena dikhawatirkan mengakibatkan kecanduan obat.
Efek samping amfetamin
Berikut ini adalah efek samping yang umum terjadi setelah seseorang minum amfetamin. Kondisi berikut seharusnya akan membaik dengan sendirinya.
Jika berbagai efek samping obat tersebut tidak juga membaik atau diikuti beberapa kondisi berikut, segeralah pergi ke dokter.
- Halusinasi.
- Penglihatan kabur.
- Mati rasa.
- Kesulitan bernapas.
- Suara serak.
- Kejang.
- Timbul keinginan menyakiti diri sendiri.
Setiap orang bisa merasakan efek samping yang berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jika khawatir dengan kondisi Anda usai minum amfetamin, jangan ragu pergi ke dokter.
Peringatan dan perhatian saat pakai amfetamin
Selalu sampaikan kondisi medis Anda pada dokter atau apoteker sebelum menerima obat keras, seperti amfetamin.
Anda mungkin tidak dianjurkan minum obat ini jika alergi pada amphetamine atau kandungan lain di dalamnya.
Pemberian amphetamine pada seseorang dengan salah satu dari berbagai kondisi berikut biasanya akan lebih dipertimbangkan.
- Hipertensi.
- Aterosklerosis.
- Gangguan mental.
- Hipertiroidisme.
- Gangguan bipolar.
- Sindrom Tourette.
- Glaukoma.
- Stroke.
- Serangan jantung.
- Riwayat penyalahgunaan NAPZA.
Jangan merokok atau minum alkohol selama mengonsumsi amfetamin. Minum obat-obatan dengan alkohol bisa meningkatkan berbagai risiko efek samping.
Hindari berkendara setelah minum amphetamine karena obat ini memberikan efek mengantuk.
Setelah mendapatkan obat, simpan di tempat yang sejuk, jauhkan dari sinar matahari langsung dan ruangan lembap.
Jika obat sudah tidak dikonsumsi, buang sesuai petunjuk dokter atau apoteker. Jangan membuang obat sembarangan.
Apakah amfetamin aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Pada penelitian terhadap hewan, amfetamin bisa memengaruhi perkembangan janin.
Situs Cleveland Clinic bahkan menyebutkan bahwa amphetamine dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, bibir sumbing, dan janin kekurangan gizi.
Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter jika Anda membutuhkan amphetamine saat hamil, merencanakan kehamilan, atau positif hamil selama minum amphetamine.
Obat ini juga diketahui bisa terbawa ke dalam ASI. Meski belum diketahui efeknya secara pasti pada bayi yang minum ASI tersebut, bicarakan dengan dokter sebelum meminumnya selama menyusui.
Interaksi amfetamin dengan obat lain
Amfetamin umumnya tidak diperbolehkan untuk seseorang yang sedang atau memiliki riwayat mengonsumsi obat-obatan golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti tranylcypromine, socaboxazide, atau selegiline kurang dari 14 hari.
Selain itu, amphetamine juga dikhawatirkan bisa berinteraksi dengan beberapa jenis obat berikut.
- Benzodiazepin.
- Opioid.
- Phenelzine.
- Antipsikotik.
- Obat tekanan darah (alpha-blocker).
- Obat anti kejang.
Selalu beritahu dokter terkait obat-obatan yang Anda konsumsi sebelum menerima amphetamine, termasuk obat-obatan tanpa resep, obat herbal, vitamin, dan suplemen.
Pasalnya, beberapa obat yang diminum bersamaan mungkin menimbulkan interaksi yang mengurangi kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping.
Serba-serbi amfetamin
- Amfetamin adalah obat yang bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas neurotransmiter di sistem saraf pusat sehingga meningkatkan fokus, ketenangan, dan perasaan bahagia.
- Obat ini dapat digunakan untuk pasien ADHD, narkolepsi, dan obesitas, khususunya yang berusia di atas enam tahun.
- Penggunaan obat ini tidak disarankan untuk seseorang yang memiliki riwayat mengonsumsi MAOI di bawah 14 hari serta ibu hamil dan menyusui.
[embed-health-tool-bmi]