Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Ruptur ginjal adalah kondisi ketika ginjal mengalami masalah akibat cedera dari luar. Hal ini dapat terjadi meski organ ginjal dijaga oleh otot punggung dan tulang rusuk Anda.
Kondisi yang disebut trauma ginjal ini dibagi menjadi dua jenis di bawah ini.
Trauma pada ginjal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Itu sebabnya, penting untuk mengetahui kerusakan ginjal yang terjadi dan mendapatkan penanganan sesegera mungkin.
Ruptur ginjal merupakan kondisi yang menyumbang sekitar 1 – 5% dari pasien trauma. Sebagian besar kasus disebabkan oleh trauma tumpul.
Dari pasien yang datang dengan trauma tumpul pada perut, 8 – 10% di antaranya berisiko mengalami ginjal robek. Sementara itu, 6% pasien bisa menderita trauma ginjal bila mengalami tusukan.
Ruptur ginjal tumpul maupun tusukan memiliki tingkat risiko sebesar 86% dengan cedera bersamaan. Angka kasus pun bergantung pada tingkat cedera, cedera penyerta, dan penanganan sebelumnya.
Meski trauma ginjal masih menjadi penyebab masalah yang paling tinggi, kasus kerusakan ginjal lanjutan dapat menurun berkat penanganan yang tepat.
Pada dasarnya, tanda dan gejala trauma ginjal dapat dibagi berdasarkan jenis-jenisnya. Berikut penjelasannya.
Umumnya, ruptur ginjal akibat trauma tumpul ditandai dengan darah dalam urine, alias hematuria.
Pada beberapa kasus darah dapat dilihat dengan mata telanjang. Sementara itu, sisanya hanya dapat dilihat melalui mikroskop ketika sudah menjalani tes lanjutan.
Trauma tajam ginjal biasanya dicurigai bila ada luka tusuk, peluru, atau benda lain yang menembus kulit. Namun, ada kalanya luka ini terlalu kecil dan luka kulit jauh dari ginjal, sehingga sulit ditemukan.
Selain ciri-ciri yang sudah disebutkan, dokter biasanya mencurigai adanya cedera ginjal bila Anda mengalami hal seperti:
Pada kasus yang parah syok dapat terjadi yang dapat memicu peningkatan denyut jantung, kulit pucat, dan terasa dingin.
Bila Anda mengalami salah satu atau lebih gejala yang telah disebutkan, segera periksakan diri ke rumah sakit. Dengan begitu, Anda bisa menghindari berbagai komplikasi yang muncul akibat ruptur ginjal.
Ginjal yang robek dapat terjadi akibat cedera pada ginjal atau adanya kerusakan pada organ lain. Ginjal termasuk organ saluran kemih (urologi) yang paling sering mengalami cedera akibat trauma berat.
Di bawah ini penyebab ruptur ginjal yang dibagi berdasarkan jenis-jenisnya.
Umumnya, trauma tumpul dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
Dibandingkan trauma tumpul, ruptur ginjal akibat trauma tajam bisa disebabkan tusukan dari alat seperti:
Normalnya, trauma ginjal memiliki beberapa tingkat. Tingkat satu mengacu pada cedera ringan, seperti memar. Sementara itu, tingkat lima merupakan kondisi paling parah ketika ginjal hancur dan terputus dari suplai darah.
Ginjal merupakan organ yang dilindungi dengan baik oleh tulang rusuk, otot perut, otot punggung, dan fasia (selaput otot) pendukung. Sayangnya, organ ini tetap rentan terhadap cedera.
Hal ini dikarenakan kutub bawah ginjal lebih rendah daripada tulang rusuk ke-12. Akibatnya, salah satu organ urologi ini lebih rentan terhadap trauma.
Selain itu, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang lebih berisiko terhadap ruptur ginjal, yakni:
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan terhadap cedera internal karena faktor anatomi, seperti:
Ketiga faktor tersebut ternyata meningkatkan risiko trauma ginjal pada anak-anak. Itu sebabnya, kasus masalah ginjal ini cenderung sering dijumpai pada anak-anak.
Bila ruptur ginjal tidak ditangani dengan benar, ada sejumlah komplikasi yang bisa terjadi. Berikut penjelasannya.
Perdarahan aktif merupakan komplikasi ruptur ginjal yang paling sering terjadi akibat penanganan yang tidak benar.
Kondisi ini tak hanya terlihat pada trauma tingkat tinggi (ke-4 dan ke-5), melainkan juga bisa terjadi pada cedera tingkat rendah.
Bila dibandingkan dengan perdarahan aktif, perdarahan tertunda biasanya mulai terlihat 2 – 3 minggu setelah cedera. Hal ini biasanya disebabkan oleh malformasi arteriovenosa (AVM) dan pseudoaneurisma.
AVM dan pseudoaneurisma merupakan gejala sisa yang cenderung terlihat pada cedera tingkat tinggi dan trauma tajam.
Selain perdarahan, beberapa komplikasi yang dapat terjadi ketika pengobatan ruptur ginjal tak berjalan baik yaitu:
Awalnya, dokter akan memeriksa kondisi ruptur ginjal yang ditandai dengan hematuria melalui tes urine (urinalisis). Bila dokter mencurigai adanya trauma ginjal, Anda mungkin akan menjalani sejumlah pemeriksaan tambahan.
CT scan dengan pewarna khusus merupakan pemeriksaan yang paling efektif dalam mendeteksi cedera ginjal. Pasalnya, metode ini mengambil banyak gambar X-ray yang menunjukkan irisan bagian tubuh.
Dengan begitu, bagian-bagian yang terkena cedera akan terlihat lebih jelas saat pewarna kontras mengalir melalui darah dan ginjal.
Tak hanya CT-scan, ultrasonografi (USG) pun direkomendasikan dokter untuk mendiagnosis trauma ginjal.
Dengan memanfaatkan gelombang suara yang memantul dari struktur di tubuh, gambar organ pun akan terlihat. Sayangnya, USG tidak begitu memperlihatkan hasil yang jelas.
Pielogram intravena (IVP) menggunakan foto X-ray untuk menunjukkan bagaimana pewarna bergerak melalui sistem kemih Anda.
IVP pun akan memperlihatkan bagaimana ginjal bekerja setelah pewarna disuntikkan ke pembuluh darah di lengan Anda.
Sama seperti perawatan pada umumnya, cara mengobati ruptur ginjal pun dilihat berdasarkan tingkat keparahan cedera dan kondisi lainnya.
Bila pasien ruptur ginjal dalam kondisi stabil dan tidak memiliki cedera organ lainnya, masalah ini bisa diatasi tanpa operasi.
Anda mungkin akan menjalani rawat inap sembari menjalani perawatan untuk mengobati hematuria. Dokter juga akan mengawasi Anda untuk perdarahan dan masalah lainnya.
Bila sudah meninggalkan rumah sakit, dokter masih tetap memonitor untuk melihat apakah ada tanda dan gejala kerusakan ginjal lainnya.
Bila pasien ruptur ginjal tidak stabil dan kehilangan banyak darah, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi.
Metode pembedahan ini membantu dokter melihat cedera lebih baik. Dengan begitu, mereka dapat memperbaiki dan merawat ginjal yang robek.
Pada kondisi yang parah, ginjal mungkin perlu diangkat. Artinya, ada kemungkinan Anda akan menjalani hidup dengan satu ginjal yang sehat.
Berkat teknologi saat ini, banyak trauma ginjal yang serius dapat diobati dengan teknik invasif minimal, seperti embolisasi angiografi.
Angiografi merupakan prosedur yang memungkinkan dokter mencapai arteri ginjal melalui pembuluh besar di selangkangan. Hal ini membantu menghentikan perdarahan.
Kapan waktu aktivitas sehari-hari dapat dijalankan kembali setelah trauma ginjal tergantung pada bagaimana penanganannya. Entah itu dipotong, diperbaiki, atau dibiarkan dalam penanganan tanpa operasi.
Namun, proses pemulihan penuh umumnya memakan waktu hingga tiga minggu, asalkan tidak ada komplikasi.
Bila hal ini terjadi pada atlet, mereka biasanya tidak diperbolehkan untuk langsung kembali berolahraga tanpa izin dari dokter.
Untuk itu, penting mengikuti instruksi perawatan dari dokter, baik usai menjalani operasi maupun perawatan non-operasi. Hal ini pun berlaku dengan menjaga kesehatan ginjal.
Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter guna memahami solusi yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar