Penetrasi penis ke vaginal merupakan jalur penularan HIV yang paling umum di antara kelompok heteroseksual, sementara penularan lewat seks anal paling umum bagi kelompok gay.
Hubungan seksual merupakan penyebab HIV dan AIDS yang paling umum karena aktivitas ini memungkinkan pertukaran cairan tubuh, seperti air mani, cairan anus, dan cairan vagina, yang mengandung virus dari pengidap kepada orang sehat.
Risiko penularan akan lebih tinggi terutama jika partner seks yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di kulit, kemaluan, ataupun jaringan lunak lainnya, sementara aktivitas seksual tersebut dilakukan tanpa pakai kondom.
Bagaimana dengan seks oral? Seks oral juga dapat menjadi perantara penyebaran virus penyebab HIV dan AIDS. Namun, risikonya rendah karena liur mengandung sangat sedikit virus. Risiko tertular dapat lebih tinggi jika pihak yang non-HIV memiliki luka terbuka pada mulutnya, seperti sariawan di bibir atau lidah maupun gusi berdarah.
Jika Anda sudah tergolong aktif secara seksual, risiko penularan virus penyebab HIV/AIDS juga tinggi apabila Anda bergonta-ganti pasangan seks.
2. Pemakaian jarum suntik tidak steril
Salah satu penyebab yang terkait erat dengan wabah HIV di Indonesia adalah penggunaan jarum suntik bekas secara bergantian untuk obat-obatan terlarang. Jenis narkoba yang biasa dikonsumsi lewat suntikan di antaranya adalah kokain dan methamphetamine (sabu-sabu atau “meth”).
Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Nah, virus penyebab HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum selama kurang lebih 42 hari setelah kontak pertama kali.
Residu darah yang tertinggal pada jarum dapat masuk ke tubuh pemakai jarum selanjutnya lewat luka bekas suntikan. Maka, ada kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara perpindahan virus HIV kepada banyak orang di waktu bersamaan atau berbeda.
Penggunaan obat melalui suntikan merupakan rute langsung dari transmisi. Namun demikian, perilaku berisiko lainnya yang terkait dengan pemakaian narkoba, seperti minum-minum alkohol, merokok, dan seks bebas juga terkait dengan peningkatan risiko penyebab HIV dan AIDS.
Perilaku-perilaku berisiko di atas dapat meningkatkan risiko HIV dengan mengaburkan logika dan menurunkan kesadaran pengguna untuk menalar. Pada orang yang telah terinfeksi, perilaku-perilaku ini dapat mempercepat perkembangan HIV dan berdampak buruk pada pengobatan HIV.
Menggunakan peralatan untuk membuat tattoo atau tindik badan – termasuk tinta – yang tidak steril atau bersih juga dapat menjadi perilaku penyebab HIV AIDS.
Orang-orang yang berisiko tertular virus penyebab HIV
Dari penjelasan di atas, risiko penularan HIV tampak paling banyak dan umum pada orang-orang yang berhubungan seks tanpa kondom dan pemakai narkoba.
Namun berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan tahun 2017, ada tren kenaikan jumlah kasus HIV baru pada anak-anak dan ibu rumah tangga. Kenapa begitu?
1. Ibu rumah tangga
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar