Oleh sebab itu, penting untuk selalu melindungi diri Anda dengan menggunakan kondom saat melakukan aktivitas seksual apa pun.
Kondom dapat mencegah penularan HIV karena menghalangi masuknya virus pada cairan sperma atau vagina.
2. Memakai jarum suntik bekas atau bergantian
Menggunakan jarum suntik bekas secara bergantian juga termasuk cara penularan HIV/AIDS yang umum. Risiko ini tinggi khususnya di kalangan pengguna narkoba suntik.
Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut terinfeksi HIV, darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas suntikan.
Virus HIV nyatanya dapat hidup di dalam jarum suntik selama 42 hari setelah kontak pertama kali tergantung pada suhu dan faktor lainnya.
Ada kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara penularan HIV kepada banyak orang yang berbeda.
Maka dari itu, pastikan untuk selalu minta peralatan seperti jarum atau alat kesehatan lainnya yang masih dalam kemasan baru tersegel dan belum pernah dipakai sebelumnya.
3. Penularan HIV dari ibu ke bayi
Ibu hamil yang terjangkit HIV sebelum maupun selama masa kehamilan dapat menularkan infeksi kepada bayinya lewat tali plasenta di dalam kandungan.
Risiko penularan virus HIV dari ibu ke bayi juga dapat terjadi selama proses persalinan, baik melahirkan normal maupun operasi caesar.
Di sisi lain, Ibu dengan HIV yang menyusui juga bisa menularkan virus pada bayi melalui ASI.
Atas dasar itulah, tantangan bagi ibu menyusui yang mengidap HIV yakni dilaran memberikan ASI kepada bayinya.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi pada bayi melalui makanan yang dikunyahkan oleh ibu atau perawat yang terinfeksi HIV, meski risikonya sangatlah rendah.
Sebagai upaya menghindari penyebaran HIV dari ibu ke bayi, penting untuk selalu berkonsultasi ke dokter saat sedang merencanakan kehamilan.
Apabila HIV pada ibu bisa dideteksi sejak awal, penularan ke bayi bisa dicegah dengan minum obat secara rutin.
Berbagai cara penularan HIV yang tidak umum

Berikut ini adalah cara penularan tidak terduga atau kurang umum yang dapat menyebabkan Anda mengidap virus HIV dan kemudian AIDS:
1. Seks oral
Semua bentuk hubungan seks oral dianggap berisiko rendah untuk penularan virus HIV, tetapi bukan berarti mustahil. Risiko penularan dari seks oral masih tetap ada.
Bahkan, risiko tersebut bisa semakin besar jika Anda melakukan ejakulasi di dalam mulut dan tidak menggunakan kondom maupun pelindung mulut lain (seperti dental dan/kondom wanita).
Penularan HIV dapat terjadi saat Anda merangsang atau mengulum kelamin pasangan yang terinfeksi HIV dengan lidah dan Anda sedang memiliki luka atau sariawan terbuka di dalam mulut.
Bagaimana dengan ciuman? Jika ciuman hanya terjadi pertukaran liur saja, virus HIV tidak akan menyebar.
Berbeda jika saat berciuman terdapat luka, sariawan, atau kontak darah antara Anda dan pasangan yang memiliki virus HIV, penularan dapat terjadi.
Hal yang sama juga berlaku bila bibir atau lidah Anda tak sengaja tergigit oleh pasangan selama berciuman, luka baru itu dapat menjadi gerbang masuk bagi virus HIV melalui air liur pasangan.
2. Donor darah dan cangkok organ
Transfusi darah langsung dari donor darah yang terinfeksi berisiko tinggi untuk menularkan virus HIV.
Namun, penularan virus HIV melalui donor darah dan cangkok organ termasuk kurang umum. Pasalnya, ada seleksi yang cukup ketat bagi calon pendonor sebelum melakukan donor darah.
Pendonor darah atau organ biasanya menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, termasuk tes darah HIV.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penularan HIV dengan cara donor organ dan darah.
Risiko lolosnya darah yang terinfeksi HIV hingga digunakan untuk transfusi sebenarnya kecil. Ini karena pendonor darah dan organ cangkok wajib melalui proses seleksi yang ketat.
Jadi, transfusi darah yang diterima dan nantinya diberikan kepada orang yang membutuhkan darah sebenarnya aman.
Jika ternyata ada satu saja donasi yang terlambat diketahui positif, darah akan langsung dibuang sementara organ calon pencangkokan juga tidak akan dipakai.
Sayangnya, beberapa negara berkembang mungkin tidak memiliki teknologi atau peralatan terkait untuk menguji semua darah dan mencegah penularan HIV/AIDS.
Mungkin ada beberapa sampel sumbangan produk darah yang telah diterima ternyata mengandung HIV. Untungnya, kejadian ini terhitung langka.
3. Digigit oleh orang dengan HIV
Menurut sebuah penelitian tahun 2011 dari jurnal AIDS Research and Therapy, ada kemungkinan biologis yang menyatakan gigitan sesama manusia dapat menjadi cara penularan HIV yang tak terduga.
Air liur selama ini diteliti kurang efektif sebagai perantara pembawa virus HIV karena punya sifat penghambat virus. Namun, kasus yang diteliti dalam jurnal tersebut terbilang unik.
Dalam jurnal tersebut diceritakan bahwa jari tangan seorang pria sehat non-HIV yang memiliki diabetes digigit oleh anak angkatnya yang positif HIV. Jari tangan pria tersebut digigit cukup keras dan dalam sehingga bagian dalam kukunya berdarah.
Beberapa waktu setelah digigit, pria tersebut dinyatakan positif HIV dan terdeteksi memiliki viral load tinggi setelah mengalami demam HIV tinggi dan berbagai infeksi.
Para dokter dan peneliti pada akhirnya menyimpulkan sementara bahwa air liur bisa menjadi media penyebaran HIV, meski belum yakin benar bagaimana mekanisme pastinya.
Diperlukan penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan cara penularan HIV yang satu ini.
4. Pakai mainan seks (sex toys)
Penetrasi seks, entah itu lewat vaginal (penis ke vagina), oral (alat kelamin dan mulut), atau anal (penis ke dubur), dengan pasangan yang mengidap HIV dan AIDS bisa membuat Anda tertular.
Tidak hanya lewat kelamin ke kelamin secara langsung, penggunaan benda atau mainan seperti boneka seks berisiko menularkan penyakit, termasuk HIV. Kondisi tersebut semakin berisiko jika mainan seks yang Anda pakai tidak dilapisi pelindung.
Penularan virus HIV dan AIDS dari satu orang ke yang lainnya sering terjadi ketika mainan seks dipakai bergantian. Bila Anda atau pasangan mengidap HIV, jangan menggunakan mainan seks secara bergantian dalam satu sesi bercinta.
Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina bisa saja menjadi perantara virus berpindah ke orang lain.
5. Melakukan piercing, sulam alis, tato alis, sulam bibir
Menindik bagian tubuh atau membuat tato juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Cara penularan HIV pada proses ini terjadi apabila saat proses menindik dan membuat tato, kulit yang ditusuk kemudian terluka hingga mengeluarkan darah.
Jika alat dipakai secara bergantian, bisa saja orang yang terinfeksi HIV meninggalkan bekas darahnya yang mengandung virus.
Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Namun, tren kecantikan yang sedang naik daun ini juga dapat menjadi cara penularan HIV dan AIDS.
Hal ini bisa terjadi jika proses tersebut dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman dan tidak menggunakan peralatan steril. Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka.
Untuk mencegah penyebaran HIV, sebelum Anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan bahwa semua peralatan yang digunakan masih steril.
6. Bekerja di rumah sakit
Mungkin sekilas Anda berpikir bahwa petugas medis adalah orang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni tentang kesehatan.
Namun, selain pengguna narkoba yang berbagi jarum suntik secara sengaja, risiko penularan HIV juga tinggi pada tenaga medis.
Tenaga medis ini meliputi dokter, perawat, petugas laboratorium, hingga petugas pembersih limbah fasilitas kesehatan lewat perantara alat medis.
Jarum suntik dapat menjadi perantara virus HIV saat darah pasien yang positif HIV dapat berpindah kepada petugas kesehatan jika mereka memiliki luka terbuka yang tidak terlindungi oleh pakaian.
HIV juga dapat ditularkan ke petugas kesehatan lewat cara berikut:
- Jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).
- Jika darah yang terkontaminasi HIV mengenai membran mukosa, seperti mata, hidung, dan mulut.
- Lewat peralatan kesehatan lain yang digunakan tanpa disterilkan.
Meski begitu, peluang penyebaran virus HIV di antara petugas medis di fasilitas kesehatan melalui jarum suntik bekas tergolong kecil.
Ini karena semua fasilitas kesehatan dari yang paling kecil maupun skala internasional memiliki protokol keamanan yang sudah terstandarisasi.
Risiko penularan HIV tinggi apabila viral load tinggi

Selain mempertimbangkan risiko penularan dari jenis cairan perantaranya, Anda juga perlu mengetahui jumlah viral load HIV di dalam tubuh.
Viral load adalah jumlah partikel virus dalam 1 ml atau 1 cc darah. Semakin banyak jumlah virus dalam darah, berarti semakin tinggi risiko Anda untuk menularkan HIV pada orang lain.
Maka ketika viral load dari orang yang positif HIV berhasil diturunkan lewat pengobatan HIV, peluang penularan HIV juga ikut berkurang.
Namun, penyebaran HIV dari seseorang yang terinfeksi virus kepada pasangannya masih mungkin terjadi meski hasil tes viral load menunjukkan bahwa virus sudah tidak lagi terdeteksi.
Risiko penularan HIV dari ODHA ke pasangan seksnya tetap akan ada karena:
- Tes viral load hanya mengukur jumlah virus dalam darah. Jadi, virus HIV masih dapat ditemukan dalam cairan kelamin (sperma, cairan vagina).
- Viral load dapat meningkat di antara jadwal tes rutin. Jika ini terjadi, pengidap HIV berpeluang lebih besar untuk menularkan HIV kepada pasangannya.
- Memiliki penyakit menular seksual lainnya dapat meningkatkan viral load dalam cairan kelamin.
Jika Anda aktif secara seksual, Anda dan pasangan harus mempertimbangkan menjalani tes HIV sebagai langkah untuk mencegah penularan penyakit.
Cara penularan HIV yang tidak mungkin

HIV tidak dapat bereproduksi dalam inang selain manusia, dan tidak mampu bertahan di luar tubuh manusia dalam waktu yang lama.
Maka, penularan HIV tidak akan mungkin terjadi lewat cara berikut:
- Gigitan hewan, seperti gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.
- Interaksi fisik antarmanusia yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya:
- Bersentuhan dan berpelukan
- Berjabat atau berpegangan tangan
- Tidur bersama di satu ranjang tanpa melakukan aktivitas seksual
- Cipika-cipiki
- Berbagi alat makan dan saling pinjam pakaian atau handuk dengan pengidap HIV.
- Menggunakan kamar mandi/toilet yang sama.
- Berenang di kolam renang umum bersama pengidap HIV.
- Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang yang positif HIV.
- Aktivitas seksual lainnya yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya ciuman bibir dan petting (menggesekkan alat kelamin) dengan masih saling berpakaian lengkap.
Air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan HIV yang ideal. Hal ini dikarenakan cairan-cairan tersebut tidak mengandung jumlah virus aktif yang cukup banyak untuk bisa menularkan infeksi ke orang lain.
Selain itu, virus HIV hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau minggu di laboratorium dengan kondisi yang sesuai seperti di dalam tubuh manusia.
Berikut adalah prinsip-prinsip yang perlu dipahami soal peluang virus HIV bertahan hidup:
- HIV sensitif terhadap suhu tinggi, yakni akan mati pada suhu panas, yakni di atas 60 derajat Celcius.
- HIV lebih mampu bertahan hidup di laboratorium pada suhu dingin, yaitu sekitar 4 hingga -70 derajat Celsius.
- HIV sangat sensitif terhadap perubahan kadar pH atau tingkat basa-asam. Kadar pH di bawah 7 (asam) atau di atas 8 (basa) tidak mendukung kelangsungan hidup HIV.
- HIV bisa bertahan dalam darah kering di laboratorium pada suhu kamar selama 5-6 hari, tetapi harus dengan tingkat pH yang mendukung.
HIV adalah virus yang berkembang dengan cepat, tetapi untungnya penyebaran virus ini tetap bisa dicegah dan dikendalikan.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda dan pasangan mewaspadai risiko penularannya dengan rutin menjalani tes penyakit kelamin tahunan.
Banyak orang-orang yang tidak mengetahui atau bahkan menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena di awal gejala HIV umumnya tidak langsung muncul.