Lemak dalam darah berperan penting untuk menjalankan fungsi penting tubuh. Dalam keadaan tertentu, kadar lemak darah atau lipid ini mungkin tidak normal. Kondisi ini disebut dislipidemia. Ketahui lebih lanjut mengenai gejala, penyebab, dan cara mengatasinya berikut ini.
Apa itu dislipidemia?
Dislipidemia adalah kondisi saat kadar lipid dalam darah tidak normal. Ini bisa terjadi saat kadar lipid terlalu tinggi (hiperlipidemia) ataupun terlalu rendah (hipolipidemia).
Lipid merupakan zat lemak dalam darah yang terdiri atas kolesterol baik (HDL), kolesterol jahat (LDL), dan trigliserida.
Komponen-komponen ini tersimpan di dalam tubuh dan berperan sebagai sumber tenaga untuk tubuh. Dyslipidemia terjadi saat seseorang memiliki kadar lipid tidak normal.
Pada kondisi sehat, kadar kolesterol total harus berada di bawah 200 mg/dL. Kadar normal HDL dalam tubuh pria berada di atas 40 mg/dL dan wanita berkisar di atas 50 mg/dL.
Kadar LDL yang normal biasanya berada di bawah 100 mg/dL. Sementara itu, kadar trigliserida normal seharusnya berada di bawah 150 mg/dL.
Beberapa kondisi yang menentukan bahwa seseorang mengidap dislipidemia adalah:
- memiliki kadar kolesterol LDL yang lebih tinggi,
- memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah, serta
- memiliki kadar trigliserida yang lebih tinggi dari batas normal.
Dyslipidemia kerap kali tidak tidak disadari oleh pengidapnya. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini berpotensi menimbulkan komplikasi serius, seperti penyakit jantung dan stroke.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Dislipidemia adalah kondisi yang cukup umum terjadi. Penelitian dalam International Journal of Gerontology (2018) menyebut bahwa sebanyak 36% populasi yang berusia 25 tahun ke atas mengidap kondisi ini, yang terdiri dari 33,1% pria dan 38,2% wanita. Tanda dan gejala dislipidemia
Orang yang mengidap dislipidemia umumnya tidak merasakan gejala apa pun. Kondisi ini baru akan diketahui saat pengidap melakukan pemeriksaan untuk masalah kesehatan lain.
Namun, dalam beberapa kasus, tingginya kadar lipid di dalam darah dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti:
- kaki sakit, terutama saat berdiri atau berjalan,
- nyeri dada,
- dada tertekan dan terasa sesak,
- kesulitan benapas,
- sakit leher, rahang, pundak, dan punggung,
- gangguan pencernaan,
- pusing,
- palpitasi jantung,
- keringat dingin,
- mual dan muntah,
- pembengkakan di area kaki, perut, dan leher, hingga
- pingsan.
Kemungkinan ada tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda mempunyai kekhawatiran akan munculnya gejala tertentu, segera periksakan diri dengan dokter.
Penyebab dislipidemia

Berdasarkan penyebabnya, kondisi ini bisa dibagi dalam dua jenis, yakni primer dan sekunder. Berikut penjelasan untuk masing-masing jenis dyslipidemia.
1. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer dialami oleh seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini.
Adapun, jenis kondisi ini bisa dibagi lagi ke dalam beberapa subtipe seperti berikut.
- Familial combined hyperlipidemia: jenis paling umum dalam dislipidemia primer yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Jenis ini banyak terjadi pada orang berusia remaja atau dewasa muda berusia 20 tahun ke atas.
- Familial hypercholesterolemia dan polygenic hypercholesterolemia: kedua kondisi ini ditandai dengan kenaikan kadar kolesterol total yang tinggi.
- Familial hyperapobetalipoproteinemia: juga disebut hyperapoB yang ditandai dengan kadar apolipoprotein B yang terlalu tinggi di dalam tubuh. Apolipoprotein B merupakan salah satu jenis protein yang terdapat di kolesterol LDL.
2. Dislipidemia sekunder
Sementara itu, dislipidemia sekunder disebabkan oleh faktor gaya hidup atau kondisi kesehatan tertentu yang memengaruhi kadar lipid di dalam tubuh. Beberapa di antaranya:
- berat badan berlebih atau obesitas,
- diabetes melitus,
- hipotiroidisme,
- sindrom ovarium polikistik (PCOS),
- sindrom metabolik,
- sindrom Cushing,
- penyakit radang usus,
- infeksi parah, seperti HIV,
- aneurisma aorta pada perut,
- konsumsi alkohol berlebihan,
- banyak makan makanan berlemak, serta
- efek samping obat-obatan, seperti pil KB, antidepresan, dan kortikosteroid.
Faktor risiko dislipidemia
Dislipidemia adalah kondisi yang dapat menimpa siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini seperti berikut ini.
- Berusia dewasa atau usia lanjut.
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular dan dislipidemia.
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Konsumsi makanan tinggi kolesterol, seperti daging merah dan produk olahan susu.
- Tidak rutin berolahraga atau gaya hidup kurang gerak (sedenter).
- Kebiasaan merokok.
- Terlalu sering mengonsumsi alkohol.
- Mengidap kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes.
Komplikasi dislipidemia
Orang yang mengidap dislipidemia lebih berisiko mengalami penumpukan lipid dalam pembuluh darah. Kondisi ini dapat memicu terjadinya penebalan arteri atau aterosklerosis.
Penebalan arteri ini membuat aliran darah terhambat sehingga berbagai komplikasi akan timbul. Berikut ini adalah beberapa komplikasi akibat dyslipidemia.
1. Nyeri dada
Saat arteri koroner atau pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke jantung terdampak, Anda mungkin dapat mengalami nyeri dada dan gejala penyakit arteri koroner lainnya.
2. Serangan jantung
Penggumpalan darah berpotensi terjadi bila arteri tersumbat. Hal ini akan menyebabkan aliran darah terhambat dan jantung Anda tidak mendapat suplai darah yang cukup.
Berkurangnya aliran darah ke jantung inilah yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
3. Stroke
Sama seperti serangan jantung, stroke bisa terjadi saat penggumpalan darah memotong aliran darah menuju otak.
Diagnosis dislipidemia
Diagnosis dislipidemia bisa dilakukan dengan tes darah. Tes darah akan menunjukkan apakah kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida dalam batas normal.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang paling akurat, jangan mengonsumsi apa pun selain air putih selama 9–12 jam sebelum sampel darah diambil.
Tes darah ini sebaiknya dilakukan satu tahun sekali, mengingat kadar kolesterol dan trigliserida di dalam darah Anda dapat selalu berubah.
Hal ini penting bila Anda memiliki faktor risiko dyslipidemia atau sudah disarankan untuk minum obat untuk mengendalikan kadar lipid dalam darah oleh dokter sebelumnya.
Pengobatan dislipidemia

Langkah awal untuk mengatasi dislipidemia adalah perubahan gaya hidup, seperti menerapkan pola makan sehat, olahraga rutin, serta berhenti merokok dan minum alkohol.
Apabila keadaan Anda belum membaik setelah melakukan perubahan gaya hidup, dokter akan merekomendasikan pengobatan dengan obat-obatan tertentu.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang umum diresepkan untuk pengidap dyslipidemia.
1. Statin
Obat statin dapat menghambat zat yang diperlukan hati untuk menghasilkan kolesterol. Kondisi ini menyebabkan hati Anda mengeluarkan kolesterol dari darah.
Beberapa jenis obat statin yang dapat diresepkan adalah:
2. Resin pengikat asam empedu
Hati memanfaatkan kolesterol guna menghasilkan cairan empedu. Empedu berperan penting di dalam proses pencernaan tubuh.
Obat-obatan, seperti cholestyramine, colesevelam, dan colestipol, dapat menurunkan kolesterol secara tidak langsung dengan mengikat asam empedu.
Hal ini memicu hati untuk menggunakan kolesterol berlebih dalam menghasilkan asam empedu, yang mengurangi kadar kolesterol dalam darah.
3. Penghambat penyerapan kolesterol
Usus kecil punya peran penting dalam proses penyerapan kolesterol dari makanan yang Anda konsumsi setiap hari. Setelah diserap, kolesterol akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
Proses tersebut akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Bagi pengidap dislipidemia, hal ini bisa memicu berbagai masalah kesehatan.
Obat ezetimibe bisa mengurangi kolesterol dengan cara membatasi penyerapan kolesterol dari makanan. Dengan begitu, kadar kolesterol darah bisa lebih terkendali.
4. Obat suntik
Jenis obat suntik, misalnya alirocumab atau evolocumab, membuat hati menyerap lebih banyak kolesterol LDL sehingga menurunkan kadar kolesterol total dalam aliran darah.
Biasanya, obat kolesterol tinggi ini digunakan oleh orang-orang dengan gangguan genetik yang menyebabkan kadar LDL terlalu tinggi.
Selain itu, obat ini juga dapat diberikan pada orang dengan riwayat penyakit arteri koroner serta yang memiliki intoleransi terhadap statin atau obat kolesterol lainnya.
Selalu pastikan untuk menggunakan obat penurun kolesterol sesuai dengan anjuran dari dokter.
Apabila Anda hendak minum suplemen penurun kolesterol, konsultasi terlebih dahulu ke dokter untuk memastikan bahwa kandungan suplemen aman dan tidak memicu interaksi berbahaya.
Jika terdapat pertanyaan lebih lanjut, bicarakan dengan dokter untuk memperoleh solusi terbaik dari masalah Anda.
Kesimpulan
- Dislipidemia adalah kondisi saat kadar lipid atau lemak darah tidak normal. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke bila tidak ditangani.
- Kondisi ini kerap kali terjadi tanpa gejala. Umumnya, dyslipidemia dapat terdeteksi lewat tes darah untuk mengukur kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.
- Penanganan utama untuk lipid tidak normal mencakup perubahan gaya hidup sehat dan konsumsi obat-obatan, seperti statin, resin pengikat asam empedu, dan penghambat kolesterol.
[embed-health-tool-heart-rate]