backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Disentri

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Disentri

Definisi disentri

Disentri adalah penyakit infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Diare sendiri biasanya ditandai dengan sering BAB yang lembek atau cair. 

Berdasarkan penyebabnya, gangguan pencernaan ini dibagi menjadi dua jenis, meliputi: 

  • disentri basiler (shigellosis): disebabkan oleh bakteri Shigella, serta
  • disentri amuba (amoebiasis): akibat infeksi bakteri Entamoeba histolytica, banyak ditemukan di daerah tropis.

Amuba dan bakteri penyebab disentri dapat berpindah melalui kontak langsung dengan bakteri pada feses. Penyebaran keduanya juga bisa terjadi lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau air yang terpapar bakteri.

Penyakit ini sangat menular. Jika tidak segera ditangani, peradangan usus ini dapat menyebabkan dehidrasi berat yang mengancam jiwa. 

Seberapa umum penyakit disentri? 

Disentri merupakan gangguan pencernaan yang umum, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Melansir WHO, diperkirakan terdapat 165 juta kasus diare akibat bakteri Shigella yang terjadi setiap tahun secara global. 

Penyakit yang menyebabkan diare parah ini juga lebih sering dijumpai pada negara berkembang dengan persentase 99%. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai. 

Anda bisa mengatasi gangguan pencernaan ini dengan mengurangi faktor risiko. Silakan diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. 

Tanda dan gejala

Penyakit ini gejalanya dapat muncul dalam skala ringan hingga berat. Selain itu, kebanyakan gejala juga tergantung pada tingkat penyebaran infeksi bakteri.

Sebagai contoh, gejala penyakit disentri di negara maju cenderung lebih ringan dibandingkan negara berkembang atau di daerah tropis. Kondisi yang bisa menjadi ciri-ciri disentri termasuk: 

  • demam, 
  • mual dan muntah, 
  • kram perut
  • diare disertai darah atau lendir, 
  • perut kembung, hingga 
  • demam tinggi. 

Umumnya, gejala-gejala di atas akan muncul 1 – 2 hari setelah Anda terinfeksi. Penyakit ini juga dapat berlangsung selama 5 – 7 hari. 

Pada anak dan lansia, diare bisa menjadi gejala serius dan perlu rawat inap di rumah sakit. Sementara itu, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala parah tapi masih bisa menyebarkan bakterinya ke orang lain.

Kemungkinan ada tanda atau gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengalami gejala tertentu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter? 

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan medis bila mengalami gejala berupa: 

  • sering mengalami BAB berdarah
  • merasa sakit saat BAB, 
  • demam dengan suhu tubuh hingga 40º C, 
  • penurunan berat badan, hingga
  • muncul gejala dehidrasi, seperti merasa haus dan jantung berdebar. 

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab disentri? 

Penyebab disentri dibagi menjadi dua jenis, yaitu bakteri dan amuba. Di bawah ini penjelasannya. 

1. Disentri akibat infeksi bakteri (disentri basiler)

Salah satu penyebab disentri yaitu infeksi bakteri yang menyerang sistem pencernaan. Infeksi tersebut meliputi berbagai jenis bakteri, antara lain: 

Keempat jenis bakteri tersebut bisa dijumpai pada feses orang yang terinfeksi dan menyebar melalui banyak cara, yaitu: 

  • tidak mencuci tangan setelah BAB,
  • konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, 
  • memegang benda atau bagian tubuh yang terpapar bakteri, serta 
  • berenang di air yang terkontaminasi, baik danau maupun kolam renang. 

Penyakit yang menyebabkan diare ini lebih sering ditemukan di pusat penitipan anak, panti jompo, sekolah, dan tempat dengan jumlah orang yang banyak dan sanitasi buruk. 

2. Disentri amuba

Selain bakteri, amuba pun bisa menjadi penyebab seseorang mengalami disentri. Jenis amuba yang menjadi dalang dibalik penyakit ini yaitu Entamoeba histolytica yang bisa ditemukan di negara tropis. 

Pada saat amuba yang berada di dalam usus penderita siap keluar dari tubuh, mereka akan berkumpul dan membentuk cangkang. Hal ini bertujuan untuk melindungi amuba dan dikenal sebagai kista. 

Kista yang keluar dari feses tersebut dapat bertahan hidup di luar tubuh. Itu sebabnya, ketika sanitasi tidak memadai dan feses tersebut dibuang sembarangan, amuba akan mencemari lingkungan sekitar, termasuk air. 

Bila orang lain makan dan minum yang terkontaminasi, amuba tersebut akan masuk ke tubuh orang lain. Selain melalui makanan dan minuman, amuba bisa menyebar secara seksual, terutama lewat kontak mulut ke anus.

Penyakit disentri amuba cukup umum terjadi pada negara yang menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk.

Apa yang meningkatkan risiko terkena penyakit disentri? 

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko mengalami penyakit disentri, meliputi: 

  • balita, terutama yang berusia 2 – 4 tahun,
  • tinggal di permukiman padat penduduk atau mengikuti aktivitas warga, 
  • tinggal atau bepergian ke daerah dengan sanitasi yang buruk, serta
  • pria yang berhubungan seks dengan pria lainnya. 

Komplikasi

Bila tidak segera ditangani, disentri dapat menimbulkan sejumlah komplikasi serius. Berikut ini beberapa komplikasi yang perlu Anda waspadai.

Dehidrasi 

Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi yaitu dehidrasi. Dehidrasi akibat diare berkepanjangan dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan yang dibutuhkan. 

Komplikasi yang satu ini cukup berbahaya, terutama pada anak-anak dan lansia. Segera periksakan diri ke dokter bila Anda atau anak mengalami gejala dehidrasi. 

Abses

Selain dehidrasi, penyakit disentri yang tidak diatasi dengan tepat juga bisa menyebabkan abses, baik asbes pada organ hati, paru-paru, maupun jantung.

Pasalnya, infeksi amuba dapat menyebar ke organ-organ tersebut, sehingga perlu mendapatkan perawatan segera.

Kejang

Anak-anak paling rentan mengalami kejang akibat komplikasi dari penyakit disentri. 

Sampai saat ini belum diketahui pasti mengapa anak-anak bisa mengalami komplikasi satu ini. Namun, kejang akibat sakit disentri umumnya akan hilang tanpa pengobatan.

Komplikasi lainnya

Ketiga kondisi di atas adalah komplikasi yang paling sering terjadi akibat penyakit disentri. Namun, ada berbagai kondisi lainnya yang bisa muncul akibat tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, seperti: 

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana mendiagnosis disentri? 

Jika Anda atau anak Anda mengalami ciri-ciri disentri yang telah disebutkan, segera konsultasikan ke dokter. Pasalnya, ada banyak penyakit yang ditandai dengan demam dan BAB berdarah. 

Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium merupakan cara yang paling tepat untuk mendiagnosis kondisi ini. 

Selain pemeriksaan fisik dan bertanya seputar gejala serta riwayat kesehatan, Anda juga mungkin akan menjalani sejumlah tes, meliputi: 

Bagaimana cara mengobati disentri? 

Umumnya, disentri dengan gejala ringan akan pulih dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Namun, Anda tetap harus menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare yang parah. 

Penting untuk dipahami bahwa setiap orang membutuhkan penanganan berbeda berdasarkan tingkat keparahan gejala. Beberapa orang mungkin mendapatkan perawatan di rumah sakit, sementara lainnya perlu menjalani perawatan di rumah.

Di bawah ini sejumlah pilihan pengobatan disentri yang biasa direkomendasikan oleh dokter. 

1. Antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu cara mengobati disentri yang dinilai paling efektif. Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk melawan bakteri penyebab disentri. 

Beberapa antibiotik yang sering digunakan antara lain: 

Fungsi antibiotik akan bekerja ketika jumlah obat di dalam tubuh dijaga dengan tingkat yang konsisten. Anda tetap harus melanjutkan antibiotik hingga habis meski gejala disentri sudah hilang setelah beberapa hari. 

Beritahu dokter jika kondisi gejala yang Anda alami tidak kunjung hilang atau memburuk. Silakan konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut. 

2. Minum air yang banyak dan oralit

Selain antibiotik, dokter juga akan merekomendasikan Anda minum air yang banyak untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare. Kondisi ini bisa berujung pada dehidrasi bila dibiarkan begitu saja. 

Tidak hanya minum oralit, Anda juga bisa meningkatkan asupan cairan tubuh dan garam yang dibutuhkan dengan larutan oralit. Larutan oralit biasanya diberikan pada anak-anak. 

Meski begitu, perlu diingat bahwa oralit tidak dapat menyembuhkan disentri. Oralit hanya bisa membantu mencegah atau mengobati pasien mengalami dehidrasi. 

Bila Anda memiliki bayi berusia di bawah 6 bulan, tetap berikan ASI eksklusif untuk mencegah diare semakin parah. Kandungan ASI dapat menghambat pertumbuhan kuman penyebab diare. 

3. Pemberian cairan di rumah sakit

Anak dan orang tua yang mengalami dehidrasi parah memerlukan penanganan di unit gawat darurat rumah sakit. Hal ini agar mereka dapat menerima garam dan cairan melalui infus, dibanding lewat mulut. 

Hidrasi melalui infus memberikan air dan nutrisi yang penting pada tubuh lebih cepat dari cairan oral.

Pengobatan di rumah

Selain perawatan dari dokter, Anda juga perlu mengubah gaya hidup menjadi lebih bersih dan sehat agar cepat sembuh dari disentri. Di bawah ini tips mengubah gaya hidup saat terkena disentri.

  • Lebih banyak beristirahat.
  • Minum obat sesuai aturan dokter.
  • Bersihkan tempat penggantian popok bayi dengan desinfektan.
  • Buang popok di tempat sampah yang tertutup.
  • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
  • Tidak mempersiapkan makanan selama terinfeksi.
  • Jaga kebersihan makanan, minuman, dan alat makan.
  • Konsumsi makanan yang mudah dicerna, tinggi protein, dan rendah serat.
  • Hindari minum susu dan produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi.
  • Perbanyak minum air putih.
  • Kurangi makanan yang terlalu pedas, asam, berminyak, dan kurang matang. 

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan