3. Antitoksin difteri diberikan dalam bentuk apa?
Antitoksin ini biasanya diberikan dalam bentuk suntikan intramuskular (suntikan ke otot) pada kasus difteri yang lebih ringan. Sedangkan pada kasus berat, antitoksin difteri biasanya diberikan dalam cairan infus.
Dosis antitoksin difteri anak dan dewasa pada umumnya tidak berbeda. Dosis disesuaikan dengan gejala klinis yang muncul.
- Penyakit tenggorokan yang terjadi selama dua hari diberikan 20.000 hingga 40.000 unit
- Penyakit nasofaring diberikan 40.000 sampai 60.000 unit
- Penyakit berat atau pasien dengan pembengkakan leher yang difus diberikan 80.000 sampai 100.000 unit
- Lesi kulit diberikan 20.000 hingga 100.000 unit
4. Antitoksin difteri bisa diberikan sebagai tindakan pencegahan
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (setara dengan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Indonesia), ada beberapa kondisi di mana antitoksin difteri dapat digunakan untuk pencegahan penyakit, bukan untuk mengobati.
Berikut adalah orang-orang yang mungkin membutuhkan antitoksin untuk pencegahan difteri.
- Orang-orang yang terpapar toksin difteri
- Orang dengan riwayat imunisasi difteri yang tidak jelas (lupa sudah pernah imunisasi Dt dan Td atau belum)
- Tidak bisa dirawat di rumah sakit untuk dipantau perkembangan gejala klinisnya atau tidak dapat dilakukan kultur jaringan untuk melihat bakteri difteri
- Orang yang memilki riwayat atau dicurigai tersuntik toksin difteri (misalnya pekerja di laboratorium atau rumah sakit)
5. Efek samping antitoksin yang perlu diwaspadai
Sama seperti obat-obatan lainnya, antitoksin juga berisiko menyebabkan efek samping. Maka, pemberian berulang tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko munculnya efek samping. Efek samping yang dapat muncul setelah penyuntikan antitoksin difteri antara lain:
Alergi terhadap antitoksin umumnya ditandai dengan kulit gatal, kemerahan, biduran dan angioedema. Sedangkan pada kasus alergi yang parah, yaitu syok anafilaktik, gejalanya yaitu sesak napas, penurunan tekanan darah, dan aritmia. Akan tetapi, kasus ini sangat jarang terjadi.
2. Demam
Demam bisa muncul 20 menit sampai satu jam setelah penyuntikan antitoksin difteri. Demam setelah penyuntikan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang cepat disertai dengan rasa menggigil dan sesak.
3. Serum sickness
Kondisi ini ditandai dengan gejala kemerahan kulit, biduran, demam, disertai dengan nyeri sendi, pegal, dan pembesaran kelenjar limfa.
Gejala ini bisa muncul tujuh sampai sepuluh hari setelah pemberian serium antidifteri. Pengobatan untuk serum sickness adalah dengan memberikan obat anthistamin, obat antiradang non-steroid, dan obat kortikosteroid.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar